Ilustrasi
Oleh: Denny Siregar
Apa yang terjadi pada Robiatul Adawiyah, seorang guru SDIT Darul Maza, Bekasi adalah sebuah peringatan..
Bu Robiatul dipecat dari tempatnya mengajar karena berbeda pilihan Gubernur.
Kebetulan pimpinan sekolah dan yayasan adalah simpatisan PKS. Mereka memaksa semua pengajar dan staf yayasan harus memilih paslon no 3 Sudrajat-Syaikhu sebagai Gubernur Jabar. Sedangkan bu Robiatul menentang arus dengan memilih Ridwan Kamil..
Tanpa sadar bu Robiatul membuka topeng PKS dengan elegan. PKS muncul dengan cara-cara orde baru dulu yang memaksa semua PNS untuk memilih Golkar sebagai partai utama. Dulu semua TPS diawasi dan dicatat. Siapa yang memilih selain Golkar, dipecat..
Dalam pemilu ada konsep LUBER, Langsung Umum Bebas & Rahasia. Di tangan simpatisan PKS, seperti pimpinan yayasan SDIT Darul Maza, bebas dan rahasia tidak boleh ada. Semua harus searah, tidak boleh ada yang keluar barisan. Ketahuan, sanksinya berat..
Cara-cara PKS – yang mirip orde baru ini – sangat berbahaya bagi kelangsungan negara kedepannya. Bayangkan jika mereka menguasai pemerintahan, maka para PNS dan pegawai BUMN tidak boleh punya pilihan. Demokrasi tidak ada dalam kamus mereka, karena demokrasi itu buatan negeri kafir katanya.
Apa yang terjadi di Jatiasih, Bekasi, itu bisa menjadi sebuah contoh kecil, bagaimana jika mereka memegang kekuasaan nantinya. Sebuah pelajaran sekaligus peringatan, bagi mereka yang masih memegang demokrasi sebagai tatanan bernegara..
Yayasan yang memecat bu Robiatul boleh-boleh saja minta maaf dengan mengunjungi sang guru. Tapi bu Robiatul tahu, bahwa jika ia masih disana, hidupnya sudah tidak nyaman lagi. Karirnya pasti dihabisi. Kenapa ? Karena ia sudah divonis berbeda dengan mereka..
Itulah kenapa ia menolak mengajar kembali disana. Buatnya lebih baik mencari tempat dimana ia diterima dengan kemerdekaannya menentukan pilihan..
Keberanian bu Robiatul belum tentu dimiliki banyak orang yang berada dibawah naungan yayasan-yayasan simpatisan PKS. Banyak yang seperti beliau, tapi mencari aman dengan menggadaikan suaranya. Buat mereka, mencari uang yang utama dan kebebasan bersuara nomer kesekian dalam daftarnya.
Itulah kenapa kita harus mencegah PKS berkuasa.
Kita tidak ingin negeri ini satu saat menjadi negeri seperti saat Soeharto berkuasa. Dimana hak-hak dan kebebasan berpendapat kita diberangus oleh penguasa. Dulu mahasiswa berjuang supaya negeri ini kembali pada porosnya. Tapi sekarang ada kelompok yang ingin mengembalikan masa kelam itu kembali berkuasa..
#GuremkanPKS adalah sinyal bahwa memilih Jokowi nanti, bukan saja mencari pemimpin yang terbaik bagi negeri, tapi menghalangi orang-orang buruk berkuasa..
Seruput dulu, para pejuang kopi..
(Denny-Siregar/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar