Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Kode Keras Mahfud ke Koalisi Jokowi di ILC

Kode Keras Mahfud ke Koalisi Jokowi di ILC

Written By Unknown on Rabu, 15 Agustus 2018 | Agustus 15, 2018


Oleh: Alifurrahman

Setelah menonton pernyataan penuh Mahfud MD di ILC semalam, tentang bagaimana proses penunjukannya sebagai bakal Cawapres namun kemudian gagal, hingga hal-hal lain yang berkenaan dengan politik dari 2014 hingga sekarang, ada satu kode keras yang mungkin tidak dipahami oleh banyak orang. Entah Mahfud lupa menambahkan kalimatnya, atau sengaja menyembunyikan maksudnya.

Kira-kira begini. Mahfud bercerita dari bulan Mei 2015 beliau sudah mendapat permintaan dari Presiden, melalui Luhut, agar Pak Mahfud masuk dalam kabinet kerja menempati posisi Menko Polhukam. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Mahfud karena alasan etika politik.

“Tahun 2014 saya mendukung Pak Prabowo. Masa saya mau masuk kabinetnya Pak Jokowi? kan nanti saya diketawai orang. dan yang berkeringat untuk Pak Jokowi itu kan banyak.

Saya punya etika politik. saya akan bantu pemerintah ini tapi tidak dalam posisi menteri. Karena saya tidak berkeringat. Saya berkeringat dulu dong baru bergabung. Tahun 2019 saya bisa berkeringat, tapi sekarang (2015) nggak,” ujar Mahfud semalam.

Setelah itu Mahfud MD juga ditawari untuk menjadi komisaris utama. Gajinya besar. Namun Mahfud kembali menolak. Karena beliau adalah ahli hukum dan tidak terlalu paham dengan saham, index dan sejenisnya.

Selanjutnya, Mahfud MD juga ditawari menjadi Jaksa Agung. Namun kali ini bukan hanya Luhut yang meminta Mahfud untuk bergabung dengan pemerintahan, tapi juga tim dari Pratikno. Lagi-lagi Mahfud menolak. Beliau hanya membantu dan mengusulkan dua nama, Busro dan Bambang Wijoyanto.

Sampai akhirnya Mahfud menerima satu permintaan untuk bergabung dengan pemerintah melalui Unit kerja Pancasila. Mahfud menerima karena mengalami keresahan yang sama, bahwa negeri ini sudah diserang oleh kelompok radikal dan paham-paham khilafah yang ingin mengganti ideologi Pancasila.

“Kalau ideologi saya mau. Kalau posisi menteri saya berkeringat dulu dong, saya bantu. Baru saya bisa jadi (menteri) begitu. Karena saya punya etika politik,” cerita Mahfud.

Ungkapan “berkeringat” dan “etika politik” berkali-kali diucapkan oleh Mahfud MD semalam. Saya kurang tahu apakah beliau lupa menjelaskan lebih detail bahwa dia akan ikut berkampanye memenangkan pasangan Jokowi Maruf, baru dia akan menerima jika diminta menjadi menteri. Atau memang kalimat ini sengaja disimpan karena Mahfud sudah mendapat permintaan khusus dari Presiden Jokowi.

Pada intinya sebagai orang awam saya menyimpulkan Mahfud MD di 2019 ini akan ikut mendukung Jokowi Maruf, tidak akan membelot mendukung Prabowo Sandiaga seperti harapan banyak the kardusian.

Kalau begini, saya pikir ada beberapa tugas yang perlu dilakukan oleh seorang Mahfud MD untuk membuatnya berkeringat. Pertama, meyakinkan kelompok masyarakat Madura untuk ikut memilih Jokowi Maruf. Karena secara psikologis orang-orang Madura ikut kecewa dengan batalnya Mahfud sebagai Cawapres. Saat ini ada banyak kelompok oposisi juga membuat gerakan, yang pada intinya mereka kecewa dengan Jokowi dan mengajak orang-orang untuk melampiaskan kekecewaannya dan mendukung Prabowo.

Kedua, Mahfud harus merangkul dan menyatukan keluarga Gus Dur. Sebab secara sejarah, Mahfud memiliki hubungan emosional dengan keluarga Gus Dur. Saya lihat besar harapan keluarga Gus Dur agar Mahfud bisa mendampingi Jokowi. Dan ini bisa dilihat dari sejak Mahfud dinilai bukan kader NU, anak Gus Dur lah yang membela dan membantah, bahwa Mahfud adalah kader NU tulen.

Sekarang, setelah batal menjadi Cawapres, keluarga Gus Dur ini nampaknya sedikit kecewa. Untuk hal ini, satu-satunya orang yang dapat mengobati dan membujuk mereka untuk mendukung Jokowi hanya seorang Mahfud MD.

Saya pikir dua hal itu kalau berhasil dilakukan, maka suara Jokowi di Madura tidak akan seburuk tahun 2014 lalu, dimana salah satu wilayah menghasilkan 0 suara untuk Jokowi (meskipun kita tahu ini permainan). Mahfud MD bisa menggerakkan seluruh suara Madura, keluarga Gus Dur dan simpatisannya, untuk bersama-sama mendukung Jokowi hingga 2024. Sehingga hasilnya nanti suara NU akan jauh lebih solid, dan kemenangan Jokowi di 2019 akan lebih telak dibanding 2014 lalu.

Harapan saya sebagai putra Madura, Mahfud pada akhirnya berkeringat untuk pemenangan Jokowi, sehingga ke depan beliau bisa membantu pemerintah dalam bidang penegakan hukum. Begitulah kura-kura.

(Seword/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: