Fisika Kuantum dan Filsafat
Perluasan pengalaman kita secara besar-besaran dalam beberapa tahun belakangan ini telah mengungkapkan kelemahan-kelemahan konsepi-konsepsi mekanis kita yang sederhana dan, akibatnya, telah menggoncangkan landasan tempat interpretasi atas observasi yang biasa diletakan Niels Bohr (dikutip dari the Thao Capra).
Segala sesuatu mulai berubah sifat dan penampakannya; seluruh pengalaman seseorang atas dunia menjadi sangat berbeda. Terbentang jalan baru sangat dalam dan luas untuk mengalami, melihat, mengetahui, dan bersentuhan dengan segala sesuatu (Sri Aurobindo (dikutip dari the Thao Capra).
Filsafat dan fisika
Sebelum menulis ini kiranya layak Anda mengikuti kepiluan hati saya akibat mendengar bahwa sorogan ilmiah kitab masterpiece Shadra itu selalu mengabaikan bab fisika (thabi’at). Ini adalah sebuah hal yang juga disesalkan oleh Dr. Mulyadi Kartanegara. Kenapa seolah-olah fisika dimusuhi oleh filsafat? Apakah karena perasaan rendah diri atau karena memandang fisika banyak berkutat tentang thabiat semata-mata, sebuah benda dunia yang rendah dan mati?
Menurut Ian Barbour, fisika adalah ilmu yang mempelajari struktur dasar dan proses perubahan yang terjadi pada materi dan energi. Definisi ini menggambarkan aktifitas yang memeras waktu dan penelitian yang sangat luas. Anda bisa mengetahui bagaimana terjadinya proses perubahan pada materi dan energi, dan bagaimana sampai bisa melacak keberadaan struktur dasar?
Perubahan adalah salah satu tema yang populer dalam filsafat sejak Aristoteles hingga Mulla Sadra. Fisika mempunyai arti historis dan kotemporer yuang amat penting karena posisinya sebagai ilmu sains pertama yang berhasil disusun secara sistematis. Di samping itu, beberapa asumi fisika digunakan cabang-cabang sains yang lain.
Karena membahas benda mati maka fisika dianggap menjauhkan manusia dari Tuhan, padahal alam itu mâ yu’lamu bihi atau sign (tanda) atas Tuhan (ayat-ayat Allah). Istilah kosmos yang diambil dari bahasa Yunani juga tidak seindah istilah alam, sebab kosmos berasal dari cusmus yang artinya keteraturan (orderly) dan sama sekali tidak mau menunjukkan kehadiran Tuhan, begitu juga dengan wordl. Wordl atau nature sama sekali tidak ada hasrat-hasrat spiritual.
Tapi mungkin keasikan ilmuwan Islam dengan tuhan ini mengabaikan dimensi lain dari tuhan yaitu kecerdasan tuhan di alam. Lantaran itu saya melihat disorientasi filsuf muslim kontemporer atas fisika, dengan lebih banyak melakukan kontemplasi dan refleksi atas alam makrokosmos dan mikromosmos dan mengabaikan alam atom dan subatomik bahkan kata Ian G. Barbour fisikawan, teologian dan pengarang serta winner of the 1999 Templeton Prize for Progress in Religion, mengatakan bahwa tanpa bantuan fisika kuantum yang menelaah gaya-gaya alam, mustahil kita dapat memahami unsur-unsur kimia, tabel periodik, transistor, tenaga nuklir bahkan kehidupan sendiri.
Ingatan saya melayang pada sebuah kuliah yang dibawakan oleh seorang kandidat doktor di Sorbone Perancis berkebangsaan Tunisia, ia pernah mengatakan bahwa Ibnu Sina mengganggap mustahil seseorang bisa pergi ke bulan dan kemudian kembali membawa tanah (sesuatu) dari bulan tersebut. Apa yang dibayangkan Ibnu sina sangat berbeda dengan sekarang. Apakah begitu juga deskripsi Mulla Shadra tentang fisika yang mungkin sudang dianggap tidak lagi relevan dengan perkembangan saint mutakhir.
Untuk mengutak-atik science, seseorang memang harus belajar dari alam, dari materi dari thabiat langsung terlibat secara penuh – tidak sekedar merenung di menara gading- merefleksikan secara filosofis benda-benda itu. Ia harus berkubang dalam benda; tanah, air dan yang lebih sub atomik lagi, partikel, proton, quark dsb – yang dianggap tidak memiliki peran metafisik- padahal bukankah mereka adalah inti dari segala yang ada ini? Lalu kenapa terhadap yang inti kita abai dan cukup puas dengan kulitnya saja, apalagi itu pun cukup dengan wujud mental? Ataukah ilmuwan muslim modern tidak memiliki waktu dan orientasi ke depan?
Ada beberapa implikasi yang mungkin berpengaruh pada filsafat, sebab filsafat memang kadang-kadang memerlukan saint sebagai ujung tombaknya. Saint misalnya tetap diperlukan oleh filsafat, karena filsafat seperti kata Mulla Sadra berkutat dalam hal-hal yang universal (kuliyyat) sementata science atau knowledge itu mencoba menguliti yang juziyat (particular). Any how, konsekuensinya yang particular itu bisa saja mementahkan atau mendukung yang universal.
Sains modern sebagai pandangan dunia, merupakan salah salah pandangn dunia di antara berbagai pandangan dunia lainnya kata Armahedi Mahzar. Menurut Armahedi Mahzar, saint adalah filsafat tersembunyi, karena itu dengan sendirinya saint mempunyai tiga komponen :ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi saintisme adalah materialisme, mekanisme dan atomisme. Epistemologi saintisme adalah rasionalisme dan empirisme dan aksiologi saintisme adalah netralisme, universalisme dan humanisme.
Filsafat adalah ilmu universal yang selalu merendah diri terhadap kemungkinan penemuan-penemuan saint, sekalipun ia yang mengafirmasikan ilmu tapi ia juga siap diremake oleh ilmu-ilmu partikular. Sebagai sebuah pemikiran, kontemplatif, ia memerlukan bukti-bukti yang mendukung klaim-klaimnya, contohnya tema kausalitas adalah produk murni filosofis yang kemudian ditemukan secara efektif dalam eksperimen sains. Dan sains selalu mencoba menemukan sebab dari segala fenomena. Seperti kita ketahui bahwa bahwa tool dari sains adalah observasi dan eksperiman sementara tool dari filsafat adalah diskusi dan kontemplasi. Jadi, saint tetap bertugas untuk menemukan pola dari kejadian (the pattern of event) dan filsafat mencoba untuk menafsirkannya.
Relasi fisika dan filsafat bukanlah relasi yang semu, tapi ia relasi yang harmonis. Asumsi-asumi fisika selalu filosofis sebelum eksperimentalis. Konsep induksi misalnya adalah konsep filosofis, karena mengandaikan keyakinan akan karakter universalnya dan sekaligus mengabaikan partikularitasnya.
Mungkin kedekatan pandangan mekanika Newton atau fisika Newton dengan positivis atau materialisme bisa dikatakan sangat wajar sebab bukankah dampak dari mekanika Newton adalah alam yang bisa diprediksi, alam yang rasional, observable, experimental, dan bahkan predictable hal yang menjadi acuan kaum positifis. Jadi, alam seperti arloji. Objek dalam mekanika Newton adalah apa yang bisa diamati dan karena itu juga bisa diramalkan, dengan membaca yang sekarang dapat diprediksikan hal yang akan datang–ia linier, dan terukur.
Sains modern sebagai pandangan dunia, merupakan salah salah pandangan dunia di antara berbagai pandangan dunia lainnya kata Armahedi Mahzar. Menurut Armahedi Mahzar, sains adalah filsafat tersembunyi, karena itu dengan sendirinya saint mempunyai tiga komponen: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi saintisme adalah materialisme, mekanisme dan atomisme. Epistemologi saintisme adalah rasionalisme dan empirisme dan aksiologi saintisme adalah netralisme, universalisme dan humanisme.
Filsafat adalah ilmu universal yang selalu merendah diri terhadap kemungkinan penemuan-penemuan sains, sekalipun ia mengafirmasikan ilmu tapi ia juga siap diremake oleh ilmu-ilmu partikular. Sebagai sebuah pemikiran kontemplatif, ia memerlukan bukti-bukti yang mendukung klaim-klaimnya. Contohnya, tema kausalitas adalah produk murni filosofis yang kemudian ternyata ditemukan secara efektif dalam eksperimen sains. Dan sains selalu mencoba menemukan sebab dari segala fenomena. Seperti kita ketahui bahwa tool dari sains adalah observasi dan eksperiman sementara tool dari filsafat adalah diskusi dan kontemplasi. Jadi, sains tetap bertugas untuk menemukan pola dari kejadian (the pattern of event) dan filsafat mencoba untuk menafsirkannya.
Relasi fisika dan filsafat bukanlah relasi yang semu, tapi relasi yang harmonis. Asumsi-asumi fisika selalu filosofis sebelum eksperimentalis. Konsep induksi misalnya adalah konsep filosofis, karena mengandaikan keyakinan akan karakter universalnya dan sekaligus mengabaikan partikularitasnya.
Mungkin kedekatan pandangan mekanika Newton atau fisika Newton dengan Positivis atau Materialisme bisa dikatakan sangat wajar sebab bukankah dampak dari mekanika Newton adalah alam yang bisa diprediksi, alam yang rasional, observable, experimental, dan bahkan predictable yang menjadi acuan kaum positifis. Jadi, alam seperti arloji. Objek dalam mekanika Newton adalah apa yang bisa diamati dan karena itu juga bisa diramalkan, dengan membaca yang sekarang dapat diprediksikan hal yang akan datang– ia linier, dan terukur.
Perbedaan Bahasa
Mungkin yang menyulitkan penyatuan dua bidang science dan filsafat adalah perbedaan bahasa,bahasa sains akurat, deskriptif, jelas dan memiliki standar-standar baku sementara filsafat terkesan penuh dengan spekulatif dan kurang sempurna.
Kehadiran Fisika baru (Fisika Kuantum/Quantum Mekanik)
Namun ketika datang sebuah revolusi relatifisme dan fisika quantum (FQ), membuat segala yang tadinya rapi, teramati, terukur, terpahami menjadi berantakan dan sulit diduga. Kausalitas misalnya kalau diartikan sebagai fenomena yang terjadi secara berulang-ulang mungkin harus direvisi lagi. Sebab dalam fisika quantum itu menjadi termentahkan lagi, keterlibatan subjek misalnya yang selalu dicoba dihindari dalam science ternyata sekarang mendapatkan tempatnya; subjek sangat menentukan objek.
Jadi apakah interpretasi-interpretasi yang banyak bermain dalam Fisika quantum (FQ) juga hanyalah sekedar interpretasi, tapi lalu bagaimana kita menginterpreasi sesuatu yang tidak bisa diinterpretasi dengan mudah?
Perbedaan Idiom
Terkait dengan isu Quantum mekanik, Richard Healey memulai dengan klaim bahwa teori relativitas sangat berpengaruh secara langsung pada perkembangan logika Positivisme. dan sementara fisika quantuam (FQ) didiskusikan oleh para ahli fisika sendiri yang menciptakan teori itu sebelum terlibat secara tehnik dengan filsafat sains.
Fisika Kuantum memang tidak ditemukan oleh satu orang, ia adalah rangkaian dan sinergi dari para pemikir hebat seperti Einstein, Heisenberg, Niels Bohr dll. Fisika Kuantum memang mungkin bisa dikatakan fisika tingkat tinggi dan sangat abstrak sekali. Sebab eksperimenya pun sangat tidak kelihatan oleh mata biasa dan menyentuh alam subatomik (mikrokosmos). Fisika kuantum memang cabang ilmu yang tidak biasa, sehingga pakar fisika kuantum, Niels Bohr mengatakan: those who are not shocked when they are first come across qauntum theory cannot possibly have understood it. (Lihat //sora9n.wordpress.com)
Implikasi Fisika Kuantum terhadap Filsafat
Dalam sebuah tulisan tentang perbandingan antar fisika Kuantum dan teori wahdatul wujud Ibnu Arabi, Hadi Kharisman Sarjana filsafat menyebutkan beberapa implikasi filsafat dari Quantum fisika pertama dalam tataran epistemologis dan ontologis. Pertama, bahwa realitas itu saling terkait, tidak bisa dipecah-pecah dan semua adalah satu. Kedua, alam itu tidak bisa diketahui dirinya. Zat atau esensinya tersembunyi, yang tampak hanyalah penampakan dari realitas dan realitas itu adalah plus wadah metodologi dan kesiapan eksperimen. Apa yang tampak bertentangan dalam fisika kuantum sebenarnya bukanlah kontradiksi tapi bisa disebut sebab al-jam bayna dhidayn (coincidentia opositerum), mengapa terjadi, karena (1) keterbatasan wadah eksperimen yang dipersiapkan dan (2) keterbatasan konseptual bahasa manusia (logika).
Fisika Kuantum juga memberikan peluang kepada filsafat tuntuk semakin mengintesifkan refleksinya dengan terus menggali hal-hal rahasia dari benda. Jadi, tidak ada kepastian oyektif. Jika dalam ranah ontologi bahwa realita itu ternyata tidak bisa diketahui, lalu apa yang akan dilakukan oleh ontologi filsafat? Kemudian fisika yang baru juga akan kembali menyentil kaum saintis atau positifis yang terlalu menyederhananakan data yang teramati. Padahal dalam fisika kuantum tidak ada yang teramati dan terukur.
Kaum positif kadang-kadang direduksi sebagai kaum realistis, dan ketika argumen mereka terpatahkan maka seringkali diasumsikan bahwa realita tidak ada lagi. Kaum positivis adalah kaum yang percaya dengan sesuatu yang terukur dalam eksperimen dan rasio. Maka fisika kuantum menampar kaum positivis sebab dalam fisika kuantm sudah tidak lagi bicara tentang fisik atau materi keras tapi ia berbicara tentang gelombang, tentang medan dan bahkan yang namany materi itu tidak ada. Ia adalah kekosongan. Layaknya ikan yang ada di lautan, ikan tidak menyadari lautan itu, padahal ia ada di tengah-tengah lautan.
Implikasi lain dari FQ
Implikasi lain dari FQ adalah terkait isi kausalitas memang kausalitas adalah term yang ambiguitas. Apakah FQ akan membuang kausalitas atau tidak? Apakah ada kausalitas dalam sistem yang tidak jelas (indeterministik)? Tapi memang FQ telah memicu reflesi filosofis diantaranya bahwa kunci untuk menyadari realita adalah dengan cara menolak logika klasik.
Apa dampak lain dari fisika kuantum terhadap filsafat, padahal filsafat sendiri memang sangat beragam tema dan isu yang dibahasnya dari epistemologi, etika, estetika, ontologi dll? Salah satu point dari QF adalalah bahwa materi itu ternyata tidak ada ada yang ada adalah medan magnet. QF memang memperkaya refleksi dan sekaligus mengingatkan bahwa jangan coba-coba cepat menyimpulkan dari apa yang ditangkap oleh panca inderamu. Lalu apakah ini juga berarti ruang imajinasi dan intuisi akan segera mendapat tempat di samping logika? Karena cara berpikir intuitif tampaknya sangat cocok dengan QF.
Materi itu Hanya Gelembung (Manifestasi) dari Medan
Menurut Gary Zukav, “Materi merupakan inti alam semesta. Benda-benda yang kita amati dalam berbagai percobaan, yakni manifestasi fisik materi sebagai partikel, merupakan efek sekunder dari Medan“3).Jadi benda yang kita anggap real ternyata tidak real, kursi, pohon ternyata tidak real dan hal ini menampar wajah materialisme, apalagi positivisme.
Benda adalah manifestasi dari medan. Dalam istilah Ibnu Arabi tajalli ini juga merentang dari alam yang paling tinggi hinga alam yang paling rendah.Tuhan melakukan tajalli dimana-mana. Materi yang dianggap real ternyata tidak real dan yang real adalah yang dianggap tidak real sementara ini. Manifestasi gelombang ini sangat canggih, sehingga disembah sebagai yang real.
Interpretasi dan Interpretasi
Salah satu bidang yang mungkin bisa dimasuki filsafat adalah interpretasi, atau juga asumsi-asumsi dasar. Jadi, filsafat dalam ranah fisika atau fisika kuantum memiliki momen untuk menggunakan kedigdayaanya, yaitu dengan selalu melakukan refleksi, baik epistemologis, ontologis, logika maupun metafisika. Interpretasi epistemologis dari QF adalah apakah itu valid? Jadi, apa yang diketahui sementara ini tidak benar? Bagaimana mereka bisa menyimpulkan seperti itu? Interpretasi filosofis dengan meminjam bantuan temuan-temuan sains mungkin akan memperkaya analisa dan menerjang segala asumsi dasarnya.
Fisika Kuantum dan Teori Kant
Kant mengatakan bahwa pengetahuan selalu merupakan sintesis antara unsur-unsur apriori (sebelum pengalaman; dari bahasa Latin prius = sebelum) dan aposteriori (setelah pengalaman; dari bahasa Latin post = sesudah). Sesuatu yang terdapat dalam pikiran tapi tidak bertolak dari pengalaman tidak bias disebut pengetahuan, melainkan imajinasi, ide-ide atau angan-angan menurut Fitzgerald K. Sitorus. Karena kategori-kategori itu apriori dan berdasarkan spontanitas pikiran langsung bekerja setiap berhadapan dengan obyek apa saja, maka obyek yang kita tangkap melalui kategori-kategori tersebut, bukan lagi obyek sebagaimana pada dirinya sendiri, melainkan obyek yang telah “dipermak” atau “dibentuk” (geformt) oleh kategori-kategori tersebut. Dengandemikian, kitatak pernah mampu mengetahui “bendapadadirinya” sendiri (das Ding an sich, noumena), yang selalu kita ketahui adalah “benda untuk diriku” (das Ding fuer mich, fenomena).
Apriori adalah pengetahun yang tidak didapat lewat pengalaman, namun ia hadir di dalam pikiran. Kant mengatakan bahwa ada 12 kategori yang terbagi dalam empat kelompok, yakni: 1.Kuantitas: Kesatuan, Pluralitas, dan Totalitas, 2. Kualitas: Realitas, Negasi, Limitasi, 3. Relasi: Inherensi dan Substansi (atau Substansi dan Aksiden), Kausalitas dan Dependensi (atau Sebab danAkibat), Komunitas (atau Resiprositas antara Agen dan Pasien), 4. Modalitas: Kemungkinan dan Ketidakmungkinan, Eksistensi dan Non-Eksistensi, dan Keniscayaan dan Kontingensi.
Setiap pengetahuan mengenai obyek apa saja selalu melibatkan salah satu atau beberapa dari kategori ini. Demikian penjelasan Dr. Fitzgerald K. Sitorus.
Data-data yang ada di luar itu hanyalah data acak yang tidak memiliki relasi logis satu sama lain. Seseorang kemudian bisa menyatakan bahwa ini adalah sebab dan yang lain adalah akibat (kategori kausalitas). Ini adalah lebih dahulu dan ini belakangan (kategori waktu); ini adalah satu, dua, tiga dsb. Kategori-kategori ini tidak lahir dari eksperimen tapi dari konstruksi pikiran yang dibekali dengan kategori-kategori seperti itu. Dalam kaitannya dengan fisika kuantum, sebenarnya out-put dari data itu amat mendapatkan efek dari kategori pikiran. Hanya saja karena kategori pikiran itu selalu dilandasi oleh law of logika dari Aristoteles yang menyatakan bahwa all statemen must be eithe true or false; there can be no intermediate, or middle condition.
Jadi, logika atau keterbatasan nalar manusia selalu menyimpulkan kalau tidak begitu pasti begitu. Thus ini juga terimplentasikan dalam fisika kuantum, yaitu postulat kalau tidak partikel berarti gelombang. Karena itu kategori yang terbatas ini nyaris membatasi fisika kuantum.
Kuantum Fisika dan dan Materialisme
Fisika Kuantum lantaran seperti acak, maka berarti tidak ada yang mengatur di alam in. Jadi, alam melakukan kerja sendiri dan ini adalah satu bentuk dukungan terhadap Materialisme? Materi punya intelligible dan seolah-olah punya pikiran sendiri? Lalu Tuhan juga tidak berperan? Ini tidak berarti demikian, karena bisa saja Tuhan sendiri memang membiarkan ketidakteraturan atau ketidakpastian itu?
Dalam hal ini Jean Staune menegaskan bahwa Fisika kuantum menunjukan adanya tingkat realitas yang berada di luar waktu, ruang dan energi tapi masih memiliki efek kausal terhadap tingkat realitas yang material. Dan ini penting untuk membantah Materialisme. Sains telah menunjukan, melalui Fisika kuantum, bahwa sains tidak dapat memberikan gambaran tentang realitas secara utuh.
Filsafat secara umum baik Islam atau barat tampaknya harus terus menunggu setiap penemuan baru dari fisika baru dengan begitu fisika selalu membuka kemungkian baru, karena renungan atau interpretasi atas hipotesa-hipotesa baru itu akan menambah panjang refleksi filosofis dan bahwa filsafat tetap harus memberikan refleksinya. Dan boleh jadi keterbatasan bahasa filsafat itu akan dapat disempurnakan oleh fisika atau sains scara umum. Bukankah kata Ian Barbouer bahwa fisika juga punya pengaruh penting pada filsafat dan teologi.
Table Implikasi Filosfis Teori-teori Fisika
Table di bawah ini dikutip dari buku Paradigma Holistik; dialog filsafat, Sains dan kehidupan menurut Shadra dan Whitehead, karya Husain Heriyanto.
Teori/konsep | Gagasan pokok | Implikasi filosofis |
Teori Relatifitas | – Kontinum ruang-waktu– Relatifitas umum | -Alam semesta dinamis-Primasi relasi terhadap entitas |
Teori kuantum | – Prinsip ketidakpastian– Prinsip Komplementaris | – Cara pandangIndeterminasi– Kesatuan subjek-objek – Cara pandang holistik |
Teori Bootstrap | -Pola dan Tatanan | -Alam sebagai jaringan-Dekonstruksi entitas, substansi tetap |
Dissipative Structures | – Self- Organization– Kompleksitas | – Berpikir pila, tatanan (order)– Berpikir nonlinier, sistemik – Jembatani sistem hidup-tak hidup |
Biologis Molekuler Genetika | -Organisme biologis-Informasi genetis -Eksistensi riil jiwa | -Jembatani fisika dan biologi-Interaksi pikiran dan tubuh -Dua aspek dari satu proses |
Teori Evolusi | -Inner Becoming, Kreatif-Evolutionary Design -Dialektika Acak-Design | – Organisme memiliki jiwa , daya hidup– Perubahan di atas “Implicate Order’ -Alam kompleks; berpikir linier -Alam selalu berprose |
Referensi:
1. Richard Healey Quantum Mechanics in W.H. Newton-Smith, Explanation, in W.H Newton _Smith (ed.) A Companion to The Philosophy of Science, Blackwell, 2001.
2. Physic and Philosophy, Werner Heisenberg, Harper & Row Publisher, Newyork 1962
3. Philosophy and The New Physich.routledge london, 1991, jonathan Powers
4. Science and Ultimate Reality : Quantum Theory, Cosmology, and Complexity, Cambridge Univ. Press, 2004.
5. Dan seharusnya ini juga dibaca tapi karena belum ditemukan,maka hanya dipajang disini saja yaitu, buku the Ghost in The Atom, Paul DAvis adn JR Brown, Cambridge Univ. Press, 1986.
6. The Tao Of Physic, menyingkap kesejajaran fisika MOdern dan Mistisime Timur,karya Fritjop Capra, penerbit Jalasutra,2000.
7. www.abarim-publication.com. Situs ini mengajarkan teori Fisika kuantum untuk pemula.
8. www.kyristall. juga berguna bagi yang ingin menguasai fisika kuantum secara mudah.
9.http://sora9.wordpress
10. filsafatislam.net.
11. Paradigma Holistik; dialog filsafat, Sains dan kehidupan menurut Shadra dan Whitehead, karya Husain Heriyanto.
(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar