Oleh: Danang Setiawan
“Ada waktu luang, makan siang di danau. Angsanya cantik, danaunya jernih. Pak Sandi (Wakil Gubernur DKI Jakarta) pasti pernah ke sini,”. Sekarang kan beliau punya power dan authority di Jakarta. Saya yakin Danau Sunter bisa dibikin seperti ini, setuju enggak penonton? Mari sampaikan ke Pak Anies dan Pak Sandi,” ujar Susi kepada Kompas.com
Danau Sunter (Foto: warta kota/panji baskara ramadhan)
Demikian Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menantang Gubernur Anies dan Sandiaga untuk membuat Danau Sunter menjadi Danau yang berkelas internasional seperti di Jenewa, Swiss beberapa waktu lalu. Kalimatnya sederhana namun cukup menohok jika saja Gubernur Anies punya kepekaan.
Setelah saya analisis dan melalui perenungan siang dan malam, tantangan Bu Susi ini bukanlah sekedar tantangan biasa. Tetapi terkandung pesan moral atau semacam “kode keras” lah istilahnya yang ingin beliau sampaikan kepada Gubernur Anies. Dari kalimatnya saya mencatat ada tiga pesan kode keras. Mari kita ulas satu per satu.
Kode keras Pertama, Bu Susi ingin kapanpun dan dimanapun Anies dan Sandi memikirkan kesejahteraan warganya. Perhatikan kalimat pertama : Ada waktu luang, makan siang di danau. Angsanya cantik, danaunya jernih. Pak Sandi (Wakil Gubernur DKI Jakarta) pasti pernah ke sini,”.
Bayangkan disaat rekreasi melepas penat pun beliau masih kepikiran Danau di Jakarta. Dari sini kita melihat Bu Susi ingin memberi pesan bahwa kapan dan dimanapun Anies dan Sandi harus senantiasa mengingat warganya. Bukan hanya Bi Narti dan bunda PAUD saja yang dipikirkan dan diberi dana 63 Miliar, tetapi bunda-bunda yang lain pasti juga kepingin lah diberi uang belanja. Jadi jangan salahkan jika masyarakat gaduh melihat sejumlah anggaran yang disusun Anies karena dinilai terlalu boros dan terkesan hanya untuk bagi-bagi demi terserapnya anggaran.
Kode keras kedua, Bu Susi menantang agar Anies Sandi menggunakan otoritas dan kewenangannya untuk mensejahterakan warga. Perhatikan kalimat keempat : “Sekarang kan beliau punya power dan authority di Jakarta”
Disini Bu Susi ingin mengingatkan kepada Gubernur Anies soal kewenangan dan otoritasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Didukung dana yang sangat besar memungkinkan mereka untuk merealisasikan apapun program yang direncanakannya. Harus hati-hati mengambil kebijakan dan menggunakan wewenangnya termasuk dalam mengubah Pergub tanpa kajian mendalam. Jika tepat sasaran maka warga bisa sejahtera. Sebaliknya, jika ceroboh dan salah urus bisa semakin kacau dan uang APBD pun bisa habis buat bancaan para maling anggaran.
Kode keras Ketiga, Jika optimis, ada kemauan, Anies Sandi bisa membuat Kota Jakarta sejajar dengan kota-kota di Eropa. Perhatikan kalimat terakhir : Saya yakin Danau Sunter bisa dibikin seperti ini, setuju enggak penonton? Mari sampaikan ke Pak Anies dan Pak Sandi,”
Bu Susi meskipun hanya lulusan SMP, tetapi cara berpikirnya internasional. Dengan kemauan, beliau berhasil mengembalikan ikan-ikan dan kelayaan laut kita yang selama bertahun-tahun dibiarkan dicuri. Disini seolah Bu Susi ingin agar Anies dan Sandi belajar dari Gubernur sebelumnya Jokowi Ahok yang sudah membuktikan dengan kemauan dan keberanian bisa menyulap Waduk Ria Rio, Waduk Pluit, RPTRA Kalijodo, dan membangun Simpang Susun Semanggi berkelas dunia yang sekarang bisa dinikmati masyarakat.
Sayangnya Gubernur Anies sepertinya tidak cukup peka dengan kode keras Bu Susi sehingga bukannya memberikan jawaban yang cerdas malah menantang balik nggak jelas. Alih-alih berterima kasih dan menjawab tantangannya dengan aksi nyata, Gubernur Anies malah menanggapinya dengan meminta Bu Susi membersihkan sampah di perairan Jakarta. Sebuah respon yang nggak nyambung dan sama sekali tidak elegan kalau menurut saya. Bayangkan dia yang dikasih ide bagus malah terkesan ingin mencari kejelekan Menteri Susi. Sikap yang kurang rendah hati inilah yang menjadi alasan mengapa saya antipati dengan gubernur Anies.
Insya Allah kami satu-satu, kami ingin agar danau-danau di Jakarta ini, tempat-tempat waktu kita menampung air, menjadi tempat yang jernih dan bersih, kami minta bantuan juga ke Bu Susi. Bantu bersihin perairan karena perairain kita itu, kemarin saya ke Pulau Seribu itu sampahnya luar biasa,”
Semula saya berpikir dengan diangkatnya 73 personel tim gubernur TGUPP senilai 28 Miliar ini akan membuat pembangunan di Jakarta akan cepat dan spektakuler melebihi era Ahok yang jumlah TGUPP hanya 15 orang. Namun rupanya kita harus gigit jari dipaksa untuk kembali bersabar karena lagi-lagi Gubernur Anies meminta waktu. Entah apa yang dipikirkan selama hampir enam bulan setelah dinyatakan menang Pilkada, hampir semua kita disuruh menunggu dan sabar untuk melihat perubahan Jakarta.
Padahal jika saja Gubernur Anies punya visi misi yang jelas, untuk menjawab tantangan Bu Susi ini cukup dengan memberikan gambaran dan konsep seperti apa nantinya Danau Sunter lewat Smart city.
Tetapi jika Rumah DP 0 rupiah yang digagas setahun yang lalu saja belum menemui titik terang, stadion sekelas Old Trafford yang dijanjikanpun tidak masuk APBD, Tanah Abang yang ingin dijadikan seperti Turki malah semakin parah, apalagi Danau Sunter yang memang tidak ada rancanganya. Pastilah masih gelap, segelap Balai Kota yang kini tertutup tirai. Hmm…
Terakhir saya berharap analisis kode keras tantangan Bu Susi ini mudah-mudahan sampai ke pak Anies sehingga ada harapan kelak Danau Sunter yang biasa untuk membuang mayat bisa jernih dan menjadi obyek wisata seperti Danau di Jenewa.
Selamat mendapat kode keras!
(Indo-Voices/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar