Menteri Perminyakan Republik Islam Iran, Bijan Namdar Zangeneh
Menteri Perminyakan Republik Islam Iran, Bijan Namdar Zangeneh menjelang sidang komisi bersama pengawas kesepakatan pengurangan produksi minyak OPEC dan non OPEC yang akan digelar di Aljazair hari Ahad mendatang mengatakan, Iran akan menveto setiap keputusan yang bertentangan dengan kepentingan nasionalnya.
Bijan Zangeneh seraya menjelaskan bahwa komisi bersama pengawas kesepakatan OPEC dan non OPEC tidak memiliki wewenang terkait penentuan dan pembagian saham menjelaskan, keputusan akan diambil di sidang menteri perminyakan dan energi OPEC.
Menteri Perminyakan Iran seraya memaparkan bahwa dua anggota OPEC pelopor dunia anti Iran di pasar minyak mengungkapkan, hal ini bukan saja keliru di sektor bertetangga, namun juga tidak benar di bidang kerja sama.
Anggota OPEC pada 22 Juni 2018 di sidang tingkat menteri perminyakan di Wina memutuskan untuk mempertahankan volume produksinya. Namun demikian rencana pengurangan produksi hingga 1,8 juta barel perhari masih tetap eksis.
Perjanjian inovatif yang dicapai di sidang ke 174 OPEC di Wina, sebagai ganti dari 1,8 juta barel yang disepakati di sidang November 2016, anggota OPEC mengurangi pemasaran sebesar 2,8 juta barel ke pasar minyak dan meningkatkan komitmen hingga 150 persen. Kesepakatan bulan Juni lalu membuat kesepakatan ini mencapai 100 persen dan ini bukan berarti peningkatan produksi minyak dan pengurangan produksi minyak hingga 1,8 juta barel perhari masih tetap.
Kini Amerika setelah keluar dari kesepakatan nuklir (JCPOA) kembali menerapkan sanksi anti Iran dan mengancam negara yang memberi minyak dari Tehran akan dikenakan sanksi. Amerika memberi tempo kepada pembeli dan konsumen minyak Iran hingga November mendatang untuk menghentikan pembelian minyaknya dari Iran.
Mengingat bahwa pengurangan produksi OPEC karena sanksi minyak Iran akan berpengaruh pada harga minyak dunia, Amerika menekan sejumlah anggota OPEC untuk menutupi kekurangan minyak di pasar dengan menggenjot produk mereka.
Pendekatan ini sama halnya dengan membenturkan Iran dengan OPEC. Iran negara ketiga produsen minyak di OPEC dan memainkan peran penting di kebijakan organisasi ini serta perimbangan energi dunia.
Oleh karena itu, Presiden AS Donald Trump hari Kamis (20/9) menjelang sidang OPEC di Aljazair di tweetnya menulis, Amerika mengeluarkan biaya untuk menjaga keamanan negara-negara Arab dan mereka di OPEC harus menurunkan harga minyak.
Tweet tersebut menunjukkan bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) mengiringi kebijakan sanksi AS anti Iran dan berusaha melanggar kesepakatan OPEC bulan November 2016 dengan menekan anggota lainnya serta bersamaan dengan sanksi anti Iran, menutupi kekurangan di pasar minyak dunia sehingga mereka mengontrol harga minyak global.
Dalam koridor ini, menteri perminyakan Iran mengatakan, siapa saja yang berbicara akan menutupi kekurangan minyak di pasar sama halnya berbicara anti Iran dan ini sebuah pergerakan politik. Tidak ada sisi ekonomi di statemen seperti ini dan mereka juga menyeret anggota OPEC dan non OPEC ke permainan politik. Permainan politik ini selaras dengan pendekatan Amerika Serikat.
Hossein Kazempour Ardabili, wakil Iran di OPEC mengatakan, Arab Saudi dan sejumlah negara lain dengan meningkatkan produksi minyak telah menyambut sanksi minyak AS anti Iran, padahal Iran berusaha menstabilkan pasar minyak dan jaminan pemasaran energi kepada para konsumen.
Apa yang terjadi di pasar minyak global saat ini adalah penghapusan total Iran sebagai negara produsen minyak ketiga di OPEC tidak mungkin dilakukan. Sementara itu, pendekatan Iranphobia presiden AS Donald Trump di sidang mendatang komisi bersama pengawas kesepakatan OPEC dan non OPEC di Aljazair tidak akan membuat Washington meraih seluruh ambisinya.
(Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar