Seorang pendeta Kristen menyelamatkan manuskrip kuno provinsi Niniwe di Irak, yang beberapa di antaranya berumur ribuan tahun lalu, dari cengkeraman ISIS.
Menurut laporan IQNA dilansir dari al-Sumaria News, Najib Michael, seorang pendeta Kristen Irak, memiliki sebuah perpustakaan yang mencakup koleksi manuskrip kuno yang unik, yang sebagian darinya kembali pada abad ke-9.
Buku-buku yang dicetak, yang sebagian publikalisnya kembali pada tahun 1515, dan menuliskan teks-teks Kristen dan dan buku-buku di bidang geografi, sejarah, matematika, sastra Islam, Yazidi dan Yahudi, beberapa manuskrip terkait dengan lebih dari 1000 tahun yang lalu yang ditulis di atas kulit binatang termasuk isi dari perpustakaan bernilai ini.
Sejak tahun 2003, perpustakaan tersebut berkali-kali mendapat ancaman dengan dikirim sejumlah surat disertai dengan beberapa tembakan oleh kelompok radikal dan ekstremis Mosul, sampai-sampai Michael terpaksa memindahkan semua buku perpustakaan ini ke kota Kristen Qaraqush.
Pada tahun 2014, setelah ISIS mendominasi Mosul dan masuknya kelompok teroris ini di kota Qaraqush, sekali lagi, perpustakaan tersebut dalam bahaya dan Michael terpaksa memindahkannya ke lokasi yang tidak diketahui di Kurdistan Irak.
Mengacu pada fakta bahwa pemindahan buku-buku perpustakaan ini ke Qaraguchi memerlukan waktu dua jam lebih sebelum masuknya ISIS ke Mosul dan penghancuran kota serta pembakaran buku-bukunya, mengatakan, pemindahan isi perpustakaan ini dilakukan dalam empat tahap dan saya memindahkan bku-buku dan manuskrip yang lebih penting ke mobil saya.
Beberapa manuskrip tersebut telah dipindahkan melalui orang-orang yang meninggalkan Mosul dengan mengendarai mobil. Dia mengatakan, saya tidak mengenal mereka, namun mereka menyembunyikan buku-buku tersebut dan beberapa manuskrip yang terkait abad 12 dan 13 saya pindahkan dengan kursi roda.
Najib Michael menyatakan bahwa beberapa manuskrip disembunyikan di bawah tanah dan rusak pada masa Saddam. “Kami mencoba memperbaikinya dari halaman ke halaman, kendati sayangnya ada keluarga yang telah memiliki manuskrip dari generasi ke generasi, namun tidak mengenal nilainya dan membakarnya untuk memasak roti,” paparnya.
Menurutnya, bantuan UNESCO dalam melestarikan buku-buku sejarah ini dari kepunahan tidaklah cukup. Pendeta Kristen ini menegaskan, “Kurangnya dukungan dari organisasi internasional dan non-pemerintah dalam melestarikan manuskrip sangat mengecewakan”.
Saat ini, buku dan manuskrip ini di katalogkan oleh Center for Digital Manuscripts di kota Erbil, dan lebih dari 8.000 manuskrip dari 105 koleksi Irak, Turki, dan Iran telah diubah menjadi digital, serta 10.000 manuskrip dan ribuan buku yang sudah dicetak membutuhkan digitalisasi.
(Al-Sumeria-News/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar