Sebuah surat kabar Amerika Serikat pada hari Kamis lalu mengutip sejumlah sumber yang melaporkan bahwa pemerintah Amerika Serikat sedang berusaha untuk menggagalkan upaya peningkatan hubungan antara Iran, Rusia dan Turki.
Lima bulan yang lalu, Donald Trump, Presiden Amerika Serikat menyebut bahwa Recep Tayep Erdogan, Presiden Turki, merupakan salah satu mitra terbaiknya. Trump mengatakan bahwa kedua negara anggota NATO ini belum pernah menjalin hubungan sedekat ini sebelumnya.
Namun firasat baik Trump ini nyatanya tak sesimpel yang dibicarakan. Turki dalam langkah-langkah terakhirnya dengan cepat menjadi salah satu pengganggu terbesar pemerintah Amerika Serikat.
Rex Tillerson, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pekan lalu mengakui bahwa hubungan negaranya dengan Turki berada di titik krisis. Selain itu tampaknya kedua negara tak berencana untuk memperbaiki perselisihan ini.
Wall Street Journal pada Kamis (22/2) lalu menulis, pemerintah Trump sebelumnya mempertimbangkan rencana untuk memperbaiki hubungan dengan Turki. Mereka juga mengupayakan untuk merusak kedekatan Turki dengan Iran dan Rusia.
Pejabat-pejabat Amerika Serikat, di antaranya Tillerson, Raymond McMaster (Penasehat Keamanan Nasional AS) dan James Mattis (Menteri Pertahanan AS) beberapa hari yang lalu telah melakukan dialog singkat dengan Erdogan. Mereka berupaya membujuk Erdogan untuk mengambil jarak dengan Teheran dan Moskow.
Salah seorang pejabat tinggi Amerika Serikat mengatakan, “Rusia sedang mempermainkan mereka (Turki). Berada di satu barisan dengan Rusia dan Iran tak sesuai dengan kepentingan mereka”.
Bukan tanpa tujuan Amerika Serikat mendekati Turki. Mereka berambisi untuk mengusir Iran dan sekutunya dari Suriah dengan bantuan Turki. Selain itu Washington khawatir, dengan meningkatnya skala penjualan sistem anti rudal canggih Rusia kepada Turki, Rusia akan berhasil menciptakan perpecahan di tubuh NATO.
Beberapa hari yang lalu, Erdogan, Vladimir Putin dan Hassan Rouhani melakukan perbincangan. Ketiga negara sepakat untuk menggelar pertemuan serius di Turki untuk membahas masalah Suriah.
Seorang pejabat Amerika Serikat mengkritik keputusan Turki dalam menjalin hubungan dengan Rusia dan Iran khususnya dalam krisis Suriah. Menurutnya itu tak akan menghasilkan keuntungan.
(Wall-Street-Journal/Berita-Dunia/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar