Ilustrasi
Berikut tulisan Sunardian Wirodono terkait Tagar Ganti Presiden yang diposting di laman facebooknya.
“SIAPA SAJA MAU GANTI PRESIDEN?”
Mardani Ali Sera, juga Neno Warisman, dan beberapa orang seperti Fadli Zon, atau apalagi Ahmad Dhani, selalu ngomong 2019GantiPresiden adalah hak demokrasi, hak menyatakan pendapat yang dijamin undang-undang. Bahkan, jika pun ada pelarangan dan pembatasan, Fahri Hamzah berkata; Rezim (Jokowi) ini perlu belajar demokrasi.
Apa dan siapa 2019GantiPresiden, bisa diketahui dari siapa penggerak, pihak-pihak terlibat, dan para pembelanya. Dalam rekaman berbagai media, tercatat nama PKS, Gerindra, PAN (sementara Demokrat masih malu-malu). Beberapa pentolan bisa disebut: Fadli Zon, Fahri Hamzah, Fery Juliantono, Amien Rais, Hanafi Rais, Hanum Rais, termasuk rombongan GNPF Ulama, Alumni 212, FPI, SPSI Said Iqbal, Titiek Soeharto, Fuad Bawazir, Rizieq Shihab, Yusuf Mansur, A’a Gym, Arifin Ilham, Shungkharisma, Gendeng Pamungkas, Felix Siauw, dan mereka yang mendominasi ILC-TVOne. Last but not least, tentunya Prabowo dan Sandiaga Uno, yang komentarnya soal 2019GantiPresiden masuk kategori ini.
Nama-nama tersebut jelas orientasi politiknya. Yakni mereka yang tak ingin Jokowi presiden. Karena itu mereka adalah penegak dan pembela Prabowo. Kita sudah mengetahui track-record dan karakternya, serta kualitas adab mereka dalam berdemokrasi.
Gerakan ini memang gerakan politik, dan yang mereka lakukan adalah kampanye terbuka. Hanya saja cara dan isinya, tak mencerminkan cara berdemokrasi proporsional. Apalagi dengan selalu bertameng agama, demokrasi serta HAM. Meskipun yang muncul sering terasa paradoksal dan ironis. Karena antara pernyataan dan perilaku, tidak paralel. Yang menentang mereka, akan dikatakan entek amek kurang golek. Sekutu partai setan, antek Jokowi asing-aseng.
Padahal, di belakang mereka, ada beberapa intelektual, doktor luar negeri, para kelas menengah terdidik, yang mestinya punya nalar dan naluri ‘sesuai kelasnya’. Anehnya, kelompok ini teguh membela Neno Warisman, tapi senyampang itu mingkem melihat kasus Ibu Meiliana.
Dengan memainkan bluffing theory dan playing victim, mereka menyengaja untuk mendapat perlakuan sebagai korban persekusi, pengusiran, di mana hak berdemokrasi dan menyatakan pendapatnya dirampas. Sejatinya gerombolan 2019GantiPresiden ini, juga melakukan persekusi demokrasi, pencegatan hak berdemokrasi dan menyatakan pendapat bagi liyan, bahkan pengusiran nalar dan nurani.
Sandi sudah menyatakan, mereka akan pakai strategi pemenangan 2014. Dan Eep Saefulloh Fatah (yang dulu dalam Pilpres 2014 konsultan politik Jokowi) sudah direkrutnya. Paham apa yang akan dimainkan, belajar dari Pilkada DKI Jakarta 2017? Mereka suka kalau sampeyan golput!
Sumber: FB Sunardian Wirodono
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar