Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Pengamat Terorisme Sebut Ribuan Teroris ‘Lahir’ di Sumbar, Waspadalah!

Pengamat Terorisme Sebut Ribuan Teroris ‘Lahir’ di Sumbar, Waspadalah!

Written By Unknown on Rabu, 15 Agustus 2018 | Agustus 15, 2018

Pengamat terorisme Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Al Chaidar. (Foto: istimewa)

Penangkapan lima terduga teroris di sejumlah lokasi yang ada di Sumbar sepanjang Senin (13/8), seolah membuka mata kalau daerah ini rentan terhadap penyemaian bibit terorisme. Bahkan, hasil analisis pengamat terorisme, ada tiga jaringan teroris yang berdiam di Sumbar dengan anggota mencapai 3.000 orang.

Analisis adanya ribuan bibit teroris di Sumbar diungkap pengamat terorisme Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Al Chaidar. Dijelaskan Al Chaidar, ribuan orang itu terafiliasi dengan ISIS, Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan jaringan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK). “Di Sumbar ada sekitar 3.000 anggotanya. Sebenarnya ada satu kelompok lagi, tapi saya belum tahu nama kelompoknya,” terang Al Chaidar, Senin (13/8) malam.

Ribuan anggota kelompok radikal di Sumbar melaksanakan latihan secara sembunyi-sembunyi. Dua daerah yang terdeteksi jadi lokasi latihan menurut Al Chaidar adalah Bukittinggi dan di luar Sumbar, Nias. “Dua daerah itu jadi lokasi latihan. Kalau di Nias, pengamanan agak longgar. Bukittinggi juga menjadi tempat latihan mereka,” ujarnya.

Dituturkan Al Chaidar, lima terduga teroris yang tertangkap sepanjang Senin, hanya sebagian kecil dari bibit terorisme yang ada di Sumbar. “Ibaratnya, baru sejumput. Mereka (terduga teroris) ramai, dan terus merektur, mengembangkan pengaruh dan pahamnya di tengah-tengah masyarakat Sumbar,” tutur Al Chaidar yang merupakan jebolan Universitas Indonesia.

Walau termasuk memiliki banyak anggota, namun menurut Al Chaidar, Sumbar bukanlah target utama dalam penyemaian paham terorisme oleh kelompok-kelompok garis keras. Sumbar hanya dijadikan basis cadangan, untuk back up, untuk daerah utama seperti Jawa Barat dan Jawa Timur. “Basis di Sumbar itu hanya cadangan. Persoalan banyak anggotanya banyak, di semua daerah juga banyak. Intinya, Sumbar itu back up untuk Jawa, bukan basis utama,” ungkap pengajar di Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh.

Ditanya soal target para terduga, apakah di Sumbar atau daerah lain, Al Chaidar meyakini para terduga yang ditangkap akan melakukan aksinya di Sumbar. “Mereka sedang membangun kekuatan, strategi dan merumuskan rencana aksi yang sangat kuat dugaannya akan dilakukan di Sumbar, bukan di luar Sumbar. Momentumnya kan berdekatan, Natal dan tahun baru,” sebut Al Chaidar.

Terkait para pelaku yang ditangkap merupakan orang biasa, yang kesehariannya melakukan pekerjaan sederhana, menurut Al Chaidar memang sudah diskenariokan seperti itu oleh kelompoknya. “Seperti di Sumbar, mereka jualan garam, dan pekerjaan lainnya. Itu agar mereka tidak terlalu terdeteksi dan membiaskan identitasnya,” sebutnya.

Al Chaidar berharap masyarakat selalu awas dengan orang-orang baru di lingkungannya. Pihak kepolisian juga harus lebih mempertajam intelijennya agar tidak kecolongan. Apalagi, sejak beberapa tahun belakangan, jaringan-jaringan teroris menjadikan kepolisian sebagai target utama. “Pastikan saja sistem wajib lapor untuk orang baru berjalan di tingkat RT/RW untuk mengawasi agar para terduga teroris tidak masuk ke lingkungan terkecil di tengah masyarakat. Polisi juga mesti lebih mawas diri,” imbau Al Chaidar.


Memang Target

Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumbar, Dr Zaim Rais mengatakan, Sumbar memang menjadi target dari pelaku terorisme. Pasalnya karakter masyarakat dan mayoritas islam di Sumbar menjadi pemancing paham radikalidme untuk masuk. “Sesuai karakter, masyarakat kita sangat berpotensi disusupi paham radikal,” ujarnya saat dihubungi Haluan, Senin (13/8).

Untuk itu menurutnya, masyarakat harus diberikan pemahaman tentang paham, bentuk serta ciri penyebaran terorisme. Namun persoalan saat ini pemerintah daerah masih setengah hati dalam mangkas paham tersebut. “SKPD harus bersinergi juga dalam memberikan sosialisasi terhadap masyarakat. Anggaran kami sangat terbatas, apalagi Sumbar memiliki 19 kabupaten dan kota yang harus diberikan sosialisasi,” ujarnya.

Dikatakannya, untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tidak cukup FKPT saja. Semua lini harus bergerak dan bersinergi mulai dari pemerintah daerah, alim ulama, caliek pandai dan ninik mamak. “Pemahaman harus menyasar masyarakat terendah tingkat nagari atau kelurahan. Setelah paham mereka bisa mencurigakan atau membentengi diri terhadap paham yang masuk,” sebutnya.

Kemudian terkait, sosialisasi harus dilakukan secara menyeluruh di Sumbar. Sebab bisa saja diberikan sosialisasi didaerah tertentu namun mereka masuk di daerah lain. Seperti yang terjadi saat ini, sebelumnya FKPT telah melakukan sosialisasi di Tanah Datar dan Solok, akan tetapi muncul di Payakumbuh dan Kota Padang. “Ini harus menjadi perhatian pemerintah. Semua lini harus bergerak memberikan pemahaman,” ungkapnya.

Pihak Polda Sumbar belum berkomentar banyak terkait jaringan teroris yang ada di Sumbar, termasuk soal penangkapan lima orang di sejumlah lokasi. Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Syamsi hanya menyebut penangkapan dilakukan oleh Densus 88. “Kita (Polda Sumbar-red) hanya back up. Nanti mungkin akan ada keterangan detailnya,” papar Syamsi.

(Harian-Haluan/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: