Kajian Singkat Sunan Abi Daud
Penulis:
Sulaiman bin Asy’ats Azdi Sajistani[1] (202 – 275 H.).
Guru-guru Abu Daud:
Di antara guru terpenting Abu Daud di Baghdad adalah sebagai berikut:
1. Ahmad bin Hanbal[2]
2. Yahya bin Mu’in
3. Muhammad bin Isa bin Najih
4. Ibrahim bin Khalid
Pembahasan yang perlu diperhatikan, di mana dan dari siapa saja Abu Daud mengambil hadis-hadisnya?
Abi Daud pernah menimba ilmu dan mengambil hadis di beberapa kota seperti Harran, Damaskus, Homs, Aleppo. Abu Daud mendengar hadis dari Ibnu Abi At-Taubah di Aleppo, dari Ahmad bin Syuaib dan beberapa orang di kota Harran, dari Yazid bin Abdirabbih dan beberapa orang di Homs, dan dari Hisyam bin Ammar di Damaskus.
Beberapa kota ini perlu diperhatikan: Syam adalah wilayah Nawashib yang pusatnya berada di Damaskus. Imam Jama’ah Homs, Huraiz melaknat Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. setiap pagi dan malam. Hurran dahulu pernah menjadi pusat orang-orang Musyrik dan Shabiin. Hurran adalah sebuah wilayah yang dibanggakan karena permusuhannya terhadap Amirul Mukminin Ali a.s. Dari beberapa kota inilah, Abu Daud meraih jenjang keilmuannya.
Tujuan memaparkan pembahasan ini, ingin menyampaikan informasi di mana kitab ini disusun.
Kepribadian Abu Daud
Dzahabi dalam kita Siyar A’lam An-Nubala’[3] menukil ucapan beberapa tokoh yang menerangkan kepribadian Abu Daud:
1- Zakaria As-Saji berkata, “Kitabullah adalah pokok Islam dan kitab Abi Daud adalah perjanjian Islam. Selain imam dalam hadis dan cabang-cabangnya, Abu Daud adalah salah seorang pembesar fuqaha. Kitabnya menunjukkan atas hal itu. Abu Daud termasuk murid mulia dari Imam Ahmad yang duduk di majelisnya beberapa lama… meyakini mazhab salaf dalam mengikuti as-sunnah…”
2- Abu Bakar Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani dan Ibrahim Al-Harbi berkata, “Saat Abu Daud menyusun kitab ‘As-Sunan’, hadis dilunakkan untuknya sebagaimana besi dilunakkan untuk Nabi Daud a.s.”
3- Al-Hakim berkata, “Aku mendengar Az-Zubair berkata, “Ketika Abu Daud menyusun kitab As-Sunan dan membacakannya di hadapat khalayak, kitabnya tersebut menjadi seperti mushaf bagi para ahli hadis. Mereka mengikuti dan tidak melanggarnya. Orang-orang pada masanya berikrar untuk menghafal dan menjadi orang terdepan untuk mengamalkannya.””
4- Musa bin Harun berkata, “Abu Daud diciptakan di dunia ini untuk urusan hadis dan di akhirat untuk surga. Aku tidak melihat orang yang lebih utama dari Abu Daud.”
5- Abu Hatim bin Hibban berkata, “Abu Daud adalah salah seorang imam dalam fikih, ilmu, hafalan, amal, dan takwa…
6- Abu Abdillah bin Manda berkata, “Terdapat empat orang yang telah mengeluarkan dan memilah hadis tsabit dari ma’lul dan yang benar dari yang salah: Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Nasai.”
7- Abu Abdillah Al-Hakim berkata, “Abu Daud adalah imam ahli hadis pada masanya.”
Penuturan Abu Daud Tentang Penyusunan Kitab As-Sunan
Abu Daud berkata, “Aku menyebutkan riwayat-riwayat shahih dan yang mendekati dalam kitab As-Sunan. Apabila terdapat riwayat-riwayat yang sangat dhaif, aku memberikan penjelasan.
Artinya, apabila riwayat yang dibawakan hanya dhaif saja (tidak terlalu dhaif) tidak akan ada penjelasannya. Dari sini dapat dipahami bahwa berbagai riwayat yang tidak diberikan penjelasan (Abu Daud diam dan tidak memberikan komentarnya) belum tentu shahih atau hasan.
Catatan Kaki:
[1] Almarhum Qummi dalam kitab Al-Kuna Wa Al-Alqab berkata: “Sajistani maksudnya adalah Sistani.”
Dalam Mu’jam Al-Buldan terdapat sebuah pembahasan terkait Sajistan dan nukilan karakter-karakter masyarakatnya. Mu’jam Al-Buldan/Al-Hamawi, jilid 1, halaman 415.
Sistan memiliki pengikut Syiah yang baik, akan tetapi sebagian dari wilayah Sistan menjadi pusat Khawarij. Oleh karena itu, terdapat pembahasan terkait akidah Abu Daud. Meskipun dalam kitab-kitab Ahlu Sunnah tidak ditemukan, akan tetapi dalam kitab-kitab Syiah, Abu Daud disebut-sebut sebagai Nashibi.
Dalam Tarikh Baghdadi, sebutan Nashibi disandarkan kepada putera Abu Daud.
Almarhum Tustari dalam Qamus Ar-Rijal dengan jelas menyebut Abu Daud sebagai Nashibi. Qamus Ar-Rijal, 5/243 dan Mustadrakat Ilm Rijal Al-Hadits, 8/377.
[2] Ahmad bin Hanbal adalah cucu Dzu Tsudayyah (ذوالثدیة), pimpinan dan ideolog Khawarij yang ditumpas oleh Imam Ali a.s. Ahmad bin Hanbal memiliki pandangan positif terhadap Muawiyah.
[3] Siyar A’lam An-Nubala’, jilid 31, halaman 212.
(Ikmal/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar