Mengapa Gerakan “Ganti Presiden” yang digagas kader PKS Mardani Alisera dan Neno Warisman patut diduga sebagai gerakan pemecah belah dan upaya makar?
Berikut beberapa alasannya:
Pertama, menurut Kepala Divisi Humas Polri, gerakan “Ganti Presiden” yang digagas oleh Mardani Alisera dan Neno Warisma itu berpotensi menimbulkan gangguan ketertiban masyarakat serta mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Kedua, Pakar Hukum sekaligus Guru Besar di Universitas Padjajaran, Romli Atmasasmita juga menyebutan bahwa gerakan Ganti Presiden yang digaungkan pada th2018 (sebelum masa kampanye 2019) adalah upaya mengajak makar.
Ketiga, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie juga menyebut bahwa gerakan ganti Presiden sama dengan menyebar kebencian terhadap Presiden yang sedang menjabat, yakni Presiden Joko Widodo.
Dan menurut saya, gerakan yang digagas oleh Mardani Alisera dan Neno Warisman tersebut adalah upaya untuk mengkhilafahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini tentu sangat relevan ketika sebelumnya Mardani sempat bersama pentolan HTI, mereka mengatakan, “2019 ganti Presiden dan ganti System.”
Nah, sistem apakah yang akan diganti? Ya sistem negara yang berlandaskan Pancasila. Trus mau diganti dengan sistem apa? Apalagi kalau bukan dengan sistem Khilafah. Kita juga sudah tahu, ada banyak sepanduk gerakan makar untuk tegakkan khilafah yang digagas Mardani Alisera dan Neno Warisman.
Khilafah ini barang bekas. Belum ada satupun negara yang menerapkan sistem khilafah lalu kemudian negara tersebut berjaya. Ini adalah fakta, dan jika ada negara yang sukses menerapkan sistem tersbut maka tolong beri tahu saya.
Jadi, apa inti dari gerakan 2019 Ganti Presiden?
Ya, tentu saja ingin merubah Indonesia menjadi Negara Khilafah, seperti halnya yang sering digaungkan oleh kelompok radikal ISIS di Irak dan Suriah. Mereka yang bisa seenaknya menggorok leher orang dibarengi dengan teriakan takbir, mereka memotong tangan dan kaki orang dibarengi dengan teriakan takbir. Itu sungguh kejam dan biadab. Bagi mereka, yang seiman dan beda paham pun bisa dibunuh dengan dalih jihad, apalagi jika yang beda iman, bisa anda bayangkan.
Jadi, menolak gerakan makar tersebut bukan berarti kita membela atau mendukung Jokowi, bukan juga berafiliasi dengan salah satu partai, namun diluar itu sejatinya kita sedang membela Negara Kesatuan Republik Indonesia dari bahaya paham khilafah yang penuh kepalsuan.
Mengapa palsu? Karena dalam agama Islam, tidak ada satupun ayat suci yang memerintahkan umat untuk menegakkan khilafah dalam suatu negara. Namun dilain sisi mereka justru sering teriak tegakkan khilafah dengan dalih perintah agama. Ini konyol sekali…
Mereka tahu bangsa kita terlalu kuat untuk mereka kuasai, oleh sebab itu mereka gunakan doktrin agama sebagai alat untuk makar…!!! Jadi, gerakan makar ini wajib ditolak oleh seluruh rakyat Indonesia yang cinta terhadap tanah airnya.
Sumber: FP Yusuf Muhammad
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar