Dubai International Airport
Miilter Yaman yang didukung oleh pasukan sekutu dari komite rakyat, telah melancarkan serangan udara terhadap target ekonomi strategis di Uni Emirat Arab sebagai balasan atas agresi militer rezim Riyadh yang meluluh-lantakkan Yaman.
Sumber militer Yaman, yang berbicara secara anonim, mengatakan militer Yaman dan pasukan sekutu menyerang Bandara Internasional Dubai dengan mengerahkan drone buatan dalam negeri Samad 3 pada Senin malam, 27 Agustus 2018.
Pada tanggal 26 Juli, pasukan militer Yaman dan Komite Rakyat menargetkan Bandara Internasional Abu Dhabi di UAE, dengan menggunakan jenis drone yang sama.
Abdullah al-Jafri, juru bicara Angkatan Udara dan Pertahanan Udara Yaman, mengatakan pada saat itu mengatakan bahwa serangan pesawat tanpa awak tersebut berhasil menghentikan penerbangan ke dan dari bandara tersebut. Disebutkan bahwa penghentian penerbangan tersebut adalah yang pertama kalinya terjadi.
Menurutnya pasukan Yaman akan menargetkan infrastruktur negara-negara yang ikut ambil bagian dalam agresi militer terhadap Yaman dalam serangan di masa depan.
Desain Bandara Internasional Dubai
Di lain pihak, pejabat penerbangan Uni Emirat Arab kemudian mengkonfirmasikan terjadinya insiden yang melibatkan kendaraan suplai di area udara Terminal 1 Bandara Internasional Dubai.
Para pejabat mengklaim bahwa insiden tersebut tidak mempengaruhi operasi di Bandara Internasional Abu Dhabi, dan penerbangan kedatangan dan keberangkatan berlanjut sesuai jadwal.
UAE merupakan sekutu kunci Arab Saudi dalam perang mematikan melawan Yaman.
Arab Saudi dengan dukungan Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan beberapa negara lain, memulai agresi militer terhadap Yaman pada Maret 2015 dan memberlakukan blokade darat, laut dan udara. Perang Arab Saudi di di Yaman telah menewaskan lebih dari 14.000 warga Yaman, melukai puluhan ribu orang dan menelantarkan jutaan warga Yaman.
Agresi Arab Saudi juga telah menimbulkan krisis pangan dan obat-obatan di Yaman. Rezim Al Saud dan sekutunya hingga kini gagal mencapai tujuan mereka di Yaman menyusul perlawanan gigih rakyat Yaman.
Berbagai keberhasilan militer dan komite rakyat Yaman dalam perang melawan agresi Arab Saudi dan sekutunya, menunjukkan peningkatan kemampuan pertahanan Yaman meski dalam kondisi diblokade dari darat, laut dan udara oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.
Pukulan militer dan komite rakyat Yaman ke pusat-pusat penting negara anggota koalisi menunjukkan kerentanan mereka di hadapan kekuatan pasukan Yaman.
Di antara negara-negara anggota koalisi, Uni Emirat Arab memainkan peran penting dalam mengiringi Arab Saudi melakukan genosida di Yaman. Bahkan dalam beberapa kasus, kejahatan UEA jauh lebih sadis dibanding Arab Saudi.
Alasan utama Riyadh mengobarkan api perang di Yaman adalah mengembalikan kekuasaan Abd Rabbuh Mansur Hadi, mantan presiden Yaman yang mengundurkan diri dan lari ke Riyadh. Namun Abu Dhabi lebih terfokus pada penguasaan wilayah di selatan Yaman dan melatih pasukan bayarannya di wilayah tersebut untuk memenuhi ketamakan geopolitiknya di Yaman.
Perkembangan di medan pertempuran menunjukkan bahwa perang sedang berangsur terlokasi menuju ke dalam wilayah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Perubahan perimbangan perang ini sangat merugikan bagi pihak agresor, karena selain hingga kini mereka gagal menggapai tujuan dalam agresi, pihak koalisi juga ternyata lebih rentan dari yang dibayangkan dalam menghadapi kemampuan serangan balasan pasukan Yaman.
Ini sekaligus membuktikan bahwa kontrol perang Yaman sudah tidak lagi berada di tangan Arab Saudi dan sekutunya.
(Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar