Salman al-Awda
Salman al-Awda menghadapi 37 dakwaan, termasuk menyebabkan perselisihan publik, melawan penguasa, dan aktif dalam Ikhwanul Muslimin (IM).
Jaksa penuntut umum Arab Saudi berupaya menghuum mati seorang ulama terkemuka yang mengkritik pemerintahan Bani al-Saud, demikian laporan dari sejumlah media pemberitaan di Saudi mengutip laporan New York Times, Selasa (4/9/2018).
Sebelumnya, kerajaan Saudi juga sudah mengeksekusi mati seorang ulama Baqir Nimr al-Nimr yang mengkritik keras kebijakan pemerintahan Saudi.
An-Nimr dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Pidana Khusus karena dianggap melakukan kritik pedas terhadap kerajaan Arab Saudi, 'tidak mematuhi' penguasa dan tuduhan mengangkat senjata melawan pasukan keamanan. An-Nimr dieksekusi pada atau sesaat sebelum 2 Januari 2016, bersama dengan 46 orang lain.
Persidangan terhadap ulama Salman al-Awda (62) itu digelar menyusul kebijakan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS), yang menangkap ulama, aktivis, pangeran, dan pengusaha dan persidangannya digelar di Pengadilan Pidana Khusus di Riyadh pada Selasa lalu.
Salman al-Awda menghadapi 37 dakwaan, termasuk menyebabkan perselisihan publik, melawan penguasa, dan aktif dalam Ikhwanul Muslimin (IM).
Putra al-Awda, Abdullah, mengatakan sang ayah diperbolehkan menggunakan jasa pengacara. "Sekarang mereka membalas dendam terhadap semua kesertaannya dan kegiatan aktivis, serta sikap blak-blakannya," ucapnya.
"Setiap orang yang memiliki kewenangan dan boleh berbicara, mereka (pemerintah) akan membungkamnya sehingga dia tidak bisa mengkritik," imbuhnya.
Peneliti dari Human Rights Watch, Adam Coogle, menilai penangkapan al-Awda dan banyak lainnya cenderung berkaitan politik. "Jika Anda melihat tuduhannya, itu jelas motif politik," kata Coogle.
Menurutnya, hal yang sangat jarang bagi jaksa yang mengupayakan hukuman mati untuk kasus seperti itu. "Saya tidak tahu bagaimana lagi Anda bisa memandang ini, tetapi jelas sebagai eskalasi terhadap para pembangkang dan aktivis Saudi," ucapnya.
Al-Awda merupakan tokoh keagamaan kerajaan Saudi selama beberapa dekade. Pada 1990-an, dia makin populer ketika melakukan gerakan konservatif "Kebangkitan" dan mengkritik pemerintah Saudi, termasuk perihal mengizinkan pasukan Amerika Serikat memasuki kerajaan selama Perang Teluk Persia pada 1991.
Kegiatan aktivisnya membuat dia dijebloskan ke penjara selama hampir lima tahun. Al-Awda telah menerbitkan sejumlah buku agama dan memiliki lebih dari 14 juta pengikut di Twitter.
(The-New-York-Times/Kompas/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar