Malam Nisfu Sya’ban atau malam 15 Sya’ban merupakan malam yang diagungkan umat Islam, bahkan dianggap malam spesial setelah Laylatul Qadr di bulan Ramadan. Pada malam Nisfu Sya’ban kaum muslimin berkumpul di masjid-masjid, surau-surau atau di rumah masing-masing. Aneka ritual dilaksanakan demi memperoleh ampunan Allah SWT yang tujuan akhirnya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (QS. Ad-Dukhan [44]: 3-4)
Ibnu Jarir, Ibnu al-Mundzir dan Ibnu Abi Hatim menafsirkan surah ad-Dukhan ayat 3-4 di atas sebagai malam Nisfu Sya’ban ketika ditetapkan segala perkara dalam satu tahun.
Sementara sebuah riwayat yang terdapat dalam berbagai referensi umat Islam, ‘Allah SWT memeriksa makhluk-makhluknya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali seorang musyrik dan yang saling bermusuhan.’[1]
Dengan adanya dorongan hadis di atas, umat Islam berlomba-lomba mencari pengampunan Tuhannya di malam ini. Malam ini juga diyakini sebagai malam penentuan taqdir baik dan buruknya bagi setiap Muslim selama satu tahun ke depan.
Salah satu imam 4 mazhab Ahlussunnah, Muhammad bin Idris as-Syafi’i (w. 204 H) menyatakan bahwa doa niscaya dikabulkan pada 5 malam; malam Jum’at, malam Idul Adha, malam Idul Fitr, malam pertama Rajab, dan Nisfu Sya’ban.[2] Pernyataan ini telah dikutip oleh ulama lintas generasi hingga sekarang sebagai acuan mendirikan ibadah pada malam Nisfu Sya’ban.
Al-Qasthalani (w. 923 H) salah satu komentator Sahih Bukhari dalam kitab lainnya, al-Mawahib al-Laduniyyah bi al-Minah al-Muhammadiyyah, mengatakan bahwa ulama Syam terbagi dua dalam merayakan malam Nisfu Sya’ban. Pendapat pertama menyatakan sunah menghidupkan malam Nisfu Sya’ban di masjid secara berjamaah. Khalid bin Mi’dan, Luqman bin ‘Amir dan lainnya memakai pakaian terbaik mereka, membakar wewangian, memakai celak mata dan mendirikan ibadah di masjid pada malam ini. Sementara Ishaq bin Rahawiyah menganggap mendirikan ritual di masjid bukanlah perkara bid’ah.
Ritual Sunnah dan Syiah di Malam Nisfu Sya’ban
Setidaknya ada 3 amalan yang dilaksanakan oleh kaum Muslimin dalam menghidupkan malam Nisfu Sya’ban ini.
Pertama: Membaca Surah Yasin 3 Kali
Telah menjadi makruf di kalangan umat Islam di Indonesia saat malam Nisfu Sya’ban tiba, maka setiap masjid, langgar, atau surau menyelenggarakan pembacaan Yasin sebanyak 3 kali.
Muhammad ar-Radhiy ar-Ridhawi menyampaikan dalam bukunya, at-Tuhfah ar-Ridhawiyyah fi Mujarrabaat al-Imamiyyah, h. 29:
Allamah Sayid Mirza Hasan as-Syirazi berkata, “Bacalah surah Yasin ini tiga kali pada malam Nisfu Sya’ban; bacaan pertama, diniatkan agar panjang usia hingga tahun berikutnya, bacaan kedua, diniatkan agar dianugerahkan kesehatan dan terhindar dari bencana, dan bacaan ketiga, agar diberikan rezeki yang luas.
Tiap usai membaca surah Yasin, membaca doa:
Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma yaa Dzal-Manni laa yumannu ‘alayk, yaa Dzat-thawl, laa ilaaha illa Anta zhahrul-laajiin, wa jaar-ul-mustajiiriin, wa amaan-ul-khaaifiin. In kuntu syaqiyyan mahruuman muqattaran fir rizq, famhu fii ummil kitaabi syaqaawatii, wa hirmaanii, wa iqtaara rizqii, wa atsbitnii ‘indaka marzuuqan ‘indaka muwaffaqan lil khairaat, fa-innaka qulta fii kitaabika-l-munzal (yamhu-llaahu maa yasyaa-u wa yutsbit, wa ‘indahuu ummul kitaab.
Dengan Nama Allah Yang Mahakasih Mahasayang. Ya Allah, wahai Pemberi karunia tanpa diberi, wahai Pemilik kuasa. Tiada tuhan selain Engkau, Tumpuan para pengungsi, Suaka para pencarinya, Pengaman para penakut. Jika aku tergolong seorang yang sial, sangat fakir dan sempit rezeki, hapuslah kesialanku, kefakiranku dan kesempitan rezekiku yang ada di dalam catatan itu. Dan tetapkanlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang dipenuhi rezeki dan memperoleh taufik untuk melakukan berbagai kebajikan di sisi-Mu. Karena itu Engkau berfirman dalam kitab-Mu, “Allah menghapus dan menetapkan apa yang dikehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat ummul kitab.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 39)[3]
Kedua: Salat 100 Rakaat
Abu Thalib al-Makki (w. 386) menyampaikan dalam kitabnya yang terkenal, Qut al-Qulub, amalan pada malam Nisfu Sya’ban berupa salat sunah 100 rakaat, setiap rakaat membaca 10 kali al-Ikhlas setelah al-Fatihah. Sehingga keseluruhannya berjumlah 1000 bacaan al-Ikhlas. Mereka menyebutnya sebagai salat kebaikan, dan boleh dilakukan berjamaah.
Al-Hasan meriwayatkan kepada kami, “Tiga puluh orang sahabat Nabi SAW berkata kepadaku, bahwa sesiap yang melaksanakan salat ini pada malam ini, niscaya Allah memandangnya 70 kali, lalu menetapkan setiap pandangan 70 keinginan yang terendahnya adalah ampunan.”[4]
Bandingkan dengan salat 100 rakaat yang juga dianjurkan oleh Syekh Abbas al-Qomi dalam Mafatih al-Jinan.
Ketiga: Salat Ja’far at-Tayyar atau Salat Tasbih
Bagi yang tidak sanggup untuk melaksanakan salat 100 rakaat ada pilihan lain dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah di malam Nisfu Sya’ban, yaitu salat Tasbih atau salat Ja’far at-Tayyar.
Salat ini berjumlah 4 rakaat, dipisah dengan salam setiap dua rakaat. Rakaat pertama membaca al-Fatihah dan al-Zalzalah. Rakaat kedua membaca al-Fatihah dan al-‘Adiyat. Rakaat ketiga membaca al-Fatihah dan an-Nasr. Rakaat keempat membaca surah al-Fatihah dan al-Ikhlas.
Disebut sebagai salat Ja’far at-Tayyar adalah karena salat ini diajarkan Rasulullah SAW kepada Ja’far bin Abi Thalib a.s. Sementara disebut sebagai salat Tasbih karena di dalam salat ini membaca tasbih sebanyak 300 kali dalam 4 rakaat tersebut atau 75 kali setiap rakaatnya. Yaitu, 15 kali setelah membaca surah atau sebelum rukuk, 10 kali masing-masing saat rukuk, bangun dari rukuk, saat sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, dan duduk istirahat sebelum bangkit.
Bacaan Tasbih yang dimaksud adalah:
سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ للهِ وَلَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ
Subhaanallah wal hamdulillah wala ilaaha illa-Allahu wallahu Akbar
Kiranya demikian yang dapat kami kumpulkan sebagai bekal untuk malam Nisfu Sya’ban. Selamat meraih usia panjang, kesehatan dan rezeki yang luas serta catatan amal baru di tahun berikutnya dengan penuh kebaikan. Insya Allah.[*]
Catatan Kaki:
[1] Sahih Ibnu Hibban, hadis 1980, Syu’ab al-Iman al-Baihaqi, j. 2, h. 288, al-Kabir dan al-Awsath at-Tabrani, Musnad Ahmad bin Hanbal, hadis 6642, Ibnu Majah, hadis 1389-90, Silsilah Ahadits as-Shahihah, j. 3, h. 135, hadis 1144
[2] Yahya bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyq, Rawdhah at-Thalibin, h. 582, Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif, h.264, Ahmad ar-Rif’ah, Kifayah an-Nabih Syarh at-Tanbih, j. 4, h. 480.
[3] Muhammad ar-Radhi Ar-Ridhawi, At-Tuhfah Ar-Ridhawiyah, h. 29,
[4] Abu Thalib al-Makki, Qut al-Qulub, j. 2, h. 189.
(Safinah-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar