Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Kritik Spinoza Terhadap Anthropomorphism

Kritik Spinoza Terhadap Anthropomorphism

Written By Unknown on Kamis, 01 Februari 2018 | Februari 01, 2018


Oleh: Hamid Talebzadeh dan Hossein Saberi Varzaneh

Anthropomorphism

Pondasi dasar prinsip teori kebahagiaan Spinoza berlandaskan konsep yang berlawanan dengan anthropomorphism[1] (conception of non-personal God). Oleh karena itu, dengan menganalisa faktor-faktor corak-corak anthropomorphism di bidang teologi, khususnya aspek ketuhanan, Spinoza menyampaikan kritikannya terhadap personal God.

Makalah ini berupaya untuk membedah kritik Spinoza terhadap anthropomorphism dengan konsep dan metode yang sistematis. Dan makalah ini membuktikan bahwa menurut Spinoza akar anthropomorphism terletak pada insufficient ideas about God (gagasan yang tidak mencukupi tentang Tuhan).[2]

Dengan melemparkan kritikan terhadap gagasan “khalq” (creator God/ciptaan) dan “huduts” (kebaruan/creatio ex nihilo), Spinoza menolak atribut akal, kehendak dan kebijaksanaan (having end in action/bertujuan dalam bertindak) dari Tuhan. Dan melalui hal itu, Spinoza menilai ketidakbermaknaan penyebutan baik dan buruk secara moral serta pengaruh-pengaruh emosional yang dinisbahkan kepada Tuhan.


Pengantar

Istilah anthropomorphism mengisyaratkan penciutan konsep Tuhan ke dalam dimensi dan batas-batas kemanusiaan pada segala sesuatu. Dan secara khususn di bidang filsafat dan pengenalan agama, anthropomorphism bermakna penggambaran wujud-wujud non-material (metafisik), utamanya Tuhan dalam bentuk/rupa manusiawi.

Dalam pelbagai konsep dan gambaran yang diberikan tentang Eksistensi Kudus Tuhan dapat disaksikan secara jelas bahwa terdapat suatu kecenderungan umum untuk memperlihatkan visualisasi manusiawi pada Tuhan yang terkadang ditampilkan dalam bentuk rupa-rupa fisik dan terkadang pula dimunculkan dalam dimensi-dimensi emosional dan idraki atau konsep/pengetahuan (Jevons, 1908: 573-578). Secara umum, unsur-unsur kudus anthropomorphism dan kritik terhadapnya memiliki sejarah yang panjang (Scholem, 2007: 188-191; Van Ess, 2000: 341-344).

Xenophanes menceritakan bahwa penduduk Yahudi mengasumsikan bahwa Tuhan adalah wujud yang hitam, sedangkan orang-orang Tarakiya menilai bahwa Tuhan memiliki mata yang biru dan rambut yang merah. Kemudian ia menambahkah:”Bila mereka saat memiliki sapi dan kuda lalu mereka menggambar maka pasti mereka akan melukis Tuhan dalam bentuk kuda dan sapi (Khurasani, 1387: 162- 163, 165-168).


Pemikiran spinoza

Spinoza[3] juga mengkritisi Hesiod[4] dan Homeros[5] karena menisbahkan sifat-sifat buruk kepada Tuhan. Pandangan seperti ini di bidang sejarah filsafat dan kajian teologi dalam pelbagai bentuknya juga dikemukakan oleh Plato Republic: 377d-382c; Philebus: 33b), Ibn Maimun (Ibn Maimun 1972: 116), Ali Zamani (1387: 89-116), Muntani (Werblowsky, 1987: 389-390), Hume[6] (Hume. 2007: part V- VIII).

1. Latar Belakang Penelitian

Terkait dengan pemahaman Spinoza tentang Tuhan dan begitu juga sikapnya terkait dengan sistem-sistem (konsep-konsep) ketuhanan yang lain, para pengikut Spinoza telah menulis banyak hal tentang tema ini, di antara mereka ialah: Wolfson (Wolfson, 1934, Vol. 1-2), Strauss (Strauss, 1965: 107-192), Bennett, (Bennett, 1984: 213-226), dan Nadler (Nadler, 2011: 167-182).


2. Faktor Timbulnya Anthropomorphism Dalam Perspektif Spinoza

Pada abad tujuh belas, muncullah pelbagai interpretasi atau penafsiran tentang Tuhan. René Descartes[7], Malebranche[8], Leibniz[9], dan masih banyak filsuf-flsuf lainnya yang masing-masing berupaya untuk menunjukkan penafsiran yang rasional dan sesuai dengan pandangan dunia modern tentang Tuhan.Spinoza pun ingin melakukan hal yang sama, sehingga beliau ingin memiliki deskripsi tentang Tuhan supaya bebas dari pelbagai kekurangan metafisik dan konsep Ketuhanan di pelbagai tradisi teologi. Di samping itu, ia juga dapat mengukuhkan pondasi filsafat ilmu baru dan sekaligus berusaha untuk mewujudkan kebahagiaan manusia.

Spinoza menjelaskan—dari sisi epistemologi, pendekatan, dan hermenetika—faktor-faktor kecenderungan anthropomorphism pada asumsi-asumsi tentang Tuhan. Spinoza mengakui bahwa pada bidang dimensi epistemologis, pada hakikatnya dipicu olehkekurangan epistemologis manusia di sisi dirinya sendiri dan alam (kosmos), sehingga orang-orang yang pengetahuan mereka terbatas pada hamparan khayal (ilusi) dan tidak mampu mengetahui secara sempurna penyebabpelbagai halmaka mampu membedakan antara karakter Ilahi dan karakter alamiah manusia, bahkan mereka menisbahkan emosi-emosi/perasaan-perasaan manusiawi pada Tuhan (E1P8Scho2).

Oleh karena itu, sebagian orang berpikir—saat menyerupakan Tuhan dengan manusia—bahwa Tuhan seperti manusia yang tersusun dari badan dan jiwa serta terpengaruh oleh perasaan-perasaan dan kecenderungan-kecenderungan (E1P15Scho).

Pada hakikatnya, manusia karena memiliki pikiran yang mencari suatu tujuan dan ia menganggap bahwa dirinya memiliki ikhtiyar (otoritas) yang asumtif, sehingga ia menilai semua ini sebagai kesempurnaan dan level yang lebih luas, ia pun memandang bahwa hal yang demikian ini bisa diterapkan pada Tuhan (Spinoza, 2002:430-432; Wolfson, 1934, V1: 32-36).

Oleh karena itu, pengetahuan yang sempurna terhadap Tuhan dan pelbagai hal serta mengetahui faktor-faktor yang realistis dari pelbagai perasaan/kecenderungan kiranya mampu mengakhiri pelbagai pemahaman atau asumsi ini.



Daftar Pustaka

Bennett, Jonathan (1984) , A Study of Spinoza’s Ethics, Indianapolis.

Curley, Edwin (1988) , Behind the Geometrical Method, Princeton.

Curley, Edwin. 1990. Spinpza on Teleology. In Edwin Curley (ed.).

Spinoza: Issues and Directions(39-52). New York.

Delahunty, R. G (1985). spinoza, routledge.

Descartes (1984-85), The Philosophical Writings of Descartes, Trans by Cottingham, Vol I & II, Cambridge.

Descartes (1991), The Philosophical Writings of Descartes, Trans by Cottingham, Vol III, Cambridge.

Garrett, Don. 1999. Teleology in Spinoza and Early Modern Rationalism. In Gennaro (ed.). Essays on the Rationalists(310-335). Oxford.

Hampshire, Stuart (1951), Spinoza, Penguin Books.

Hume, David (2007), Dialogues Concerning Natural Religion & Other Writings, Edited by Dorothy Coleman, Cambridge.

Jevons, F. B. 1908. Anthropomorphism. In James Hastings(ed.). Encyclopedia of Religion and Ethics(573-578). Vol I.

Joachim, H. H (1901), A Study of the Ethics of Spinoza, New York.

Mason, Richard (1997), The God of Spinoza, Cambridge.

Nadler, Steven. 2011. Spinoza, Leibniz, and the Gods of Philosophy. In Carlos Fraenkel (ed.). The Rationalists(167-182). Springer.

Plato (1989), Collected Dialogues, Vol I&II, trans by Edith Hamilton, Princeton.

Scholem, Gershom. 2007. Anthropomorphism. In Fred Skolnik(ed.). Encyclopedia Judaica(188-191). New York.ا

Spinoza, Benedict (2002), Complete Works, trans by Samuel Shirley, Cambridge.

Strauss, Leo (1997), Spinoza’s Critique of Religion, trans by E. M. Sinclair, Chicago.

Van Ess, J. 2000. Tashbih wa Tanzih, In P Bearman(ed.). Encyclopedia of islam(10.341-344). Brill.

Viljanen, Valtteri (2007), Spinpza’s Dynamics of Being, Finland.

Werblowsky, Zwi. 1987. Anthropomorphism, In Lindsey Jones(edi.).Encyclopedia of Religion(1.388-392). New York.

Wolfson, Harry (1934), The Philosophy of Spinoza, Vol I & II, Harvard.

Zac, Sylvian. 1991. On the Idea of Creation in Spinoza’s Philosophy. In Y Yovel(ed.). God and Nature: Spinoza’s Metaphysics(231-242). Jeruzalem.


Catatan Kaki:

[1] Kata anthropomorphism adalah bahasa Inggris yang berasal dari Yunani anthropos (manusia) dan morphe (bentuk).

Anthropomorphism memiliki beberapa makna/pengertian:
1. Gambaran tentang Tuhan, dewa/dewi, atau kekuatan-kekuatan alam sebagai memiliki bentuk dan ciri-ciri manusiawi. Memberikan sifat-sifat manusia kepada yang ilahi. Allah atau para dewata dipahami dalam bentuk manusia.
2. Keyakinan bahwa Tuhan, atau dewa/dewi, memiliki ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri manusia. Misalnya, kesadaran, maksud, kehendak, emosi, pencerapan. Tuhan memiliki kemampuan untuk membeda-bedakan penilaian, mengambil keputusan dan pilihan yang bertanggung jawab, dan kemampuan untuk melaksanakan tujuan jangka panjang. Suatu bentuk ekstrem dari antropomorfisme mempertahankan bahwa Tuhan atau dewa/dewi ada dalam bentuk manusia tetapi lebih sempurna dan lebih berkuasa.
3. Seringkali mengacu kepada keyakinan bahwa hewan memiliki kemampuan dan sifat manusiawi seperti pikiran, daya komunikasi, perasaan, motivasi.
4. Istilah ini juga dapat digunakan apabila manusia memberikan gambaran tentang Tuhan dalam istilah yang bersifat pribadi atau berbentuk pribadi manusia.
5. Memindahkan bentuk dan ciri-ciri manusia kepada kekuatan- kekuatan luar alam dan mempertalikannya dengan makhluk- makhluk mistik (para dewa, roh-roh, dst).
6. Sifat-sifat manusiawi dari Allah yang dilukiskan dalam Kitab Suci tidak dimaksudkan untuk menciutkan konsep Tuhan ke dalam dimensi dan batas-batas kemanusiaan, akan tetapi justru untuk menjelaskan bahwa Tuhan itu bukan sesuatu melainkan seorang.
Sumber:http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-arti-antropomorfisme

[2] Istilah lainnya نقص معرفتی (kekurangan epistemologis).

[3] Baruch de Spinoza adalah filsuf keturunan Yahudi-Portugis berbahasa Spanyol yang lahir dan besar di Belanda. Pikiran Spinoza berakar dalam tradisi Yudaisme. Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai Substansi tunggal Allah atau alam.

Lahir: 24 November 1632, Amsterdam, Belanda

Meninggal: 21 Februari 1677, Den Haag, Belanda

Nama lengkap: Benedict de Spinoza

Terpengaruh oleh: René Descartes, Aristoteles, Plato, lainnya.

Orang Tua: Miguel Spinoza, Ana Débora (Wikipedia).

[4] Hesiodos adalah seorang penyair Yunani. Waktu keberadaannya tidak dapat dipastikan, tetapi para ahli, setuju bahwa Hesiodos hidup di separuh bagian dari abad kedelapan Sebelum Masehi. (Wikipedia).

[5] Homeros secara tradisi dikatakan sebagai pengarang wiracarita (epos) Yunani penting Illiad dan Odyssey, mini epik komedi Batrakhomiomakchia (“Peperangan katak-tikus”), korpus Himne Homeros, dan pelbagai hasil kerja perca atau hilang seperti Margites. Beberapa penulis silam menyatakan dia mengarang keseluruhan siklus epos, yang meliputi syair lebih lanjut berkenaan dengan Perang Troya termasuk puisi Thebes berkenaan dengan Oidipus dan anaknya.

Menurut cerita, Homeros itu buta dan banyak daerah di Ionia yang mengaku sebagai tempat kelahirannya, tetapi riwayat hidupnya tidak diketahui. (Wikipedia).

[6] David Hume adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia (Wikipedia).

[7] juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literatur berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode dan Meditationes de prima Philosophia. Wikipedia

Lahir: 31 Maret 1596, Descartes, Perancis

Meninggal: 11 Februari 1650, Stockholm, Swedia

Kebangsaan: Prancis

Terpengaruh oleh: Aristoteles, Plato, Thomas Aquinas, LAINNYA

Pendidikan: University of Poitiers (1614–1616), Universitas Leiden, Prytanée National Militaire.

[8] Nicolas Malebranche adalah seorang filsuf dari Mazhab Rasionalisme. Ia lahir pada tahun 1638 dan meninggal pada tahun 1715.[2] Ia terkenal sebagai seorang filsuf dan teolog Kristen dari Perancis. Ia berupaya menggabungkan pemikiran rasionalis Descartes dengan tradisi pemikiran Kristen, khususnya Augustinus.

Buku Malebranche yang paling penting adalah “Pencarian Kebenaran” (The Search After Truth). Di dalam buku tersebut Malebranche memberikan dua pemikirannya yang terkenal mengenai pandangan tentang Allah dan tentang “kesempatan” (occasionalism). Inti pemikiran Malebranche tersebut adalah bahwa ciptaan-ciptaan yang terbatas tidak dapat menjadi penyebab dan hanya Allah saja yang merupakan penyebab yang sebenarnya. Di sini, Malebranche mengembangkan konsep Allah dalam pemikiran Descartes. Ia juga dikategorikan sebagai penganut paham okasionalisme.

[9] Gottfried Wilhem Leibniz atau kadangkala dieja sebagai Leibnitz atau Von Leibniz adalah seorang filsuf Jerman keturunan Sorbia dan berasal dari Sachsen. Wikipedia

Lahir: 1 Juli 1646, Leipzig, Jerman

Meninggal: 14 November 1716, Hannover, Jerman

Terpengaruh oleh: René Descartes, Baruch de Spinoza, LAINNYA

Pendidikan: Universitas Leipzig, University of Altdorf, Universitas Jena

Orang Tua: Friedrich Leibniz, Catharina Schmuck

(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: