Daftar Isi Internasional Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Galeri: Pertunjukan "Lebih Tersendiri Dari Al-Masih" Dalam Bingkai Foto


Pertunjukan "Lebih Tersendiri dari Al-Masih" diselenggarakan bertepatan dengan hari-hari Arbain tahun 2018, dengan fokus pada musibah-musibah Ahlulbait (as) dalam peristiwa Asyura.

Pertunjukan ini akan dilakukan setiap hari secara gratis di area seluas lebih dari 15.000 meter persegi, di Taman Welayat Tehran sampai tanggal 8 November mendatang. Pertunjukan ini memiliki lebih dari 400 seniman dan aktor dan diharapkan untuk menjadi tuan rumah sekitar 7.000 pengunjung untuk setiap malamnya.






































(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Narasi Al-Azhar Tentang Universalitas Al-Quran/Audien Ilahi Dalam Pedoman Petunjuk Paling Komprehensif


Alquran adalah kitab yang komprehensif untuk seluruh umat manusia dengan perbedaan etnis, budaya dan bahasa, juga merupakan contoh dari komprehensivitas ini dapat ditemukan dalam audien komprehensif Alquran yang ditujukan kepada para intelektual, cendekiawan, manusia dan seluruh dunia.

Menurut laporan IQNA, tidak dipungkiri bahwa Alquran adalah kitab yang diturunkan oleh Allah swt, yang tanpa diskriminasi, yang menjadikan semua audien seluruh umat manusia dengan bahasa, budaya dan pelbagai warna. Ini bukan klaim, tetapi fakta semata, karena dalam banyak ayat Alquran telah ditekankan bahwa Alquran adalah kitab komprehensif untuk seluruh umat manusia.

Dalam hal ini, Markas Internasional Fatwa Elektronik Al-Azhar, markas ilmiah tertua dunia Islam di negara Afrika Mesir, dengan menerbitkan laporan berjudul "Alamiyyat Alquran: Universalitas Alquran" di situs Seda al-Balad, menganalisa dan mengkaji audien Alquran ditujukan kepada para intelektual, manusia, publik dan dunia dengan bersandar pada ayat-ayat Alquran.

Dalam laporan ini dikemukakan, ketika kita merenungkan banyak ayat-ayat Alquran, maka kita mengerti bahwa ayat-ayat Alquran dengan gamblang menjelaskan bahwa – menyalahi gambaran sebagian orang – kitab Ilahi ini tidak diperuntukkan untuk kaum Arab semata, namun sebuah kitab dimana Allah, dengannya telah menjadikan seluruh manusia sebagai audien. Sejatinya, Alquran adalah orientasi dan kehendak Allah yang menjamin kebahagiaan manusia, baik hitam atau putih, Arab atau Ajam, timur atau barat. Audien Ilahi dalam banyak ayat dijelaskan secara luas, publik dan komprehensif, tanpa dibatasi tanah, etnis, ras atau kerangka tertentu.


Dalam laporan ini, kami mengisyaratkan beberapa contoh dari audien secara umum dan marak Alquran sebagai berikut:

Audien kepada orang-orang yang berakal (uqala) dan cendekiawan

Allah swt, dalam banyak ayat Alquran, telah menjadikan audien para uqala, intelektual, para ilmuan dan berfikir tanpa memandang bahasa atau etnisitas mereka. Seperti dalam ayat 29 surah Shad, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”


Demikian juga, Allah swt dalam surah An-Nahl ayat 12 berfirman, “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya).”


Audien kepada Manusia

Demikian juga, dalam banyak ayat Alquran, Allah juga berbicara kepada umat manusia tanpa memandang bahasa atau rasnya, seperti ayat 6 surat al-Insyiqaq: “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.”

Ayat 3 -6 surah Al-Qiyamat: “Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus menerus. Ia berkata: Kapankah hari kiamat itu?”


Dan surah Al-Qiyamah ayat 36-40: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah dia dahulu adalah setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?”


Audien kepada Masyarakat Umum

Sebagaimana Allah swt dalam Alquran menjadikan manusia sebagai audien tersendiri, dalam sebagian ayat juga menjadikan seluruh manusia dan bukan untuk kelompok tertentu. Seperti dalam surah Ibrahim ayat satu, “(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”

Ayat di atas tidak menyebutkan apa pun tentang bahasa atau etnis tertentu, tetapi ayat tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa Alquran diturunkan menjadi sarana untuk mengeluarkan semua orang dari kegelapan dan memberi petunjuk mereka menuju cahaya, tanpa diskriminasi.


Demikian juga, dalam surah Az-Zumar ayat 4, disebutkan: “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Alquran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.”


Menyeru Tauhid dan Ibadah

Jika kita menelti dalam audien Alquran terutama dalam masalah-masalah khusus seperti menyeru untuk beribadah kepada Allah dan mentauhidkan-Nya, kita melihat bahwa audien jenis ini adalah umum dan biasanya dijelaskan dengan kalimat “Ya Ayyuhan Nas”, seperti dalam surah al-Hajj ayat satu yang mana di situ ada banyak audien kepada seluruh manusia, Allah berfirman: “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).”


Audien semacam ini juga dapat kita lihat dalam ayat 5 surah ini: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai pada waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”


Audien kepada Seluruh Umat

Dalam Alquran telah berulang kali dijelaskan bahwa kitab ini telah diturunkan untuk seluruh dunia dan diulang untuk menekankan masalah ini, kata "Alamiin" berarti dunia guna menunjukkan universalitas misi Alquran dan untuk mengatakan bahwa Alquran telah diturunkan untuk semua orang. Audien macam ini dapat kita lihat dalam ayat 51 dan 52 dari surah Al-Qalam: “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Alquran dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila". Dan Alquran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat.”


Demikian juga, dalam surah Yusuf ayat 104 dinyatakan, “In Huwa Illa Dzikrun lil Alamiin” [itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam]. Ibn Mandzur, seorang sastrawan dan sejarawan (wafat 1311 H – 1232 M) dalam terjemahan al-Alam mengatakan, Alam, adalah segala ciptaan dan Abu Ishaq Zujaj, salah seorang ulama Nahwu dan penyair Irak (wafat 855 H – 923 M) menjelaskan Alamiin adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah, sebagaimana yang telah Ia firmankan, Dia adalah Tuhan segala sesuatu dan kata ini adalah kata jamak dari Alam.

Ada ayat-ayat yang menekankan bahwa Allah juga telah mengutus Nabi Muhammad (saw) untuk seluruh dunia. Seperti dalam surah Al-Anbiya ayat 107: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Dan atau dalam surah Al-A’raf ayat 158, Allah berfirman, “Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.”


Jika ditanyakan bagaimana Allah swt mengutus rasul-Nya untuk semua orang sementara Alquran diturunkan dalam bahasa Arab? Sebagai tanggapan, harus dikatakan: Alquran adalah hukum Islam, yang Tuhan turunkan untuk semua orang dan karenanya menurunkannya dalam bahasa Arab, yang mana bahasa ini memiliki komprehensivitas lebih dan lebih sempurna, serta luas merupakan satu-satunya bahasa yang dapat menafsirkan konsep dan makna Alquran.

Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa sejak zaman Nabi Muhammad (saw) sampai sekarang, para non-Arab juga telah membaca Alquran dan menghafalnya, dan setiap non-Arab dan Ajam yang tidak dapat membaca Alquran, kalam wahyu Ilahi telah diterjemahkan untuk mereka dan semua muslim dari Timur ke Barat dan Arab atau non-Arab mengetahui hal ini dan siapa saja yang ingin membaca Alquran bisa belajar bahasa Arab.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Penyelenggaraan Kursus Pelajar Al-Quran di Indonesia


Himpunan qori Yaman mengadakan kursus pendidikan tilawah untuk para pelajar Alquran, putra dan putri di Indonesia.

Menurut laporan IQNA dilansir dari Mareeb Press Yaman, 80 pelajar Alquran bersama kedua orang tua dan kader pendidikan markas Alquran Zahra di Bekasi hadir dan sejumlah kader pendidikan Alquran Yaman, yang aktif di seantero dunia, mengajar mereka.

Memperkuat tilawah Alquran para peserta adalah salah satu tujuan dari kursus ini dan program-programnya sejak dari awal dimulai dengan pendidikan tilawah sahih surah Hamdalah.

Di akhir kursus pendidikan markas Alquran Zahra di Bekasi, para peserta diberikan sertifikat partisipasi dalam kursus tersebut.

Indonesia adalah negara Islam yang paling padat penduduknya di dunia dan kota Bekasi terletak di provinsi Jawa Barat.

(Mareeb-Press-Yaman/IQNA/berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kehadiran Jutaan Peziarah di Haram Alawi Dalam Bingkai Galeri


Jutaan pecinta mazhab Ahlulbait as, dengan menghadiri haram Alawi, memperbarui janji mereka dengan Amirul Mukminin.

Menurut laporan IQNA dilansir dari markas informasi makam Alawi, dengan tibanya Arbain Husaini, jutaan peziarah pergi ke Irak dan sebelum tiba di Karbala, mereka hadir ke Najaf al-Asyraf dan haram Amirul Mukminin, Imam Ali (as), untuk memperbaharui baiat kembali dengan beliau.


Dengan semua fasilitasnya, makam Alwi juga menyambut para peziarah Alawi dengan sebaik-baiknya.













(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Putri Muslimah; Kewirausahaan Sukses di Amerika


Laila Alawa, seorang putri muslimah Suriah tinggal di Amerika Serikat, dan telah mendirikan salah satu perusahaan media paling sukses di Amerika Serikat.

Menurut laporan IQNA dilansir dari About Islam, Laila Alawa adalah seorang putri muslimah Suriah Denmark, pendiri dan direktur perusahaan The Tempest, yang telah aktif dalam teknologi sejak 2013 dan sekarang menjadi salah satu yang tercepat di dunia dalam bidang ini.

Keluarganya beremigrasi dari Denmark ke Amerika Serikat pada usia enam tahun, tetapi Laila Alawa belajar di rumah dari tahun kedua Sekolah Dasar karena teman-teman sekelasnya mengejeknya sebagai seorang Muslim.

Ia yang telah melakukan penelitian tentang prasangka dan penilaian keliru masyarakat Amerika terhadap minoritas dan dilema yang dihadapi oleh perempuan dalam penelitian sains, pada tahun 2012 ia lulus dalam jurusan telaah dan psikologi.

Di bidang media dan teknologi, Laila Alawa adalah wirausahawan AS yang sukses. Ia menghubungkan jutaan orang setiap hari dengan puluhan ribu pakar perempuan dalam pelbagai topik. Dengan kehadirannya yang terus menerus di pelbagai siaran radio, ia telah mencoba mengubah kesalahpahaman masyarakat tentang minoritas dan perempuan.

(About-Islam/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Stasiun Qurani Arbain/Kemuliaan Hati di Bawah Naungan Kalam Wahyu Ilahi


Setiap tahun, stasiun Arbain Qurani didirikan di pelbagai kota Irak dan rute para peziarah Imam Husain (as), stasiun ini menyediakan pelbagai layanan Qurani untuk para peziarah dan perjamuan untuk lantunan kalam wahyu Ilahi.

Menurut IQNA, Arbain Husaini adalah 40 hari setelah kesyahidan Imam Husain (as) dan bertepatan dengan 20 Safar.

Diketahui bersama bahwa para tawanan Karbala kembali ke Karbala untuk menziarahi Imam Husain (as) pada tanggal 20 Safar. Demikian juga, pada hari ini Jabir bin Abdullah al-Ansari telah datang untuk menziarahi makam Imam Husain (as). Ziarah Arbain adalah salah satu amalan khusus pada hari ini dan menurut riwayat dari Imam Hasan al-Askari (as), merupakan tanda seorang mukmin.

Sejak tahun ke-61 H, tradisi longmarch Arbain kurang lebih ada di Irak, meskipun kedaulatan negara ini memiliki pengaruh besar pada pembentukan tradisi ini, sampai-sampai pada masa pemerintahan Saddam Husain, orang-orang Syiah Irak menghadapi banyak kesukaran dan kesulitan untuk datang ke Karbala pada hari ke-40 kesyahidan Imam Husain (as), dan biasanya mereka sampai ke Karbala dengan melewati padang pasir dan kebun kurma.

Tradisi longmarch Arbain pada tahun 1909 Masehi

Ada beberapa gambar yang menunjukkan penghidupan kembali tradisi Arbain Husaini pada tahun-tahun awal abad ke-20 dan ratusan tahun dari tradisi ini. Setelah runtuhnya rezim diktator Saddam, selama beberapa tahun, orang-orang Syiah Irak dan beberapa negara di dunia dan bahkan pengikut mazhab dan agama lain seperti Sunni, Kristen, Sabaiyin dll ... berpartisipasi dalam peristiwa spiritual agung ini dan mengungkapkan kecintaannya kepada Abu Abdillah al-Husain, sampai-sampai para pecinta keluarga Nabi, dalam beberapa kasus, berjalan ratusan kilo meter, dengan adanya risiko dan ancaman teroris dalam beberapa tahun terakhir yan telah dihadapi para peziarah, tetapi para pecinta mazhab ini tetap menempuh perjalanan dan melakukan pembaiatan kembali dengan beliau.

Tradisi longmarch Arbain pada tahun 1916 Masehi

Sebuah perjalanan yang mengawali para peziarah menuju kiblat cinta dengan dilema yang ringan namun hati berat dengan cinta dan gelora Husaini dan mereka mengingat anak-anak di dataran Karbala dengan berjalan kaki bergegas menjumpai junjunganya.

Masyarakat Irak, yang terkenal karena keramahan dan jamuan ikhlasnya, dari titik paling selatan negara ini dari propinsi Basrah sampai ke semua bagian yang berujung ke Karbala mereka mempersembahkan dengan tulus apa yang mereka miliki untuk para peziarah Abu Abdillah al-Husain (as), sampai-sampai dimana peziarah yang melakukan perjalanan ini sudah tidak memiliki masalah lagi tentang makanan dan akomodasi.


Masyarakat Irak adalah orang-orang yang melihat debu para peziarah al-Husain (as) sebagai penyejuk dan yang memberkati rumah mereka serta mempersiapkan jiwa dan raganya untuk melayani para peziarah. Sementara itu, peran beberapa makam dan tempat ziarah Syiah dalam menjamu para peziarah adalah teladan dan mereka tidak ragu untuk mencoba menyediakan semaksimal mungkin fasilitas bagi para peziarah, dari menyediakan air dan makanan sampai menciptakan pelbagai penginapan, maukib dan tempat peristirahatan religi dan budaya, seperti pembangunan stasiun Alquran di jalur longmarch Arbain.


Di sepanjang jalan para peziarah, selain menjamu para peziarah, ritual berkabung, meratap dan maktam untuk Aba Abdillah dan para sahabat setianya, juga diadakan beragam program Qurani, agama, dan budaya serta beberapa lembaga dan organisasi Alquran Irak, termasuk Darul Quran yang berafiliasi dengan makam Alawi dan Abbasi menjadi presenter pengelola program-program Qurani ini.


Salat Berjamaah Terpanjang

Demikian juga, salah satu tradisi paling berharga yang dilaksanakan di longmarch Arbain Husaini adalah salat jamaah terpanjang, yaitu program pelaksanaan salat berjamaah bersama beberapa tahun yang dilaksanakan dari haram Imam Ali (as) di Najaf sampai Haram Imam Husain (as) di Karbala, dengan dihadiri jutaan peziarah.

Salat berjamaah ini diselenggarakan secara terpisah dengan dipimpin para imam jamaah di depan maukib dan setelah selesainya salat, seluruh jamaah melantunkan suara takbir secara bersama-sama.

Salat berjamaah dan terpanjang ini merupakan jawaban tegas terhadap orang-orang munafik yang mengklaim bahwa Syiah, terutama para peziarah Husaini, tidak memperhatikan salat.


Stasiun Al-Quran

Di antara tindakan berharga dan penting lainnya yang sedang dilaksanakan di rute Arbain Husaini untuk para peziarah, adalah stasiun-stasiun Qurani yang dilaksanakan selama beberapa tahun oleh Darul Quran yang berafiliasi dengan makam Irak dan hauzah ilmiah Najaf dan dengan kerjasama aliansi himpunan dan organisasi Alquran Irak, dewan tinggi Alquran atabah suci dan tempat ziarah Syiah di pelbagai propinsi yang ada di rute longmarch Arbain dan tahun ini dengan nama barunya, “Tempat Istirahat Alquran”, melanjutkan aktivitasnya.

Tujuan dari program ini adalah untuk publikasi budaya Quran di antara para peziarah Husaini, mengoreksi Surah Hamdalah dan at-Tauhid, dan untuk mengajarkan surah-surah pendek Alquran kepada para peziarah dan untuk mengajarkan beberapa masalah dan hukum-hukum Agama seperti berwudhu.

Stasiun-stasiun Alquran didirikan dari Basrah ini sebagai titik awal untuk gerak para peziarah, dan kurang lebih ada di seluruh poros rute gerak para peziarah Arbain Husaini menuju Karbala, namun puncak dari stasiun-stasiun ini adalah Thariq al Husain (jalan Najaf ke Karbala) dan stasiun-stasiun ini didirikan dalam dua bagian; perempuan dan laki-laki.

Salah satu kegiatan utama dari stasiun-stasiun ini adalah pembentukan majelis keakraban dengan Alquran, dengan dihadiri para qori terbaik Irak dan beberapa negara di kawasan seperti Iran, sehingga suara indah para qori di majelis-majelis ini menarik sejumlah besar peziarah.

Demikian juga, Administrasi Quran Komite Basis Rakyat Irak, yang para pejuangnya memainkan peran penting dalam mengamankan keselamatan para peziarah Husaini, memiliki kehadiran yang aktif dan bersemangat dalam pendirian stasiun-stasiun Alquran Arbain dan pendirian majelis-majelis Alquran.


Peningkatan Stasiun Setiap Tahun

Stasiun Alquran ini semakin meningkat di setiap tahunnya. Syaikh Jawad Nasrawi, Direktur markas Alquran Makam Abbasi, mengatakan: tahun ini markas telah menyelenggarakan stasiun Alquran Arbain untuk tahun keempat berturut-turut dan stasiun-stasiun markas tahun ini akan memiliki lebih dari 200 stasiun di propinsi Babil, Muthanna, Najaf dan Karbala.

Menurut penanggung jawab Alquran Irak ini diantara tujuan dari stasiun tersebut adalah untuk mengoreksi pembacaan ayat-ayat Alquran, khususnya ayat-ayat yang dibaca dalam salat harian, menjawab pertanyaan-pertanyaan interpretatif Alquran, menyelenggarakan majelis khataman Quran, serta distribusi brosur budaya yang terkait dengan ziarah dan masalah Alquran.

Menurut Ala Mohsen, Direktur Darul Quran makam Alawi, 200 tempat istirahat Quran telah didirikan di 14 propinsi Najaf, Karbala, Basra, Dhi Qar, Maysan, Wasit, Muthana, Diwaniya, Baghdad, Babylon, Nineveh, Salahuddin, Diyala dan Kirkuk.


Saleh Dari’i, salah seorang qori kenamaan Irak, dan ketua Perhimpunan dan Organisasi Alquran Irak, menyebut tujuan dari penyelenggaraan program ini adalah pelaksanaan ziarah yang diapresiasi Imam Husain (as) yakni sesuai dengan ayat-ayat Alquran dan hukum-hukum Syariat.


Stasiun Khusus Perempuan

Selain stasiun Alquran khusus pria, beberapa stasiun Alquran terletak di poros yang mengarah ke Karbala, dikhususukan untuk perempuan, sampai-sampai markas Alquran Al-Kautsar, berafiliasi dengan makam Alawi, menjalankan program tempat istirahat Qurani khusus peziarah perempuan di rute ziarah Arbain dan bekerja sama dengan Aliansi beberapa himpunan dan Yayasan Alquran Irak.


Di stasiun-stasiun ini, selain dihadiri para qoriah, seperti stasiun Alquran untuk laki-laki, juga diajarkan editor surah-surah pendek Alquran, Hamdalah dan at-Tauhid.

Tahun ini, setelah pertemuan para pejabat markas Alquran di Irak dan lembaga-lembaga Alquran yang berafiliasi dengan atabah dan tempat ziarah Syiah Irak, yang bertujuan untuk memeriksa mekanisme pelaksanaan program Alquran, diputuskan bahwa stasiun-stasiun Alquran ini akan diubah.






(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Muslim dan Bulan Hangat di Tanah Yang Dingin/Ketika Warisan Islam Besar


Di Kanada, Bulan Oktober dinamakan dengan “Sejarah dan Bulan Warisan Islam”, penamaan ini dilakukan atas prakarsa parlemen, dengan tujuan memperingati berabad-abad layanan Muslim untuk kemanusiaan dan membangun jembatan antara Muslim dan warga lain di negara ini.

Menurut laporan IQNA, Pada 25 Oktober 2007, parlemen Kanada secara resmi menamakan bulan Oktober sebagai "Bulan Sejarah Islam", yang tujuannya adalah untuk memperingati berabad-abad layanan muslim untuk kemanusiaan dan membangun jembatan antara Muslim dan warga lain di negara tersebut.

Penamaan bulan Oktober sebagai "Bulan Sejarah dan Warisan Islam" di Kanada, negara dingin di Amerika Utara, bertujuan untuk menginformasikan, mendidik dan berbagi informasi tentang warisan kaya muslim dan layanan mereka kepada masyarakat.

Sekarang, pada malam 25 Oktober, kita akan menilik penamaan Bulan Warisan Islam ke-11 tahun oleh Parlemen Kanada di negara ini dan peringatan bulan ini.

Muslim telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan manusia di bidang ilmu empiris, humaniora, kedokteran, astronomi, dan disiplin ilmu lainnya. Penyelenggara Bulan Warisan Islam percaya bahwa dengan mendidik dan berbagi cerita positif dari pelbagai pengikut agama dan budaya, semua orang Kanada dapat tumbuh dan berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang manusiawi.


Peringatan Nasional

Kantor berita D-Spec mengatakan: setiap tahun, pelbagai acara diadakan di seluruh Kanada. Sejumlah markas dan masjid-masjid Islam merayakan acara ini dengan mengadakan pameran, ceramah, pemutaran film, berdiskusi dengan bebas dan menyediakan makanan negara-negara muslim. Dalam beberapa tahun terakhir, dalam acara-acara seperti di Kanada, telah dikaji isu-isu seperti seni dan arsitektur Islam, perbankan Islam, sistem irigasi umum di dunia Islam, farmakologi, kedokteran dan lingkungan dalam perspektif Islam.

Tema tahun ini adalah "Layanan Muslim untuk Budaya Eropa dan Amerika Utara." Di banyak kota di Kanada, institusi non-Islam memperingati bulan ini. Dewan Sekolah Distrik Toronto (DIBIS), lembaga pendidikan terbesar Kanada, menyediakan serangkaian kegiatan untuk siswa. Moto tahun ini adalah “Perjalanan kita berlanjut ….”


“Saya pikir dengan meningkatnya sentimen anti-Islam, kita perlu menunjukkan lebih banyak kepada masyarakat bahwa kita seorang nuslim adalah sama dengan mereka. Kami ingin mengenal tetangga kami lebih baik dan tahu bahwa kami adalah orang Kanada seperti orang lain,” kata Reza Khan, juru bicara Dewan Muslim Hamilton, yang mengkoordinasi acara tahun ini di dalam kota.


Sejarah Masuknya Muslim ke Kanada

Banyak yang percaya bahwa Islam pertama memasuki Kanada pada tahun 1950-an, tetapi keyakinan ini tidak benar. Hassam Munir, seorang peneliti sejarah Islam, dalam pembicaraannya dalam acara tahun ini di Hamilton tentang sejarah Islam di Kanada, mengatakan bahwa sejarah Islam di Kanada sudah ada sejak 150 tahun lalu.

Di awal acara "Sejarah Bulan Warisan dan Sejarah Islam" di Balai Kota Hamilton, dalam pidatonya dengan tema "The Lost Season of History," menambahkan, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa beberapa muslim Afrika dibawa ke dalam perdagangan budak atau pergi ke Kanada setelah tahun 1833, perbudakan di Kerajaan Inggris (termasuk di Kanada) telah dihapus.

Hesam Munir Pengkaji Sejarah Islam

Dia meriwayatkan kisah Mohamed Baqouaqah, seorang muslim dari barat Afrika, yang diperbudak di usia muda di Brasil dan dikirim ke Amerika Serikat. Setelah merdeka, dia akhirnya pergi ke Chatham di timur selatan Ontario dan pada tahun 1854, seorang penduduk setempat membantunya mendokumentasikan biografinya.

Muslim pertama yang dikenal (dikutip dalam sensus, yang disebut Mohamedans) datang ke Kanada pada tahun 1851. Dikatakan, sepasang suami istri Skotlandia bernama "James" dan "Agnes Love", yang masuk Islam, telah memasuki Kanada tahun ini dan menetap di selatan Antartika.

Menurut Munir, berdasarkan dokumentasi, pada 1854, empat muslim tinggal di negara ini. Pada tahun 1871 jumlah ini mencapai 13 orang dan pada tahun 1901 mencapai 47 dan pada tahun 1921 mencapai 478 orang. Selama tahun-tahun itu, sebagian besar imigran muslim dari kekaisaran Ottoman berharap menemukan pekerjaan dan tempat berlindung, pergi ke negara-negara Barat.


Menurut peneliti itu, banyak imigran pertama muslim yang datang ke Barat telah mampu menjalin hubungan baik dengan penduduk setempat dan secara bertahap berhasil dalam bisnis. Misalnya, seorang individu Lebanon bernama "Bedouin Fran", yang dikenal di Kanada sebagai "Peter Baker", datang ke negara ini pada tahun 1910, dan meskipun menghadapi sikap diskriminatif, namun ia berhasil dalam berbisnis. Dengan tekanan perusahaan Kanada, Hudson’s Bay, Menteri Dalam Negeri Kanada mengumumkan bahwa berdasarkan undang-undang, Fran tidak dapat pergi ke tanah kelahirannya untuk perdagangan bulu dan diizinkan hanya berdagang di kota-kota. Demikian juga, Munir mengisyaratkan kisah Halvi Hamdun, seorang muslimah yang membangun masjid pertama Kanada di Edmonton.


Dia mengisyaratkan pada aspek gelap sejarah, termasuk selama Perang Dunia I, Muslim ditahan di sebuah kamp di wilayah Kapuskasing. Namun, ada laporan bahwa 22 Muslim berjuang untuk Kanada dalam perang itu.


Pertumbuhan Populasi Penganut Islam

Secara bertahap, populasi muslim di Kanada mengalami pertumbuhan, yang menurut dokumen pada tahun 1931mencapai 645 orang. Setelah tahun 1965, kami menyaksikan peningkatan dramatis dalam populasi muslim Kanada, yang sampai pada tahun 1971mencapai 33.000 orang. Hari ini, ada lebih dari satu juta Muslim di negara ini, yang merupakan 3,2% dari populasi negara ini.


Matthew Green, direktur eksekutif Hamilton Centre for Inklusi Sipil (HCCI), dalam kelanjutan acara "Sejarah Bulan dan Warisan Islam" mengatakan: “Sebagian besar pembahasan yang dikatakan Munir belum pernah terdengar sebelumnya dan para peminat yang mengajarkan konten ini di sekolah. Munir menjawab bahwa kurangnya sejarah semacam itu selama studinya telah memaksanya melakukan penelitian.

“Dengan mempelajari sejarah kehadiran Muslim di Kanada, kami menemukan bahwa kami adalah Muslim sebagaimana orang Kanada lainnya,” tambahnya. Dia mengatakan, pekerjaan untuk Muslim belum berakhir. Dua minggu lalu, masjid pertama di Whitehorse di Yukon dibuka. Sekarang ada masjid dan situs agama Islam di semua provinsi dan wilayah Kanada.


Penghormatan kepada Muslim

Menteri Warisan dan Pengayaan Budaya Kanada, Pablo Rodriguez, pada awal Oktober dalam konferensi pers mengatakan bahwa untuk pertama kalinya parlemen Kanada pada tahun 2007 menamai bulan Oktober dengan nama Bulan Sejarah dan Warisan Islam; bulan ini adalah kesempatan besar untuk menghormati komunitas besar Muslim di Kanada dan pengakuan atas layanan berharga mereka sejalan dengan pembentukan negara.


Dia menambahkan: “Kaum Muslim Kanada telah memperkaya kehidupan kita dan membantu menyejahterakan dan menumbuhkan negara kita melalui pencapaian luar biasa di pelbagai bidang, termasuk sastra, matematika, sains, olahraga, dan seni. Sebagai Menteri Warisan dan Pengayaan Budaya Kanada, saya mengundang semua warga Kanada untuk berpartisipasi dalam memperingati bulan ini dan menghadiri acara nasional untuk meningkatkan kesadaran kita tentang warisan yang kaya dari komunitas Muslim. Warisan Budaya Nasional Kanada adalah koleksi yang dibuat oleh upaya semua suku dan pengikut semua agama di negara ini. Peradaban Islam bukan milik umat Islam semata, tetapi milik semua orang Kanada.”


(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: