Ritual untuk memperingati epik Karbala di kalangan Muslim Karibia berumur seratus lima puluh tahun, untuk pertama kalinya, para staf Syiah India memasukkan ritual ini ke kawasan ini. Sekarang penyelenggaraan acara Muharram telah melebur dengan aroma pribumi.
Menurut laporan IQNA dilansir dari Jamaica Gleaner, Sekelompok warga Trinidad berkumpul di jalan-jalan Sint-James dan Sedrus untuk pergi ke laut dengan membawa replika makam-makam indah, tujuan mereka adalah laut Karibia, sebuah tempat dimana masyarakat melarungkan replika-replika ini ke laut agar mengapung.
Ini adalah bagian dari ritual "Hawassi", sebuah ritual keagamaan yang dipraktikkan oleh Muslim Trinidad selama Muharram.
Di Trinidad, 100.000 Muslim, mewakili 5% dari populasi pulau, memperingati hari Asyura dengan mengadakan ritual suci, sebuah istilah yang berasal dari nama Imam Husain (as). Acara pertama kali diadakan pada tahun 1854 tepat satu dekade setelah kelompok pertama orang India memasuki negara itu untuk bekerja di ladang tebu.
Namun Trinidad berada di bawah kedaulatan kolonialisme Inggris, yang tidak memungkinkan pendirian komunitas besar. Pada tahun 1884, otoritas Inggris melarang penyelenggaraan ritual tersebut. Sekitar tiga puluh ribu orang turun ke jalan-jalan di Mont Rupus, selatan negara itu, untuk memprotes keputusan tersebut. 22 orang tewas dan 100 lainnya luka-luka akibat tembakan pasukan Inggris. Putusan itu kemudian dihapus, tetapi memori pembunuhan Hausi atau "pembantaian Muharram" masih tetap hidup di benak masyarakat.
Hari ini, masyarakat Trinidad membuat pelampung warna-warni dan indah di acara pemakaman, yang disebut "Tajah" (berasal dari kata Ta'ziah) yang melewatkannya dari beberapa jalan dan melarungkannya ke laut, bahan-bahan ini terbuat dari kayu, kertas, bambu dan sisik.
Bersamaan dengan ditabuhnya drum, kerumunan menyertai kapal-kapal ini mulai dari tiga hingga sepuluh meter, sama seperti yang mereka lakukan di kota Lekno di India utara. Tajah mirip dengan replika makam di India. Sebelumnya, Tajah digerakkan oleh dua orang, di mana salah satu dari mereka memegang bulan sabit hijau dan yang lain bulan sabit merah. Bulan Sabit Merah tanda darah Imam Husain (as) dan sabit hijau adalah tanda kesyahidan Imam Hasan (as).
Ritual ini terlebur dengan tradisi wilayah Karibia dan beraromakan pribumi, tetapi banyak muslim di wilayah ini percaya bahwa esensi kedukaan ritual ini harus dilestarikan dan tradisi lokal untuk berkabung dan mengenang para syuhada Karbala, dilakukan seperti di India dan Irak.
Bagi umat Islam di wilayah ini, mengadakan acara ini adalah simbol perjuangan melawan penindasan dan tirani yang telah dihadapi di masa lalu dan begitu juga di masa sekarang, dengan demikian, mereka dengan melakukan ritual ini mencoba untuk melawan marjinalisasi dalam budaya Trinidad.
Republik Trinidad dan Tobago adalah sebuah negara kecil di selatan Karibia. Terletak di timur laut Venezuela dan selatan Granada yang terdiri dari dua pulau utama Trinidad dan Tobago serta beberapa pulau kecil.
Populasi negara ini diperkirakan hampir 1,4 juta. Mengenai PDB yang tinggi, Trinidad adalah salah satu negara terkaya di kawasan ini, yang memiliki pasokan minyak dan gas yang besar yang telah meningkatkan kemakmuran ekonominya.
Negara ini termasuk dari jajahan Inggris dan pada tahun 1962 memperoleh kemerdekaannya. Kepala pemerintahan di negara ini adalah presiden yang dipilih oleh suara senat untuk masa jabatan lima tahun. Kepala pemerintahan perdana menteri adalah mengemban kepala kabinet.
Sejarah masuknya Islam ke negara ini berasal dari separuh kedua abad ke-18. Tetapi kelompok muslim yang paling penting tiba pada pertengahan abad ke-19 dan setelah 1838. Diperkirakan bahwa 13% dari populasi negara ini adalah muslim. Muslim keturunan India, yang mana Syiah adalah bagian dari mereka, mayoritas tinggal di selatan negara ini.
(Jamaica-Gleaner/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar