Pengakuan Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel membuktikan bahwa ia senang perang, dan keputusan ini sama sekali tidak bernilai.
“Dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Donald Trump menunjukkan diri lebih memilih perang dari pada perdamaian,” ujar Syaikh Ikrimah Shabri, khatib Masjidul Aqsha.
Syaikh Shabri mengingatkan bahwa keputusan Trump tersebut akan membuahkan akibat buruk bagi dirinya dan juga bagi rezim Zionis.
“Yerusalem sangat urgen bagi bangsa Palestina dan juga bagi seluruh Muslimin dunia. Sikap kami berkenaan dengan Yerusalem sangat transparan dan kami akan terus melanjutkan untuk membela kota ini,” ujar Shabri.
Menurut pernyataan Syaikh Ikrimah, orientasi Amerika yang berbau diktator tidak akan bisa merubah kenyataan. Sikap kami bersumber dari keimanan. Allah telah menyambung Yerusalem ke langit, Makkah, dan Madinah. Kota ini lebih penting bagi kami dibandingkan dengan sesuatu yang lain.
“Sekarang perundingan sudah tidak penting lagi. Dengan keputusan tersebut, Amerika telah mengumumkan akhir perdamaian. Perundingan kembali juga sudah tidak berarti. Perdamaian sudah punah,” tandas Syaikh Ikrimah.
Syaikh Ikrimah menyatakan, rakyat Palestina sangat menghargai pernyataan presiden Turki yang menegaskan bahwa Yerusalem adalah garis merah seluruh Muslimin dunia. “Kami sangat berterima kasih kepada seluruh Muslimin dunia lantaran mereka membela Yerusalem,” ujarnya.
Keputusan Donald Trump yang diambil pada hari Rabu minggu lalu bertentangan dengan Resolusi PBB 478 yang menegaskan bahwa usaha untuk menggabungkan Yerusalem Timur dengan Israel adalah tindakan yang ilegal dan bertentangan dengan keputusan internasional.
(Anatoli/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar