Daftar Isi Internasional Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Doa Malam Kedua Puluh Tiga Ramadhan (I)


الدعاء لظهوره أرواحنا فداه

في الليلة الثالثة والعشرين من شهر رمضان

ورد هذا الدعاء في الليلة الثالثة والعشرين من شهر رمضان في بعض النسخ:

أَللَّهُمَّ يا ذَا الْمَجْدِ الشَّامِخِ وَالسُّلْطانِ الْباذِخِ، صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَكُنْ لِوَلِيِّكَ وَابْنِ وَلِيِّكَ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ‏ الْمَهْدِيِّ، في هذِهِ السَّاعَةِ وَلِيّاً وَحافِظاً، وَقائِداً وَناصِراً، وَدَليلاً وَعَوْناً، وَعَيْناً وَمُعيناً، حَتَّى تُسْكِنَهُ أَرْضَكَ طَوْعاً، وَتُمَتِّعَهُ فيها طَويلاً.

يا مُدَبِّرَ الْاُمُورِ، يا باعِثَ مَنْ فِي الْقُبُورِ، يا مُجْرِيَ الْبُحُورِ، يا مُلَيِّنَ الْحَديدِ لِداوُودَ عَلَيْهِ السَّلامُ، صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِ ‏مُحَمَّدٍ، وَافْعَلْ بي كَذا وَكَذا، أي اُطلب حاجتك.(1)

ـــــــــــــــــــــــــــــــــــــ

1) منهاج العارفين: 274.

Pada sebagian kitab, do’a untuk Imam Zaman as. ini termasuk bagian dari amalan malam dua puluh tiga bulan Ramadhan. Do’a tersebut sebagai berikut:

Ya Allah! Wahai pemilik keagungan yang tinggi dan kekuasaan yang menjulang, curahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarganya, jadilah Engkau pengasuh, penjaga, pemimpin, penolong, petunjuk, pemelihara dan pengawas bagi wali-Mu Muhammad putra Al-Hasan Al-Mahdi di saat ini, sehingga Engkau serahkan kepadanya bumi-Mu dengan ridha dan Kau bahagiakan ia dalam jangka waktu yang panjang.

Wahai sang pengatur segala urusan, wahai yang membangkitkan ahli kubur, wahai yang mengalirkan lautan, wahai yang melenturkan besi untuk Daud as. curahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarganya dan lakukanlah untukku ini, ini…

Sampaikanlah permohonan kepada Allah swt. ![1]


_____________________________

[1] Minhaj al-‘Arifiin hal. 274.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Doa Hari Ketiga Belas Ramadhan


الدعاء لظهوره أرواحنا فداه

في اليوم الثالث عشر من شهر رمضان

نقل السيّد الأجلّ عليّ بن طاووس ‏رحمه الله هذا الدعاء لهذا اليوم:

أَللَّهُمَّ إِنّي أَدينُكَ بِطاعَتِكَ وَوِلايَتِكَ، وَوِلايَةِ مُحَمَّدٍ نَبِيِّكَ، وَوِلايَةِ أَميرِالْمُؤْمِنينَ حَبيبِ نَبِيِّكَ، وَوِلايَةِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ، سِبْطَيْ نَبِيِّكَ وَسَيِّدَيْ شَبابِ أَهْلِ جَنَّتِكَ.

وَأَدينُكَ يا رَبِّ بِوِلايَةِ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ وَمُحَمَّدِ بْنِ عَلِيّ‏ وَجَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ وَمُوسَى بْنِ جَعْفَرٍ وَعَلِيِّ بْنِ مُوسى وَمُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ وَعَلِيِّ بْنِ مُحَمَّدٍ وَالْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ، وَسَيِّدي وَمَوْلايَ ‏صاحِبِ الزَّمانِ.

أَدينُكَ يا رَبِّ بِطاعَتِهِمْ وَوِلايَتِهِمْ، وَبِالتَّسْليمِ بِما فَضَّلْتَهُمْ، راضِياً غَيْرَ مُنْكِرٍ وَلا مُسْتَكْبِرٍ، عَلى ما أَنْزَلْتَ في كِتابِكَ.

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَادْفَعْ عَنْ وَلِيِّكَ وَخَليفَتِكَ ‏وَلِسانِكَ وَالْقائِمِ بِقِسْطِكَ، وَالْمُعَظِّمِ لِحُرْمَتِكَ، وَالْمُعَبِّرِ عَنْكَ، وَالنَّاطِقِ بِحُكْمِكَ، وَعَيْنِكَ النَّاظِرَةِ، وَاُذُنِكَ السَّامِعَةِ، وَشاهِدِ عِبادِكَ، وَحُجَّتِكَ عَلى خَلْقِكَ، وَالْمُجاهِدِ في سَبيلِكَ، وَالْمُجْتَهِدِ في طاعَتِكَ.

وَاجْعَلْهُ في وَديعَتِكَ الَّتي لاتَضيعُ، وَأَيِّدْهُ بِجُنْدِكَ الْغالِبِ، وَأَعِنْهُ وَأَعِنْ عَنْهُ، وَاجْعَلْني وَوالِدَيَّ وَما وَلَدا وَوُلْدي مِنَ‏الَّذينَ يَنْصُرُونَهُ، وَيَنْتَصِرُونَ بِهِ فِي الدُّنْيا وَالْآخِرَةِ، إِشْعَبْ بِهِ ‏صَدْعَنا، وَارْتُقْ بِهِ فَتْقَنا.

أَللَّهُمَّ أَمِتْ بِهِ الْجَوْرَ، وَدَمْدِمْ بِمَنْ نَصَبَ لَهُ، وَاقْصِمْ رُؤُوسَ ‏الضَّلالَةِ حَتَّى لاتَدَعَ عَلَى الْأَرْضِ مِنْهُمْ دَيَّاراً.(1)

ـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ

1) إقبال الأعمال: 426، البحار: 37/98، باب السعادة: 85.


Sayyid Ali bin Thawus ra. menukil do’a untuk kemunculan imam Zaman as yang dibaca pada hari ke tiga belas bulan Ramadhan.

Ya Allah! Sesungguhnya aku merendah kepada-Mu dengan ketaatan dan wilayah(kekuasaan)-Mu, wilayah Muhammad nabi-Mu, wilayah Amirul Mukminin kekasih nabi-Mu, wilayah Al-Hasan dan Al-Husein cucu nabi-Mu dan penghulu para pemuda penduduk surga. Aku merendah kepada-Mu wahai Tuhanku dengan wilayah Ali putra Al-Husein, Muhammad putra Ali, Ja’far putra Muhammad, Musa putra Ja’far, Ali putra Musa, Muhammad putra Ali, Ali putra Muhammad, Hasan putra Ali dan tuan pemimpinku Shahib Zaman as, aku merendah wahai Tuhanku dengan ketaatan dan wilayah mereka, dengan pengakuan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah Engkau muliakan, dengan ridha dan ikhlas, tidak dengan pengingkaran dan kesombongan, atas apa yang telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu.

Ya Allah! Curahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarganya, jagalah wali-Mu, khalifah serta lisan-Mu dan Al-Qaim dengan keadilan-Mu, orang yang mengagungkan kemuliaan-Mu, yang menceritakan tentang Engkau, yang berbicara dengan hikmah-Mu, ia adalah mata-Mu yang melihat, telinga-Mu yang mendengar, sebagai saksi bagi hamba-hamba-Mu, hujah-Mu atas makhluk-Mu, yang berjihad di jalan-Mu dan yang sungguh-sungguh dalam mentaati-Mu.

Jadikan ia sebagai amanat-Mu yang tak pernah musnah, kuatkan ia dengan tentara-Mu yang pasti menang, tolonglah ia dan jangan tolong musuh-musuhnya, jadikan aku, orang tuaku, putra-putra orang tuaku dan putra-putraku sebagai orang-orang yang menolongnya, berikanlah keberhasilan kepada kami dengannya di dunia dan di akhirat, satukanlah cerai berai kami dan sembuhkan semua penyakit kami.

Ya Allah! Matikanlah dengannya segala kejahatan, jadikan kemarahan-Mu atas musuh-musuhnya dan hancurkanlah pemimpin-pemimpin kezaliman sehingga tidak tersisa dari mereka seorang pun di muka bumi ini “.[1]


___________________________________

[1] Iqbal al-A’mal hal. 426, Bihar al-Anwar jilid 98 hal.37 dan Bab as-Sa’adah hal. 85.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ada Apa Dengan Doa Arafah Sayidina Husain?

Doa Arafah

Oleh: Muhammad Shahifi

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَيْسَ لِقَضَائِهِ دَافِعٌ، وَ لاَ لِعَطَائِهِ مَانِعٌ، وَ لاَ كَصُنْعِهِ صُنْعُ صَانِعٍ، وَ هُوَ الْجَوَادُ الْوَاسِعُ فَطَرَ

Segala puji bagi Allah yang tiada seorangpun dapat menolak ketentuan-Nya, mencegah pemberian-Nya, dan tak ada seorangpun dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya. Dialah Allah yang maha pemurah menciptakan


أَجْنَاسَ الْبَدَائِعِ وَ أَتْقَنَ بِحِكْمَتِهِ الصَّنَائِعَ، لاَ تَخْفَى عَلَيْهِ الطَّلاَئِعُ، وَ لاَ تَضِيْعُ عِنْدَهُ الْوَدَائِعُ، (أََتَى بِالْكِتَابِ

segala jenis ciptaan dengan hikmah-Nya secara sempurna,tidak akan samar kepada-Nya setiap yang rahasia, tidak akan disia-siakan setiap titipan yang dititipkan kepada-Nya, (Datang dengan kitab


الْجَامِعِ، وَ بِشَرْعِ الْإِسْلاَمِ النُّوْرِ السَّاطِعِ، وَ لِلْخَلِيْقَةِ صَانِعٌ، وَ هُوَ الْمُسْتَعَانُ عَلَى الْفَجَائِعٌ)، جَازِيْ كُلِّ صَانِعٍ،

yang menyeluruh dan dengan syariat islam yang terang benderang dan yang menciptakan makhluk dan Dialah penolong pada setiap kesusahan] membalas setiap yang berbuat,


وَ رَائِشُ كُلِّ قَانِعٍ، وَ رَاحِمُ كُلِّ ضَارِعٍ، وَ مُنْزِلُ الْمَنَافِعِ وَ الْكِتَابِ الْجَامِعِ بِالنُّورِ السَّاطِعِ، وَ هُوَ لِلدَّعَوَاتِ

mecukupkan setiap yang qona’ah(merasa cukup) menyayangi setiap yang merendah (hati), menurunkan setipa yang bermanfa’at dan kitab yang terkumpul ( didalamnya segala urusan) dengan cahaya yang terang benderang. Dialah Allah yang mendengar setiap do’a,


سَامِعٌ، وَ لِلْكُرُبَاتِ دَافِعٌ، وَ لِلدَّرَجَاتِ رَافِعٌ، وَ لِلْجَبَابِرَةِ قَامِعٌ، فَلاَ إِلَهَ غَيْرُهُ وَ لاَ شَيْئَ يَعْدِلُهُ وَ لَيْسَ كَمِثْلِهِ

menolak setiap bencana, mengangkat setiap derajat, menghempaskan setiap yang sombong. Tidak ada tuhan selain Dia, tiada sesuatupun menyamai-Nya, tiada sesuatupun menyerupai-Nya,


شَيْئٌ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَرْغَبُ إِلَيْكَ وَ أَشْهَدُ

Dialah yang maha mendengar, maha melihat, maha halus , maha mengetahui dan maha berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah sungguh aku mencintai-Mu, aku bersaksi

بِالرُّبُوْبِيَّةِ لَكَ مُقِرًّا (مُقِرٌّ) بِأَنَّكَ رَبِّيْ وَ أَنَّ إِلَيْكَ مَرَدِّيْ، ابْتَدَأْتَنِيْ بِنِعْمَتِكَ قَبْلَ أَنْ أَكُوْنَ شَيْئًا مَذْكُوْرًا وَ

dengan rububiyah-Mu, kuakui bahwa Engkau adalah tuhanku,kepada-Mu pengembalianku, Engkau ciptakan aku dengan limpahan nikmat-Mu, sedang aku ketika itu belum berupa apapun yang dapat disebut,


Siapa yang tidak mengenal doa Arafah, warisan agung ahlul bait Radulullah saw. Doa Arafah begitu istimewa dan menarik. Betapa tidak, doa ini dapat dibagi dalam dua bagian: Bagian umum dan bagian khusus. Permulaan doa ini bisa dikunsumsi dan dipahami oleh masyarakat umum, namun semakin maju (bagian kedua), doa ini menyampaikan pemahaman-pemahaman yang khusus yang bisa dinikmati oleh kalangan khusus (khawas) dan sangat khusus (khawas al-khawas). Dan tentu syarah masing-masing dari bagian doa ini memerlukan penulisan artikel tersendiri.

Doa Arafah Sayidina Husain termasuk doa yang mengandung pesan sufistik yang tinggi dan membahas makrifatullah (pengenalan terhadap Tuhan) serta munajat dan ekspresi penghamaan pada Allah Swt. Dalam doa ini, Sayidina Husain memperkenalkan–dengan pandangan yang mendalam–sifat-sifat Allah, tajdid ‘ahd (pembaharuan janji) dengan-Nya, perjalanan pada diri manusia serta mengingatkan pelbagai nikmat tak terhingga Ilahi serta syukur atasnya. Di samping itu, doa agung ini juga mengisyaratkan kehinaan di hadapan Allah, pengakuan akan kefakiran dan kekecilan diri, taubat dan permohonan ampunan serta keberhasilan dalam beramal.

Basyar dan Basyir mengatakan: Di akhir doa ini, Imam Husain mengangkat suaranya tinggi-tinggi sembari berkata, Ya Rabb ya Rabb, sehingga semua orang yang ada di sekitar beliau yang tidak berdoa tertarik untuk mendengarkan doa beliau dan mengamininya.Lalu semua orang hanyut dalam tangisan bersama Imam Husain sehingga matahari tenggelam dan kemudian jamaah haji bergerak menuju Masy’ar bersama beliau.

Sayed al Habib ad-Dai Ilallah al-‘Arif billah Imam Khamene’i berkata: “Pribadi cemerlang Imam Husain memiliki dua aspek: aspek pertama adalah aspek jihad dan syahadah (kesyahidan). Beliau begitu menonjol dalam sejarah pada aspek ini dan perjuangannya begitu berkah dan tetap abadi sampai hari ini.

Dan rata-rata kalian mengenali aspek perjuangan dan jihad beliau. Aspek lain adalah dimensi spiritual dan ‘irfani/sufistik beliau, khususnya pada doa Arafah yang aspek ‘irfani ini muncul secara meknakjubkan. Sangat jarang kita memiliki doa selevel doa Arafah

Doa Arafah begitu menyentuh dan memiliki keteraturan yang luar biasa. Dan di doa Arafah ini terdapat tawasul kepada Allah Swt yang mengajarkan kepada pendoanya supaya ia mengalami kefaaan dan ketiadaan di hadapan Zat Ilahi. Tentu doa yang seperti ini sangat menakjubkan sekali.

Doa lain yang terkait dengan doa Arafah adalah doa yang terdapat dalam Shahifah as-Sajjadiyyah. Dan doa Sayidil Imam Ali Zainal Abidin dalam Shahifah Sajjadiyyah seperti syarah bagi doa Arafah.Do Arafah adalah matn (teksnya) sedangkan doa Arafah Imam Zainal Abidin adalah syarahnya. Doa Arafah Imam Husain adalah pangkal (ashl) sedangkan doa Arafah Imam Husain adalah far’ (cabang).

Meskipun seluruh para Imam ahlul bait masing-masing mereka mempunyai doa ma’tsur (yang diriwayatkan dari Nabi saw) yang sampai kepada kita namun doa terbanyak dan paling terkenal hanya dinisbahkan kepada tiga imam: Imam Ali, Imam Husain dan Imam Ali Zainal Abidin. Dan menariknya, ketiga imam tersebut adalah pejuang dan mujahid di jalan Allah. Imam Ali yang merupakan mujahid sejati memiliki doa yang terkenal dengan sebutan doa Kumail. Imam Husain pejuang dan syahid di padang tandus Karbala mempunyai doa yang terkenal dengan doa Arafah. Dan Imam Ali Zainal Abidin yang merupakan pembawa pesan perjuangan ayahnya di Nainawa memiliki kumpulan doa yang dibukukan dalam kitab Shahifah Sajjadiyyah.

(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Bagaimana Agar Doa Bisa Menjadi Sebuah Solusi


Oleh: Suparno


Do’a keselamatan dari Imam Mahdi afj

Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad

Allahummarzuqna taufiqattha’ah

“Ya Allah karuniakan bagi kami taufik ketaatan”

Doa ini diawali dengan permohonan agar kita dikaruniai taufik, tidak sembarang taufik tapi taufik ketataan kepada Allah swt.

Semua orang dituntut untuk memiliki tujuan. Semua orang hidup dan dari hasil interaksi dengan orang lain, dengan lingkungan sekitar, dengan lingkup sosial tertentu dari sini muncullah berbagai permasalahan. Dari permasalahan tadi manusia menjadi stress dan tertekan, dan dia tidak bisa hidup dengan nyaman di muka bumi ini.

Sebagai contoh ketika seorang ayah pulang dari pekerjaan dengan membawa stress, stress dari tempat kerja maupun stress selama perjalanan pulang. Sang ibu dengan semangat emansipasi juga meniti karier di dunia kerja, ia pun pulang kerumah dengan membawa stress, stress persis seperti suaminya. Rumah pun menjadi tempat bertemunya dua stress dari dua orang terpenting dalam rumah tangga.

Tuntutan kerja mengharuskan si ayah dan ibu bangun pagi-pagi dan bersiap untuk memulai kerja, juga karena tuntutan tempat kerja, si ayah dan ibu harus pulang terlambat, belum lagi kadang harus kerja lembur karena sudah mendekati deadline, karena konsumen meminta proyek dipercepat, klient menuntut ada perubahan sementara waktu sudah mepet, demi mempertahankan konsumen dan klient karyawan diharuskan kerja lembur.

Kita bisa bayangkan bagaimana kenyamanan dan ketentraman dari keluarga diatas. Ketika kehidupan didasarkan tidak pada ketaatan kepada Allah swt maka itu sama dengan permasalahan yang akan melahirkan permasalahan-permasalahan yang lain.

Kita kembalikan pada masalah bahwa ketaatan adalah sebuah taufik yang semestinya kita utamakan dalam deret doa kita. Dapat dipahami disini bahwa ketaatan adalah sebuah target, dan dalam menggapai target kita butuh perencanaan, diluar perencanaan bagian yang sangat penting adalah pengenalan pihak yang akan diupgrade ketahap ketaatan, yakni diri kita sendiri. Bagaimana kondisi kita, seberapa jauh kita dari level yang ingin kita raih, berapa tahapan yang harus kita lalui agar kita bisa sampai pada level yang kita harapkan. Apa saja yang kita butuhkan, apa saja kondisi pribadi kita yang menjadi penghalang, sifat apa saja yang kita miliki dan itu menghalangi perjalanan kita, dari perbuatan dan sifat buruk yang kita miliki mana yang lebih berat ditinggalkan, dan mana yang lebih mudah kita tinggalkan, berapa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai level itu, apakah egoisme sedang mengungguli nalar normal kita, apakah sifat tidak mau mengalah sedang mengalahkan kita dalam menentukan pilihan kita.dll. Kita berikan skala prioritas.

Doa yang kita panjatkan adalah pengingat kita untuk senantiasa berada dalam satu garis, berada dalam koridor sehingga kita bisa tetap berada dalam zona aman, berada dalam zona perjalanan yang tidak menyalahi tujuan yang akan kita raih.

Demikian juga baris pertama doa keselamatan dari Imam Mahdi afj ini.

Allahummarzuqna taufiqattha’ah

“Ya Allah karuniakan bagi kami taufik ketaatan”

Doa ini mengingatkan kita untuk ingat dan senantiasa melihat tujuan tertinggi kemanusiaan yakni menjadi manusia taat. Dan dalam al Qur’an Allah swt berfirman

“Katakanlah: Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul…… Dan jika kamu taat kepadaNya, niscaya kamu mendapat petunjuk….” (Qs An Nur:54)

Kita diperintahkan untuk menjadi manusia taat, taat kepada Allah swt dan kepada rasulNya. Kita diberitahu melalui ayat ini bahwa seharusnya taat dijadikan tujuan, sebuah tujuan yang akan menghantarkan manusia menjadi makhluk yang berada dalam hidayah Allah swt, “…niscaya kamu mendapat petunjuk…”

“…Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.” (Qs : Al Ahzab: 66)

Dalam ayat ini digambarkan para ahli neraka menyesali penyebab keberadaan mereka disana, mereka menyesal mengapa selama didunia tidak taat kepada Allah swt dan RasulNya. Tidak menjadikan ketaatan kepada Allah dan rasulNya sebagai parameter dalam menentukan cara hidup di alam dunia. Kebalikan dari kondisi diatas, mereka yang taat kepada Allah dan RasulNya, mereka akan mendapat kebahagiaan SurgaNya Allah swt.

“…Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya; niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih. (Qs : Al Fath: 17)

“Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscata Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki yang mulia.” (Qs Al Ahzab: 31)

Dalam ayat ini ketaatan kepada Allah swt dan Rasulnya disebut sebagai amalan yang menjadikan hamba mendapatkan pahala berlipat ganda, dan akan mendapatkan rizki yang mulia.

Doa juga mengingatkan terus-menerus bahwa tujuan dari penciptaan manusia adalah pengghambaan dan penyembahan mutlak kepada Allah swt.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. “ (Qs Al dzariyaat: 56)

“Janganlah kamu menyembah selain Allah…” (Qs Al Ahqaaf:21)

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (Qs Al Zumar:11)

Doa ini juga menjadi parameter untuk melihat apakah pilihan kita dalam menjalani hidup sudah sinkron dengan doa ini apa malah bertolak belakang. Apakah pilihan hidup ini kita berlandaskan konsep ketaatan pada Allah swt atau tidak. Ketika semua tahapan ini kita lalui, kita singkronkan dengan koridor ketaatan pada Allah swt maka kita akan hidup dengan tenang, kita akan aman dari berbagai permasalahan, hal-hal yang awalnya bermasalah dimata kita menjadi bukan suatu masalah. Adanya ujian menjadi sumber penyemangat bahwa kita dipersilahkan untuk naik level bukan malah membuat kita mundur dan putus asa. Adanya permasalahan kita hadapi dengan lebih tenang, permasalahan ketika dihadapi dengan sikap tenang, akan lebih mudah dipecahkan dibandingkan jika dihadapi dengan emosi.

Ketaatan berasal dari kata taat, dan dalam bahasa arab memiliki padanan dengan Tha’ah. Ketaatan adalah sebuah kemestian yang muncul dari rasa percaya sepenuh hati kepada Allah swt. Ketika kita melihat anak-anak muda kita bermasalah, bukannya tidak mungkin kalau sebenarnya mereka belum memiliki pemahaman akidah yang runut. Mereka hanya tahu bahwa Allah itu ada dan esa, belum sampai tahap yakin bahwa Allah itu memang harus ada dan tidak mungkin tidak esa. Masih banyak permasalahan akidah yang mereka simpan dan mereka tidak tahu kepada siapa hal itu bisa dipecahkan, karena kalau mereka bertanya tentang Allah bisa jadi beberapa orang langsung dicap kafir atau murtad karena dianggap sedang tidak mengimani Allah swt.

وبعد المعصية

Wa bu’dal ma’siah

“Dan jauhkan (kami) dari maksiat”


Senada dengan doa keselamatan diatas Allah berfirman:

ولا تقربوا الزنى انه كان فحشة وساء سبيلا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Qs Al Isra: 32)


Baris kedua dari doa keselamatan Imam Zaman ini berupa permintaan kepada Allah swt agar kita dijauhkan dari maksiat.

Sebenarnya tidak bermaksiat adalah salah satu tanda dari orang yang taat kepada Allah swt. Orang taat kepada Allah swt itu mentaati sepenuh hati dengan meninggalkan yang dilarang dan menjalankan yang diperintahkan. Dan disini ditekankan pada menjauhi, jadi tidak hanya tidak menjalani perbuatan maksiat bahkan menjauhi berbagai hal yang berbau maksiat. Ketika jadi dua tahap, pertama dengan menjauhi tempat maksiat kemungkinan kita untuk melakukan masksiat jauh lebih sedikit. Dibanding ketika kita berada didalam lingkungan tempat orang-orang biasa bermaksiat.

Lingkungan disini tidak selalu bermakna tempat tapi lebih luas, yakni lingkungan berupa sistem maupun lingkungan sosial media yang kita pilih.

Tidak berbeda dengan tempat-tempat bermaksiat ketika kita memilih lingkup sosial media yang salah, kelompok dimana mereka selalu menggunjing, memfitnah, menyebarkan hoaks, dll maka kita disebut juga sebagai orang yang tidak menjauhi tempat maksiat.

Bisa menjauhkan diri dari maksiat adalah sebuah nilai dan hasil dari perjuangan. Pihak yang lebih berwenang seperti pemimpin masyarakat, pemimpin institusi dll, seyogyanya memberikan apresiasi kepada bawahan ketika mereka berusaha menjauhkan diri dari maksiat. Terlebih dalam lingkup keluarga, ketika orang tua mengapresiasi anak-anaknya yang sudah mampu menjauhkan diri dari maksiat pastinya itu akan memberi kekuatan, karena kenyataanya manusia sendiri sebenarnya ada kecenderungan untuk terus menerus berbuat maksiat.


بل يريد الإنسان ليفجرأمامه

“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.” (Al Qiyaamah : 5)


Jadi manusia butuh penyemangat agar tetap teguh dalam menjalani kehidupan yang jauh dari hiruk pikuk kemaksiatan.

Media bermaksiat seiring berkembangnya peradaban juga semakin luas. Dengan media sosial berupa gadget, laman-laman internet, serta program untuk smartphone kekinian seperti tiktok, smule yang menawarkan program live yang tidak mungkin difilter, masyarakat semakin mudah untuk bermaksiat dikamar-kamar tertutup mereka.

Keinginan untuk banyak yang folow, banyak yang subscribs, banyak yang like, tapi tidak mengetahui cara bagaimana memviralkan video dan foto mereka, ada remaja-remaja masih berbaju sekolah yang melakukan perbuatan tidak senonoh live dengan mobile phone mereka. Perbuatan tidak senonoh tanpa dibayar ini dilakukan hanya agar bisa menaikan rating video yang di uploud. Cukup miris karena disaat yang sama orang tua mereka sedang membanting tulang untuk mencari biaya sekolah, sehingga mereka tetap bisa bersekolah.


Menjauhkan dari maksiat

Salah satu pelajaran dari baris doa diatas adalah agar kita menjauhkan diri kita dari maksiat. Dan dalam Al Qur’an kita diajari

يَأَيهَا الّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسكمْ وَ أَهْلِيكمْ نَاراً وَقُودُهَا النّاس وَ الحِجَارَةُ عَلَيهَا مَلَئكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصونَ اللّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Dalam tahapan menjauhi dan tidak mengerjakan maksiat sesuai ayat ini semestinya dimulai dari diri kita (قُوا أَنفُسكمْ) setelah kita sudah mengerjakan baru kita disuruh menyampaikan dan menyuruh keluarga kita (وَ أَهْلِيكمْ نَاراً).


وبعد المعصية

Wa bu’dal ma’siah

“Dan jauhkan (kami) dari maksiat”


Doa ini jelas sangat tepat disegala zaman, termasuk dijaman kekikinian. Kita memohon kemudahan untuk menjauhi maksiat, dan ini adalah modal untuk kemudian bisa mengajak keluarga kita dan orang lain menjauhi maksiat.

Dalam kehidupan rumah tangga banyak hal sederhana yang bisa kita lihat dari anak-anak kita, betapa mudahnya anak-anak menirukan kebiasaan “buruk” sang ayah yang terbiasa meletakkan sepatu tidak di rak sepatu, sementara sang ibu bukan hanya meletakkan sepatu pada tempatnya bahkan seisi rumah ia tata sedemikian rupa, namun yang ditiru bukan sang ibu tapi dari ayah.

Kalau kita telisik perbuatan sang ayah dilakukan setulus hati tanpa sedikitpun pengharapan untuk ditiru dan semacamnya, sementara sang ibu bisa jadi ia melakukan berbagai disiplin tersebut dengan pengharapan seisi rumah juga melakukan hal serupa, jadi dilakukan tidak dengan ikhlas. Walau memang ada kenyataan lain yakni adanya kecenderungan manusia untuk bermaksiat.


بل يريد الإنسان ليفجرأمامه

“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.”

(Al Qiyaamah: 5)

Disini terlihat betapa besar peran seorang kepala rumah tangga. Ketika kepala rumah tangga sudah menjadi yang paling menjauhkan diri dari maksiat kemungkinan untuk membenahi anggota keluarga yang lain akan lebih mudah. Dan selanjutnya bisa memperbaiki masyarakat dengan contoh amalan baik yang dilakukan. Dan dari sini menjauhkan dari maksiat diawali dari pribadi seorang ayah, keluarga dan akhirnya meluas kepada masyarakat.

Untuk menjauhkan seseorang dari maksiat tentu tidak semudah membalikkan tangan. Perlu penelitian latar belakang mengapa pelaku melakukan maksiat, pendekatan psikologis, penanganan sebab-sebab yang menjadikan orang atau masyarakat terjerumus kedalam maksiat.


Menjauhkan masyarakat dari maksiat

Menjauhkan masyarakat dari maksiat tentu tidak serta merta dengan berceramah dan mengungkapkan ribuan dalil dari Al Quran dan sunah. Ketika masyarakat itu lapar maka semestinya mereka dicarikan pekerjaan, dibukakan lapangan kerja terlebih dahulu, didekati dulu dan kita harus bisa menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang baik akan lebih didengarkan omongannya dibandingkan para penasihat dan penceramah.

Menjauhkan masyarakat dari maksiat tidak bisa dilakukan orang perorang, perlu bergerak bersama-sama mencari jalan keluar. Butuh perencanaan matang dan semangat membangun masyarakat dalam kebersamaan.

(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kufah, Imam Hasan dan Pasukannya


Pagi setelah malam pemakaman Amirul mu`minin Ali, putranya, Imam Hasan, menyampaikan ceramah di tengah orang-orang tentang keutamaan-keutamaan ayahnya dalam Islam dan di sisi Rasulullah saw. Lalu berhenti, dan menangis tersedu-sedu. Orang-orang pun turut menangis. Kemudian berkata:

“Akulah putra sang pembawa kabar gembira; akulah putra sang pemberi peringatan; akulah putra sang penyeru kepada Allah dengan izin-Nya; akulah putra as-Sirajul munir (Sang Lentera yang menerangi); aku bagian dari Ahlulbait yang Allah hilangkan dari mereka dosa dan nista dan Dia sucikan sesuci-sucinya; aku bagian dari Ahlulbait yang Allah wajibkan cinta kepada mereka di dalam kitab-Nya. Allah berfirman:

Katakanlah, “Aku tidak meminta kepadamu suatu upah pun atas seruanku ini kecuali kecintaan kepada keluargaku.” Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu.

Jadi, kebaikan (hasanah) adalah cinta kepada kami Ahlulbait.” (al-Irsyad/al-Mufid 2/8)


Ambisi Kekuasaan Menolak Kebenaran

Usai ceramah, Ubaidillah bin Abbas bangkit mengajak muslimin agar langsung baiat kepada beliau: “Hai orang-orang, inilah putra Nabi kalian dan washi Imam kalian, berbaiatlah kepadanya!”. Mereka menyambut ajakan ini. Maka mereka menyatakan kerelaan dan ketaatan: “Ia lah yang paling kami cinta, yang paling harus kami penuhi haknya dan yang paling berhak atas khilafah.”

Imam Hasan turun dari mimbar. Kemudian mengatur umara dan urusan kepemimpinan. Pada hari itu setelah mereka berbaiat, Ibnu Muljam (yang telah membunuh Amirul mu`minin Ali) dihadirkan. Sampai di hadapan Imam Hasan, dia berkata: “Apa yang telah ayahmu perintahkan kepadamu?”

Imam menjawab, “Beliau menyuruhku agar tidak membunuh selain si pembunuhnya..” Kemudian dia dihukum qishash (eksekusi).

Ketika Muawiyah tahu Amirul mu`minin Ali wafat dan orang-orang berbaiat kepada Imam Hasan, dia menyusupkan dua orangnya; yang satu dari Himyar ke Kufah, dan yang lain dari bani al-Qain ke Basrah, untuk mata-matai dan mengacaukan urusan Imam. Namun kemudian keduanya tertangkap dan dihukum atas perintah Imam. Setelah itu beliau layangkan surat ke Muawiyah: “Kau telah mengirim mata-mata kepadaku seakan ingin berjumpa denganku..”

Di dalam surat lainnya sebagai jawaban atas surat Muawiyah yang menyinggung suluh dan baiat untuk mengangkat dia di posisi wilayatul ‘ahd (putra mahkota), Imam mengatakan: “Ikutilah kebenaran niscaya kau tahu bahwa aku pemihaknya..” (Maqatil ath-Thalibin 33). Namun Muwaiyah cenderung menolak kebenaran. Terlebih pasca kesyahidan Amirul mu`minin Ali, ambisinya terhadap kekhalifahan yang persyaratannya tak ada pada dirinya, semakin besar.


Imam Hasan Mensifati Pasukannya

Muawiyah mengumpulkan kekuatan dan mempersiapkan pasukan dari kaum yang menyimpang. Dia pimpin dan gerakkan mereka yang berjumlah enamribu orang -atau lebih- menuju Irak. Sementara Imam Hasan membangkitkan penduduk Kufah untuk berjihad melawan Muawiyah. Namun, mereka diam ketika diminta untuk menyambut seruan jihad beliau. ‘Adi bin Hatim melihat sikap mereka, mengungkapkan:

“Subhanallah.. Alangkah buruknya posisi (kalian) ini! Tidakkah kalian menjawab imam kalian, putra dari putri Nabi kalian?”

Imam Hasan menoleh kepadanya dan berkata, “Siapa yang mau datang kepadaku (bergabung), maka datanglah untuk menepati janji..” Beliau kemudian keluar dari masjid, menaiki tunggangannya dan pergi.. dan ‘Adi bin Hatim lah orang pertama yang menjadi prajuritnya. Disusul oleh Qais bin Sa’ad bin Ubadah al-Anshari, Ma’qal bin Qais ar-Riyahi dan Ziyad bin Sha’sha’ah at-Taimi. Mereka pun melontarkan seperti yang telah dikatakan ‘Adi kepada orang-orang yang enggan bergabung.

Imam mengapresiasi mereka yang tergabung dalam pasukan: “Aku masih mengenal kalian melalui ketulusan niat, penepatan janji, ketaatan dan kecintaan yang benar. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.”

Pasukan Imam Hasan merupakan gabungan unik dari berbagai kelompok. Mengejutkan bahwa sebagian mereka dari khawarij dan yang pro kekuasaan bani Umayah. Namun kemudian mereka berbuat hal melampaui batas dan menampakkan pengkhianatan terhadap beliau.

Mereka mudah terpecah karena beda tujuan, dan kurang beliau percaya. Imam sempat berkata kepada pasukannya di al-Madain: “Kalian dulu berada di perjalanan menuju Shiffin dan agama kalian mendahului dunia kalian. Tetapi kini, dunia kalian mendahului agama kalian. Kalian berada di antara dua pihak yang terbunuh; pertama yang terbunuh di Shiffin, yang kalian tangisi. Kedua, yang terbunuh di Nahrawan, yang kalian harap dari kami menuntut balas atasnya..” (Tarikh Madinah Dimasyq 13/268)


Referensi:

A’lam al-Hidayah (4)

(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Peziarah Arbain Indonesia Singgah di Kota Suci Mashhad


Rombongan warga Muslim Syiah Indonesia yang akan mengikuti ritual jalan kaki dari kota Najaf ke Karbala di Irak dalam rangka memperingati 40 hari kesyahidan Imam Hussein as atau Arbain, singgah terlebih dahulu di kota Mashhad, Iran untuk menziarahi Makam Suci Imam Ridha as sebelum bertolak ke Karbala.

Astan News melaporkan, sekira 80 peziarah asal Indonesia yang tahun ini berhasil menjadi bagian dari lautan peziarah Arbain Imam Hussein as, pertama menziarahi Makam Suci Imam Ridha as dan mendapat sambutan hangat dari para pelayan Haram Suci Razavi.

Abdullah Abdul Ghafur salah satu anggota rombongan mengatakan, untuk pertama kalinya saya mendapat kesempatan berziarah ke Makam Suci Imam Ridha as dan berada di tengah lautan peziarah Imam Hussein as, ini adalah nikmat besar yang dikaruniakan kepada saya oleh Allah Swt sehingga bisa menunjukkan kecintaan saya kepada Ahlul Bait as khususnya Imam Hussein as dan saya katakan, meskipun secara fisik saya tidak berada di samping Ahlul Bait as saat mereka hidup, tapi saya akan mengorbanan jiwa saya di jalan mereka.

Ia menambahkan, sebagian besar peziarah Indonesia ini untuk pertama kalinya berziarah ke Makam Suci Imam Ridha as, kendati sebagian dari mereka tidak terlalu kaya dari sisi finansial, namun punya keterikatan batin yang kuat dengan keluarga suci Nabi Muhammad Saw.

Abdul Ghafur merasa bahagia bisa berziarah di Makam Suci Imam Ridha as dan menuturkan, Haram Suci Razavi menggelar berbagai program acara yang targetnya adalah meningkatkan takwa dan makrifat para peziarah.

Para peziarah Indonesia ini menginap di penginapan peziarah Kota Razavi dan turut menghadiri acara-acara budaya seperti tur keliling Haram Suci Razavi, mengunjungi museum, melaksanakan ritual keagamaan, ceramah dan mendapat bingkisan oleh-oleh Razavi yang diberikan oleh Divisi urusan Peziarah Non-Iran, Haram Suci Razavi.

(Astan-News/berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Staf Pengajar Universitas Hama Suriah Kunjungi Pusat Budaya Razavi


20 orang staf pengajar Universitas Hama Suriah mengunjungi pusat kebudayaan Haram Suci Razavi.

Astan News melaporkan, 20 orang staf pengajar Universitas Hama Suriah, Rabu (17/10/2018) mengunjungi kampus Universitas Islam Razavi, perpustakaan pusat dan museum pusat Haram Suci Razavi.

Para dosen Universitas Hamas Suriah dalam kunjungannya ke Universitas Islam Razavi melihat dari dekat aktivitas kampus ini dan meninjau bagian-bagian khusus perpustakaan.

Hujatulislam Ali Khayat, penasihat urusan keilmuan Rektor Universitas Isam Razavi di sela kunjungan itu mengatakan, beberapa karakteristik Universitas Islam Razavi menarik perhatian para dosen Universitas Hama Suriah. Pengajaran pelajaran-pelajaran hauzah dan universitas di satu perguruan tinggi, sistem akumulatif yang digunakan dalam setiap pelajaran, kebersihan lingkungan kampus dan infrastruktur yang kokoh di perpustakaan, di antara hal yang sangat menarik perhatian para dosen Suriah ini.

Ia menambahkan, kunjungan para dosen dari sebuah universitas luar negeri dapat meningkatkan kerja sama dan interaksi dengan Universitas Islam Razavi.

Dalam kelanjutan lawatan para dosen Universitas Hama Suriah, Abolfazl Hassan Abadi, Kepala Departemen urusan Dokumen dan Media, Lembaga Perpustakaan, Museum dan Pusat Dokumen Haram Suci Razavi, menjelaskan sejarah singkat pembangunan kompleks Haram Suci Razavi dalam tiga fase sejarah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan para dosen Suriah itu.

Perpustakaan Pusat Haram Suci Razavi menjadi tujuan berikutnya rombongan dosen Universitas Hama Suriah. Para dosen Suriah dalam kunjungannya ke perpustakaan ini melihat dari dekat berbagai bagian pusat budaya ini seperti Aula buku-buku Latin, aula peneliti dan sistem aktivitas aula rak tertutup.

Mojtaba Bazrafshan Moghaddam, Kepala Departemen Perpustakaan, Museum dan Pusat Dokumen Haram Suci Razavi di sela kunjungan staf pengajar Universitas Hama Suriah ke perpustakaan pusat Razavi menuturkan, kunjungan akademisi dari kampus-kampus luar negeri ke pusat-pusat budaya dan sejarah Haram Suci Razavi dapat meningkatkan pengetahuan mereka atas peradaban Iran Islami.

Ia melanjutkan, kunjungan ke perpustakaan Haram Suci Razavi dapat meningkatkan pertukaran ilmu pengetahuan dan budaya, karena kualitas pelayanan dan volume informasi di tempat ini memiliki daya tarik khusus bagi kalangan pegiat ilmu.

Menurut Bazrafshan, dalam perjalanan untuk mencapai sumber-sumber ilmu, kita dapat memanfaatkan peninggalan-peninggalan langka yang kita miliki untuk membuka kesempatan penelaahan peninggalan-peninggalan tersebut oleh mereka. Terkait kitab-kitab tulisan tangan, sedang disiapkan sebuah media sehingga para dosen asing yang berminat dapat memanfaatkan kapasitas manuskrip tulisan tangan yang disimpan di perpustakaan Haram Suci Razavi untuk bahan kajian.

Staf pengajar Universitas Hama Suriah kemudian mengunjungi perpustakaan Al Quran dan barang langka Haram Suci Razavi dan melihat dari dekat karya-karya seni dan bersejarah yang ada di museum ini.

Mohammad Ziad Mamduh Sultan, Rektor Universitas Hama Suriah di akhir kunjungan ke pusat budaya dan tempat-tempat suci Haram Suci Razavi kepada wartawan mengatakan, untuk pertama kalinya bersama dosen-dosen Universitas Hama Suriah, saya berkunjung ke Haram Suci Razavi. Poin yang perlu diperhatikan di Haram Suci Razavi adalah kehadiran jutaan peziarah di sebuah tempat yang sangat bersih dan tertib, dan lalu lalang para peziarah dikelola dengan keteraturan khusus. Keamanan di sebuah tempat yang menjadi tujuan para peziarah dari berbagai negara, sungguh sangat bernilai.

Ia menambahkan, berdasarkan peninggalan sejarah dan kesenian di museum Haram Suci Razavi saya melihat kebudayaan Iran dan Islam memiliki kedalaman pemahaman yang sangat penting.

Rektor Universitas Hama Suriah melanjutkan, jumlah buku dan dokumen yang disimpan di perpustakaan dan pusat dokumen Haram Suci Razavi dan dibuatnya aula peneliti dengan fasilitas sangat lengkap adalah manfaat-manfaat ilmu pengetahuan yang dapat membuka peluang interaksi di bidang ilmu pengetahuan dengan dosen-dosen Suriah. Di akhir kunjungan, staf pengajar Universitas Hama Suriah dijamu makanan penuh berkah Imam Ridha as di restoran Razavi.

(Astan-News/berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: