Dalam pelbagai kesempatan, sejarawan Turki, Fuat Sezgin kerap mengingatkan kepada publik akan peran besar intelektual Muslim di sepanjang sejarah. Menurut dia, para intelektual Arab-Islam mengadopsi kebudayaan Yunani sekaligus menghasilkan corak kebudayaan serta peradaban tersendiri.
Akhirnya produk budaya Islam dinikmati masyarakat Eropa sehingga memunculkan Renaisans sekitar abad ke-14 hingga abad ke-17. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila tradisi saintifik Eropa modern secara prinsip menyerupai tradisi yang sudah dibina peradaban Islam ratusan tahun sebelumnya.
Di samping itu, ada satu pernyataan Sezgin yang belakangan sering dikutip sejumlah diplomat atau politikus, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Menurut sejarawan ini, para pelaut Muslim telah lebih dahulu mencapai Benua Amerika jauh sebelum ekspedisi Christopher Columbus yang terjadi pada 1420.
Sebagai buktinya, dia menunjukkan inskripsi pada peta yang ada. Selain itu, lanjutnya, perkembangan teknologi navigasi Eropa Barat pada permulaan abad ke-15 masih tertinggal daripada yang terdapat pada peradaban Islam.
Kendati tidak jarang menuai prokontra, sosok Sezgin masyhur se bagai ilmuwan yang pantang menyerah untuk bisa mengakses sumber-sumber sejarah yang otentik. Seperti dipaparkan M Abdul Fathah dalam laman the Companion (10 Agustus 2018), Sezgin yang juga penulis buku Natural Sciences of Islam (lima jilid) ini pernah mengadakan perjalanan ke pelbagai perpustakaan kuno di Eropa dan Asia Barat.
Pada 1968, ilmuwan yang wafat sekitar dua bulan lalu itu menemukan empat buah buku karya Diophantus yang berjudul Arithmeticasaat sedang menjelajah situs-situs kuno di Mashad, Iran Utara. Diophantus, yang acap kali digelari `Bapak Aljabar’, itu merupakan ahli matematika dari Iskandariyah (Mesir) yang hidup dalam rentang akhir abad ketiga sebelum Masehi (SM).
Kegigihannya membuat bangga rakyat dan negara Turki. Tanah air nya itu menghargai jerih payahnya sepanjang karier profesional selaku sejarawan. Dia menyukai peran yang terus menjembatani kesalingpahaman antara peradaban Islam dan non-Islam. Atas jasa-jasanya, pada 24 September 2012 wali kota Ankara Melih Gk ek mengubah nama sebuah alun-alun di ibu kota Turki itu menjadi Taman Fuat Sezgin.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar