Juru bicara presiden Turki memprotes keputusan terbaru Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
“Yerusalem tidak bisa diperjualbelikan. Jalan perdamaian di Timur Tengah adalah Israel harus menghentikan penjajahan,” tulis Ibrahim Kalin dalam makalah yang dimuat oleh koran Daily Sabah, sebuah koran pro Pemerintah Turki hari ini.
Menurut Kalin, Yerusalem adalah sebuah kawasan yang tidak bisa dicaplok dengan cara keputusan sepihak dan pernyataan populis.
“Jika Donald Trump menginginkan perdamaian di Timur Tengah, maka pertama kali ia harus meminta kepada Israel supaya menghentikan penjajahan yang telah berlangsung selama puluhan tahun itu dan menyebabkan rakyat Palestina terlantar,” lanjut Kalin.
“Trump pernah mengklaim,” tukas Kalin, “keputusan tersebut akan menyebabkan dialog antara Palestina dan Israel bisa mulai. Tapi bagaimana mungkin keputusan yang telah menghina posisi historis, agama, dan legal Yerusalem ini akan bisa menciptakan sebuah perdamaian.”
Kalin mengaku, keputusan Trump ini juga menghasilkan akibat baik. Dengan kemunculan Arab Spring dan kelompok teroris ISIS, isu Palestina telah banyak dilupakan. Akan tetapi, sekarang Amerika Serikat telah merubah isu Palestina menjadi tema kontemporer dunia. “Dengan memanfaatkan kondisi ini, sekarang kita bisa menciptakan sebuah perdamaian yang kokoh,” ujarnya.
Menurut Kalin, tahun lalu, rakyat Palestina telah melaksanakan tugas yang lebih dari tanggung jawab mereka hanya supaya perdamaian bisa terwujud. Di permulaan tahun 2017 ini, Hamas juga telah mengeluarkan sebuah dokumen politik baru yang menerima perbatasan yang telah ditetapkan pada tahun 1967 lalu. Mereka juga siap membedakan antara Yahudi dan Zionis.
(Anatoli/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar