Ismail Haniyeh, Head of Hamas’s politburo.
Gerakan perlawanan Palestina Hamas mengecam deklarasi "perang" dari sebuah keputusan AS untuk mengakui Yerusalem al-Quds sebagai "ibukota" rezim pendudukan Israel, (Hamas) menyerukan "hari kemarahan" melawan Washington dan Tel Aviv.
Dalam pidato di televisi pada hari Kamis (7/12), ketua Polit Biro Hamas Ismail Haniyeh menyebut keputusan Washington sebagai "agresi terhadap rakyat kita dan perang di tempat-tempat suci kita."
Dia menyerukan intifadah Palestina baru, atau pemberontakan, melawan Zionis Israel dan mengatakan ini harus dimulai pada hari Jumat.
"Kebijakan Zionis yang didukung oleh AS ini tidak dapat dihadapi kecuali jika kita menyalakan intifada baru," katanya. "Biarlah tanggal 8 Desember menjadi hari pertama intifadah melawan penjajah."
Haniyeh mengatakan bahwa gerakan perlawanannya yang berbasis di Gaza sepenuhnya siap "untuk menghadapi bahaya strategis yang mengancam Yerusalem [al-Quds] dan mengancam Palestina."
Ketua Polit Biro Hamas mengatakan bahwa warga Palestina tidak mengakui Zionis Israel karena itu entitas tersebut tidak memiliki lahan di wilayah Palestina untuk diklaim sebagai sebuah "ibu kota".
" Jerusalem [al-Quds] menyatukan Arab dan Muslim, dan dia adalah ibukota negara bagian Palestina, seluruh Palestina," katanya.
Haniah selanjutnya meminta Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk menarik diri dari perdamaian dengan Israel dan Arab untuk memboikot pemerintahan Trump.
"Harus diumumkan bahwa apa yang disebut perjanjian perdamaian telah dikuburkan, sekarang dan untuk selamanya, dan bahwa tidak ada yang disebut mitra bagi orang Palestina dalam damai," katanya.
Pejabat senior gerakan perlawanan Jihad Islam juga mengatakan bahwa waktunya sudah matang bagi rakyat Palestina untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan melawan pendudukan Israel bersama-sama.
Dalam sebuah konferensi pers, mereka meminta semua negara Arab untuk menanggapi langkah Trump.
Ucapan tersebut muncul saat orang-orang Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung mengadakan pemogokan umum serta demonstrasi massa untuk mengecam langkah AS tersebut.
(Al-Masirah/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar