Tanggal 1 Januari 2017, Vatikan umumkan berita duka. Uskup Gereja Katolik Suria, Mgr. Hilarion Capucci, meninggal di Roma. Presiden Mahmoud Abbas sampaikan duka cita. AP merilis berita (3/1/2017): “Pastor yang dipenjara karena menyelundupkan senjata ke para militan Palestina meninggal di usia 94”
Empat puluh tiga tahun sebelumnya, tepatnya tanggal 18 Agustus 1974, Uskup Cappuci ini ditangkap dan ditahan tentara Israel karena menyelundupkan senjata dalam sedan mercedes. Senjata selundupan itu hendak dibawa ke West Bank. Dia diadili oleh Pengadilan Militer Israel. Dijatuhi hukuman 12 tahun penjara atas kejahatan menggunakan status diplomatiknya untuk menyelundupkan senjata ke tentara pembebasan Palestina.
Uskup Maximos V Hakim protes keras ke penguasa Israel atas hukuman itu, “I do not see why a man who is ready to save Arabs should be condemned,” katanya. Dia juga protes keras atas masuknya Israel ke Yerusalem Timur yang disebutnya sebagai “illegal & bertentangan dengan resolusi PBB”.
Sejak Uskup Cappuci dipenjarakan, berbagai upaya pembebasannya dilakukan. Dia termasuk dalam daftar nama yang dituntut para pembajak Palestina untuk dibebaskan dalam krisis sandera Kfar Yuval di tahun 1975, dan krisis sandera Entebe (Air France Flight 139) di tahun 1976.
Upaya membebaskan Uskup Cappuci yang dijatuhi hukum 12 tahun penjara ini, baru berhasil di tahun 1978 setelah 4 tahun Uskup yang menentang Perang Irak (2003) jalani hukuman penjara. Berkat intervensi Vatikan. Setelah bebas Uskup yg belajar di Seminari St. Anne, Yerusalem ini, tetap berjuang.
Tahun 2009 Uskup Cappuci berada dalam kapal Lebanon menuju Gaza dan kapal ditahan oleh tentara Israel ketika hendak membongkar blokade kapal Israel.
Di bulan Mei 2010, dia ikut dalam Free Gaza Movement’s aid flotilla. Dia jadi penumpang kapal MV Mavi Marmara. Senin 31 Mei 2010, kapal itu dihadang angkatan laut Israel. 9 orang terbunuh. Banyak terluka. Uskup ini ditahan di penjara Beersheba, lalu dideportasi.
Masih banyak catatan tentang perannya di Timur Tengah, khususnya dalam membela bangsa Palestina.
Berita meninggalnya bikin banyak orang berduka, khususnya para pejuang Palestina. Duka itu bukan karena kematiannya. Tapi karena kenangan akan perjuangannya & impiannya tentang Negeri Palestina yang belum jua terwujud saat dia harus meninggalkan kefanaan dunia ini.
Hanan Ashrawi, anggota Kristen PLO executive committee, menyebut Uskup Cappuci sebagai “an icon to Palestinians”. Presiden Mahmoud Abbas menyebutnya sebagai “a great freedom fighter”.The American-Arab Anti-Discrimination Committee sebut dia “the beloved archbishop of Arabs and the champion of Palestine”
Hamas, pada tanggal 2/1/2017, mengeluarkan pernyataan duka cita atas meninggalnya Uskup Cappuci, “We mourn the death of a great Arab revolutionary who dedicated most of his life to defending the Palestinian people and their just cause.”
“Archbishop Capucci’s life was a demonstration of the oneness of Arab peoples and their shared pains and hopes,” begitu pernyataan duka Hamas di saat meninggalnya Uskup Cappuci.
Sahabat Uskup Capucci asal Palestina yang tinggal di AS, Tawfiq Barqawi, mengatakan sempat bicara dengan uskup ini & mengucapkan “Selamat Natal”.
Uskup ini dimakamkan di Lebanon, di samping makam ibunya sesuai permintaannya. Berkat usaha Dubes Palestina untuk Itali, Dr. Mai Al-Akaila.
Epilog Uskup Cappuci:
Saya suka kutip kata-kata Cicero ini: “Viva enim mortuorum in memoria vivorum est posita”. Kehidupan orang yang sudah meninggalkan ada dalam memori tentang dia dari kita yang masih hidup. Semoga dia tetap hidup dalam kenangan, semangat, impian, harapan Bangsa Palestina.* (GabrielMahal)
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar