Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Saatnya Belajar Dari Manado dan Sulawesi Utara

Saatnya Belajar Dari Manado dan Sulawesi Utara

Written By Unknown on Rabu, 13 Desember 2017 | Desember 13, 2017


Oleh: Zuhairi Misrawi

Jum’at kemarin, saya pertama kali menjejakkan kaki di Kota Manado, Sulawesi Utara untuk sebuah seminar tentang “Pancasila, Agama-Agama, da Kemanusiaan” dan Festival Keragaman 2017 yang diselenggarakan oleh Gerakan Cinta Damai Sulawesi Utara bekerja sama dengan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)

Bulan lalu, kalau tidak salah, Setara Institute, sebuah lembaga yang konsern pada toleransi menyebutkan bahwa Manado adalah kota yang paling toleran di Indonesia. Prestasi ini tentu sangat membanggakan kita semua, karena justru kota yang paling toleran adalah daerah yang justru mayoritas penduduknya Kristen.

Saya lama mengetahui Manado ini melalui makanannya yang enak, khususnya bubur Manado dan ikan bakar rica-rica. Di samping itu, jujur saya juga melihat para perempuan Manado yang cantik dan para laki-laki yang ganteng. Apalagi umumnya mereka sopan dan friendly.

Ketakjuban saya pada Manado, dan Sulawesi Utara pada umumnya makin membuncah, ketika melihat kebhinnekaan dirayakan bersama-sama. Gerakan Cinta Damai Sulawesi Utara (GCDS) yang menjadi inisiator kegiatan seminar dan festival keragaman betul-betul mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika dalam arti yang sebenarnya. Di organisasi ini terdapat Kristen, Katolik, GP Ansor, Lesbumi NU, Ahmadiyah, Syiah, LGBT, PMII, Hindu, Budha, dan beberapa aliran kepercayaan.

Jujur, saya terkagum-kagum melihat semua kelompok bersatu-padu dalam harmoni. Tidak ada kecurigaan dan kebencian di antara sesama. Mereka sadar bahwa kita semua warga negara yang cinta pada Tanah Air. Kita semua adalah ciptaan Tuhan. Kita semua adalah bersaudara.

Komitmen mereka terhadap Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika begitu kuat. Menurut saya, sudah saatnya Jakarta belajar dari Sulawesi Utara untuk merajut kembali kebhinnekaan dalam bingkai kebangsaan dan kemanusiaan. Di sana terdapat mutiara negeri yang luar biasa. Konon, di kota ini tidak ada kelompok ekstremis yang kerap menganggu kebhinnekaan, seperti di daerah-daerah lain karena saking kuatnya solidaritas bersama untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam acara itu, justru doa dipimpin oleh umat Budha dan aliran kepercayaan. Ini sungguh mencerminkan Ketuhanan Yang Berkebudayaan. Yaitu Ketuhanan yang saling menghargai dan menghormati di antara sesama. Tidak egois, dan tidak pula fanatis.

Jika Presiden Jokowi punya visi membangun negeri dari pinggiran. Saatnya kita juga memperkuat kebhinnekaan dengan belajar dari pinggiran. Mutiara-mutiara keindonesiaan justru kokoh di Manado dan Sulawesi Utara pada umumnya.

Terima kasih kepada teman-teman Gerakan Cinta Damai Sulawesi Utara, yang telah mengundang saya. Terima kasih kepada Jemaat Ahmadiyah dan GP Ansor yang telah mendampingi saya selama di Manado.

(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: