Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat
Amerika Serikat selama empat dekade terakhir, berkali-kali menunjukkan tidak menginginkan terciptanya keamanan di kawasan dan sekarang mulai melakukan pergerakan baru di kawasan dengan jubah Iranphobia.
Sejumlah pertemuan yang dilakukan para penguasa Arab di Washington juga dengan tujuan pendekatan yang sama. Yang terbaru adalah pertemuan bersama antara Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pada hari Jumat (28/9) di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB bersama rekan-rekan sejawatnya dari Arab. Kalangan media menyatakan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk membahas dibentuknya NATO Arab dan aktivitas Iran di kawasan.
Surat kabar The National beberapa hari lalu menulis laporan bahwa Tim Lenderking, Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat urusan Teluk Persia telah menghabiskan tiga pekan terakhir untuk kegiatan diplomatik di negara-negara kawasan demi mempersiapkan sarana bagi pembentukan NATO Arab.
Pemerintah Trump berharap bahwa koalisi ini untuk sementara diberi nama Koalisi Strategis Timur Tengah dan pada pertemuan yang rencananya akan diselenggarakan pada 12-13 Oktober di Washington akan dibicarakan soal bentuk awalnya.
Tidak ada keraguan bahwa tujuan dari semua gerakan ini untuk membuat keamanan negara-negara kawasan semakin bergantung pada Amerika Serikat. Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi, harus membayar jika mereka menginginkan keamanan.
Trump pada bulan April tahun lalu, secara eksplisit menyatakan bahwa beberapa negara Timur Tengah tanpa dukungan AS tidak akan bertahan sekalipun hanya seminggu dan bahwa negaranya menghabiskan dana 7 triliun dolar di Timur Tengah selama 18 tahun terakhir. Oleh karenanya, negara-negara kaya harus membayar biaya yang telah dikeluarkan tersebut.
Sekalipun telah disampaikan bahwa tujuan dari gerakan ini untuk menciptakan koalisi anti-Iran, tapi sebelum itu terwujud, sebenarnya merupakan perangkap baru yang ditebar pemerintah Amerika Serikat untuk menangkap negara-negara Arab.
Abdel Bari Atwan, penulis dan analis terkenal Arab dalam masalah ini meyakini bahwa tujuan sebenarnya dari koalisi ini adalah memanfaatkan klaim bohong bernama "bahaya besar Iran", untuk menormalisasikan penuh hubungan denga-negara Arab "Sunni" dengan rezim penjajah Israel dan menjarah kekayaan negara-negara Teluk Persia yang masih tersisa untuk menjamin proyek-proyek infrastruktur Amerika Serikat yang sempat dijanjikan Donald Trump dalam kampanye pemilu Presiden dahulu.
Situs analisa Lobelog dalam catatannya menyinggung tujuan Amerrika untuk membentuk "Pasukan Arab" menulis, pergerakan Amerika Serikat untuk menciptakan koalisi keamanan regional mungkin tidak berujung pada sesuatu yang mirip dengan NATO Arab, tapi sebagai gantinya, Amerika Serikat mendapatkan versi Arab dari aliansi sebelum Perang Dunia I yang menyeret Eropa ke jurang kekerasan dan kebrutalan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pemerintah Amerika Serikat dalam permainan politik baru ini berusaha menarik perhatian Al Saud dan negara-negara Arab lainnya dengan menuding Iran dapat meraih dua tujuan. Pertama, dapat memanfaatkan dolar-dolar hasil penjualan minyak dan yang kedua, rancangan baru keamanan Amerika Serikat di kawasan untuk memperkuat posisinya pada dasarnya model pembagian kerja. Tapi tidak diragukan bahwa hasil dari pergerakan ini tidak akan pernah menguntungkan kawasan. Karena pengalaman Perang Pertahanan Suci menunjukkan bahwa Dewan Kerjasama Teluk Persia menjadi pecundang pertama ketika Amerika Serikat berhadap-hadapan dengan Iran dengan memanfaatkan Arab Saudi.
(The-National/Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar