Rabiah Adawiyah mencintai Rasulullah saw dengan cinta yang luar biasa, para sejarawan menyebutkan bahwa ibadahnya sangat baik dan sempurna, yang jarang ditemukan ibadah seperti itu pada kalangan kaum pria apalagi kalangan kaum Hawa. Rabiah terbiasa melakukan shalat 1000 rakaat sehari semalam. Pernah ada orang bertanya kepadanya “Apa yang engkau inginkan dengan ibadah ini ?” Rabiah menjawab “Aku melakukannya untuk menggembirakan Rasulullah pada hari kiamat dimana beliau akan berkata kepada para Nabi “Lihatlah dari salah seorang wanita umatku yang memiliki amalan seperti ini !”. Pada suatu hari Rabiah pernah ditanya ”Bagaimana kecintaanmu kepada Rasulullah?” Ia menjawab “Demi Allah aku sungguh mencintainya, tetapi cinta kepada Allah sebagai Sang Pencipta menyibukkan aku dari cinta kepada makhluk.”
Konon, seorang pencuri memasuki kamar Rabiah saat beliau tertidur, lalu ia membawa pakaian dan mencari-cari pintu namun ia tidak menemukannya. Kemudian ia meletakkan pakaian lalu ia menemukan pintu yang diinginkannya dan ia kembali membawa barang yang hendak dicurinya lagi-lagi ia tidak menemukan pintu yang dapat membuatnya keluar. Pencuri itu melakukan hal yang demikian berulang kali. Kemudian ia mendengar suatu suara yang berbunyi “Tinggalkanlah pakaian dan bukalah pintu! Sesungguhnya kami menjaganya dan tidak membiarkannya sendirian”. Jika Sang Pencinta tidur maka sang kekasih tidak tidur.”
Menurut hemat saya, perhatikanlah pembaca yang budiman! Lihatlah tingkat cinta yang agung dan sempurna ini! Inilah cinta yang abadi, cinta yang dibawa oleh Rabiah. Bagaimana tumbuh kebaikan-kebaikannya dan buahnya serta keberkahannya pada wanita yang ahli ibadah ini, dan yang setiap sisi kehidupannya menonjolkan cinta yang ideal yang justru sulit ditemukan meskipun pada kaum laki-laki.
Sejarah Rabiah sungguh cemerlang. Kehidupan Rabiah menggerakkan hati-hati yang keras, dan sisi dari kehidupannya membuat air mata berlinangan. Ia telah merasakan cinta yang abadi; ia telah mengikhlaskan amalnya hanya untuk Allah. Ibadahnya sungguh luar biasa, dan tidak dihiasi dengan ujub. Ia bermunajat kepada Tuhannya dalam kalimatnya yang cukup terkenal “Ilahi aku tidak menyembah-Mu karena takut kepada neraka-Mu, dan juga bukan karena berharap akan surga-Mu, tetapi aku menyembah-Mu karena memang Engkau adalah Tuhan yang layak dan patut disembah.
Cinta lain yang tidak seperti ini adalah cinta yang terbelit oleh kecintaan pada dunia, dimana cinta seperti itu terasa sia-sia dan tidak berguna, dan yang bersangkutan akan menyesal dengan penyesalan yang berat pada hari kiamat. Itu adalah penyesalan yang besar. Sesungguhnya cinta yang murni, cinta yang suci dan yang sunyi dari penipuan dan cinta yang bersumber dari mata air yang jernih yang kosong dari kekotoran adalah cita-cita atau harapan yang besar. Itu adalah cita-cita setiap orang yang bertakwa, keinginan setiap pencari, dan tujuan setiap pendamba dan karenanya terjadilah perlombaan di kalangan orang-orang yang berlomba dan bersaing.
Cinta yang hanya tertuju kepada Allah SWT dan tidak tertuju kepada selain-Nya akan membukakan hati yang tertutup dan akan membuat puas jiwa-jiwa yang haus serta karenanya berkumpullah kelompok-kelompok yang berselisih dan pemikiran-pemikiran yang berseberangan, dan karenanya tunduklah jiwa yang memerintahkan kepada kemungkaran dan karenanya penguasa yang kuat beragama dan kembali kepada Dzat Yang Maha Benar. Dan karenanya anggota-anggota tubuh menjadi tenang dan bersemangat dalam beribadah sehingga karena itu timbullah rasa iri yang positif yang disebut dengan ghibthoh dan muncullah rasa gembira. Kemudian yang bersangkutan mendapatkan salam sejahtera dari Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang. “Ya Allah janganlah engkau cegah kami dari kebaikan yang ada di sisimu karena adanya kejelekan yang ada di sisi kami.”
Sesunguhnya keinginan seorang mukmin yang sempurna terhadap surga dan kecintaannya terhadapNya, serta doa’nya kepadanya dan ketakutannya dari neraka, dan permintaan perlindungan kepada Allah dari neraka tidak mengurangi keikhlasanya dalam beribadah kepada Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sempurna menyembah Allah SWT karena dia memang Tuhan yang benar dan patut disembah. Dia harus disembah secara benar meskipun Dia tidak menciptakan surga dan neraka. Oleh karena itu, Allah SWT memiliki hak pada hamba-hamba-Nya, yaitu hendaklah mereka menyembah-Nya karena Dia adalah Tuhan mereka dan mereka adalah hamba-hamba-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis “Hak Allah atas hamba-hamba-Nya agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya.” Allah SWT memiliki keutamaan dan kemuliaan yang dengan keduanya Dia menjanjikan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk memasukkan mereka ke dalam surga sebagai penghormatan kepada mereka. Namun orang-orang yang sempurna menyembah Allah SWT karena semata-mata Dia adalah Tuhan yang patut disembah dan Dia memiliki hak untuk disembah oleh hamba-hamba-Nya, karena mereka adalah makhlukNya. Inilah makna dari ucapan Sayyidah Rabiah Adawiyah. Meskipun demikian, mereka meminta kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dari neraka. Sebagaimana digambarkan oleh Allah SWT dalam firmanNya : “Mereka menyeru Tuhan mereka dengan penuh rasa takut dan harap.” Dan dalam firman-Nya yang lain: “Dan mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya.” Maka kecintaan seorang mukmin terhadap surga dan keinginannya kepadanya dan permintaannya kepadanya serta ketakutannya dari neraka dan do’anya kepada Tuhannya agar menjauhkannya dari neraka tidak menafikan keikhlasanya dalam beribadah kepada Allah dan ketulusan ketaatan kepada-Nya. Yang demikian pun telah diminta oleh para Nabi, para shidiqien, para syuhada dan kaum saleh dimana mereka berdo’a “Ya Allah aku meminta kepadamu surga dan berlindung kepadamu dari neraka.”
(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lan/ABNS)
Posting Komentar