Dikisahkan bahwa ada seorang sahabat setia Alhusain yang bernama Junadah ibn Mas’ud. Ia ikut serta bersama rombongan Alhusain bersama istri beserta anaknya.
Setelah Junadah gugur untuk membela Alhusain. Sang istri merasa sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk membela cucu nabi. Akhirnya ia mendatangi anaknya yang masih belum masuk usia baligh.
“Anakku, pergilah dan bela Alhusain putra Rasulullah saw!”
Sang ibu memakaikan baju perang dan memberikan pedang kepada anaknya yang masih belia ini. Dan menyuruhnya mendatangi Alhusain.
Amr segera mendatangi Alhusain untuk meminta izin. Namun beliau tidak mengizinkannya. “Ayahmu baru saja gugur, ibumu akan sedih jika engkau juga pergi.”
Amr terus mendesak, ia pun berkata, “Sungguh, ibuku yang memberiku pedang dan memakaikan baju perang ini.”
Alhusain begitu tersentuh mendengar jawaban anak ini. Beliau pun mengizinkannya untuk maju ke medan perang.
Karena tubuhnya yang masih kecil, Amr pun tak bertahan lama dan segera meneguk cawan syahadah dalam membela putra nabi.
Musuh yang tak memiliki hati segera memenggal lehernya dan melemparkannya ke kemah para wanita. Sang ibu segera memungut kepala anak tercintanya itu dan melemparkan kembali ke arah musuh. “Sungguh kami tidak akan menerima kembali apa yang telah kami korbankan dijalan Allah!”
Betapa tabahnya hati seorang ibu Amr yang dipenuhi dengan iman dan keberanian membela putra Fatimah Azzahra as.
(Khasanah-Ahlul-Bait/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar