Undang-undang Goldwater-Nichols mengharuskan presiden AS menyampaikan laporan “Strategi Keamanan Nasional” setiap tahun. Setiap presiden sejak Ronald Reagan telah gagal mematuhi undang-undang tersebut dalam satu atau beberapa tahun masa pemerintahannya, namun pada tanggal 17 Desember Donald Trump mengeluarkan laporannya .
Sayangnya, laporan Trump adalah bagian dari kebijakan yang ia kampanyekan sebelumnya yang buta terhadap kebijakan ekonomi dan kebijakan luar negeri yang Jingoisme (suka perang). Sebuah kebijakan yang nyata-nyata membahayakan “keamanan nasional” Amerika.
Dokumen tersebut mengulangi komitmen Trump terhadap proteksionisme ekonomi dalam bentuk perdagangan yang “adil dan saling menuntungkan”, mengancam Rusia, China, dan Korea Utara, dan berkomitmen untuk memperluas dekade petualangan militer AS yang menghancurkan di Timur Tengah.
Pada akhir masa jabatannya sebagai presiden, George Washington memperingatkan dalam pidato perpisahannya bahwa “dia melakukan tindakan yang besar terhadap AS, sehubungan dengan negara-negara asing, memperluas hubungan komersial, dan sebisa mungkin memiliki sedikit hubungan politik dengan mereka. ”
Thomas Jefferson mengemukakan kebijakan itu dalam pidato pengukuhan pertamanya, mengumumkan sebuah doktrin tentang “perdamaian, perdagangan, dan persahabatan yang jujur dengan semua bangsa – dan meniadakan aliansi politik yang mengikat.”
Saat menjabat sebagai Sekretaris Negara AS, John Quincy Adams berpendapat bahwa Amerika “jangan pergi ke luar negeri untuk mencari monster yang akan dihancurkan. jadilah orang bijak bagi kebebasan dan kemerdekaan semua orang.”
Prinsip-prinsip tersebut sangat baik bagi AS selama ia diikuti – dengan beberapa pengecualian, sepanjang abad ke-19. Tapi sejak Perang Spanyol-Amerika tahun 1898, AS telah semakin mengubah dirinya sebagai sebuah kekaisaran, berusaha mendikte dunia dengan mengorbankan biaya ratusan ribu kehidupan rakyat Amerika dan jutaan lainnya di luar negeri, serta triliunan dolar yang dialihkan dari program produktif untuk membayar biaya perang. Abad ke-20 adalah pesta pertumpahan darah yang terus berlanjut, padahal bagi AS hal itu adalah pilihan yang bisa dihindarkan.
Sebuah “Strategi Keamanan Nasional” sebenarnya bermuara pada dua hal: Perdagangan bebas, dan fokus mengurus urusan AS sendiri.
Pada awal kampanye kepresidenannya, Trump mengisyaratkan yang terakhir, tapi dengan cepat ia kembali ke pendiriannya semula. Dia jelas tidak bisa menangkap misi dari para pendiri negara sama sekali.
Baca: http://original.antiwar.com/thomas-knapp/2017/12/19/trumps-national-security-strategy-opposite-national-security/
(Original.antiwar/Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar