Budaya dalam bahasa inggrisnya culture. Dalam definisi Taylor adalah dimensi fisik, atau dimensi lahiriyah dari sebuah masyarakat. Kata culture asalnya dari bahasa Latin colere yang artinya tumbuh, berkembang. Kata ini mulai digunakan di abad ke 11 masehi di Eropa dengan dua ekstensi (misdaq) yaitu ritual-ritual agama dan pertanian. Di zaman Renaisance kata kulture menemukan artinya atau digunakan tidak hanya untuk dimensi lahiriyah tapi juga dimensi maknawiyah .
Definisi budaya dalam tradisi Barat
Tidak ada definisi yang pasti untuk budaya, setiap orang meberikan definisi yang beragam sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. Bahkan Anis Baswedan menyebutkan ada puluhan definisi tentang budaya. Di antara definisi-definis itu antara lain :
Eliot misalnya mendefinisikan budaya sebagai kumpulan, gabungan, dari ilmu pengetahuan , keyakinan, seni, moral, aturan, kapasitas dan potensi yang diserap oleh individu dari masyarakatnya.
Yang lain Totalitas dari gaya hidup manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.
Satu sistem yang komprehensif dan model
Definisi lain mengatakan bahwa budaya adalah kumpulan setiap keyakinan dan akhlak serta Potensi dan tradisi
Ada benang merah yang menyatukan seluruh definisi tentang budaya yaitu bahwa budaya adalah antitesa dari hal-hal yang natural. Budaya adalah hasil kreasi, dan kreatifitas manusia yang dishare oleh anggota masyarkat lain dan kemudian diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Karena pengaruh renaisans , budaya dipandang sebagai antitesa dari kemunduran , masyarakat yagn berbudaya yaitu masyarakt yang maju dari aspek material. Masyarakat Eropa yang berbudaya adalah lawan dari masyarakat yang terbelakang. Menarik bahwa jika mengikuti standar ini, berbudaya artinya masyarakat yang berbudaya, kota yang berbudaya dan bangsa yang berbudaya namun identik dengan kemajuan materi. Kota-kota Eropa misalnya jika dibandingkan dengan kota Iran dari sudut pandang yang sempit ini adalah kota yang berbudaya dan Iran atau tepatnya Teheran adalah kota yang terbelakang. Jika seseorang melancong ke Eropa Barat misalnya ke London atau ke Perancis. Ia akan dibuat kagum oleh gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, jalan-jalan raya yang panjang dan bersih. Atau perhatikanlah di negara-negara islam yang lain seperti Dubai, Qatar Misalnya negeri kecil yang tiba-tiba melakukan lompatan besar untuk membangun sebuah lanskap kota yang modern dengan apartemen, hotel kelas internasional yang mewah. Gedung conventional yang membuat berdecak kagum mata yang memandangnya akan melihat sebagai kota yang berbudaya. Sementara jika kita lihat Teheran terutama tahun 90-an dengan bangunan-bangunan sederhana, Tidak ada gedung-gedung pencakar langit, kecuali menara Milad di Teheran yang dibangun untuk menjadi sentra kegiatan kebudayaan. Tetapi kemudian orang menjadi sadar bahwa ekspansi jor-joran dan eksplorasi atas sumber daya alam yang habis-habisan hanya untuk menampilkan estetika material saja merefleksikan keserakahan maunsia. Bersemayam didalamnya faham filsafat Barat Cartesian yang membahayakan alam. Eksplorasi tanpa batas dan tanpa kebijakan yang mendalam terhadap alam dan hanya ingin menyuguhkan keindahan fisik semata-mata itulah yangmenjadi andalan dari negara-negara yang maju secara materi dan ingin disebut sebagai bangsa yang berbudaya hanya dengan mengandalkan keindahan fisik semata-mata. Kota Teheran Iran, Atau Kota Masyahad atau Kota Qum adalah kota-kota yang sederhana yang didesain untuk menyeimbangkan keindahan tradisional dan kebijakan perenialisme atas alam, sumber daya alam, hutan, sumber hayati dan habitat dari makhluk-makhluk lainnya. Alam tidak dipandang sebagai entitas yang lain atau entitas lemah yang hanya melayani kepentingan manusia. Alam tidak dipandang sebagai budak atau diri manusia tidak memandang dirinya sebagai satu-satunya agen yang dominan yang berhak melakukan apa saja terhadap alam demi ambisi-ambisi materialnya. Lantaran itu negeri-negeri yang lebih menghargai aspek spiritual dan mengasalkan kepada prinsip kesejatian spiritual akan sangat hati-hati dalam mengeksplorasi alam. Ada rasa tanggung jawab yang mendalam dan lebih luas tidak hanya terkait dengan bangsa dan negerinya sendiri tapi juga dengan negeri dan bangsa lain. Bangsa-bangsa ini hanya ingin menggambarkan estetika kesederhanaan, kendaraan yang sederhana, rumah yang sederhana, gaya hidup yang sederhana namun mewah dalam pemikiran dan kreatifitas.
(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar