Sheikh Maytham Al-Salman, Head of Religious Freedom unit at Bahrain Center for Human Rights.
Pembela hak asasi manusia Bahrain terkemuka, Sheikh Maytham Al-Salman meminta pihak berwenang Bahrain untuk mengangkat pengepungan yang diberlakukan di rumah Ayatollah Sheikh Issa Al-Qassem, menekankan bahwa setiap penundaan dalam merawat ulama itu akan membahayakan kesehatannya.
Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Beirut, Sheikh Salman, yang memimpin unit Religious Freedom di Pusat Hak Asasi Manusia Bahrain, mengatakan bahwa warga Diraz telah berbulan-bulan mengalami hukuman kolektif berupa pengepungan yang diberlakukan di seluruh kota oleh pasukan rezim Bahrain.
Saat dia menyerukan pengangkatan pengepungan di kota Diraz dan di rumah Ayatollah Qassem, Sheikh Salman mengatakan bahwa Sheikh Issa Al-Qassem dalam kondisi kritis setelah ditolak mendapatkan perawatan kesehatan yang aman.
Dia mengacu pada perawatan medis oleh pihak-pihak yang dipercaya oleh keluarga Ayatollah Qassem.
Sheikh Salman sementara itu, menuduh pihak berwenang Bahrain melakukan pembunuhan Ayatollah Qassem yang disengaja dan lamban.
Namun, ulama Bahrain menekankan pada peran berpengaruh yang dimainkan oleh Ayatollah Qassem dalam sejarah modern negara tersebut.
"Ayatollah Qassem adalah salah satu pendiri konstitusi pertama Bahrain," kata Sheikh Salman, mencatat bahwa ulama terkemuka "tidak hanya mengutuk kekerasan, tapi juga melarangnya," mengacu pada tuntutan pemrotes pro-demokrasi yang dianggap oleh rezim di Manama sebagai "kekerasan".
Bahrain telah menyaksikan demonstrasi damai menuntut sistem yang adil yang mewakili semua orang Bahrain sejak Februari 2011. Protes tersebut telah dipenuhi oleh tindakan keras oleh rezim Al Khalifa yang melihat pemimpin oposisi terkemuka dan aktivis hak asasi manusia yang dipenjara, dideportasi atau ditahan di bawah tahanan rumah.
(Mirror-Bahrain/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar