Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat, diantaranya adalah digitalisasi media cetak maupun elektronik. Perkembangan teknologi ini mempermudah segala bidang kehidupan tak terkecuali bidang agama. Proses pembelajaran agama sekarang dipermudah dengan adanya software dan hardware seperti kitab–kitab elektronik baik kitab lampau (klasik) ataupun kontemporer, ditemukan pula berbagai perangkat elektronik seperti perangkat untuk belajar membaca Al-Qur’an, bahasa arab dsb. Dengan kemudahan–kemudahan ini masyarakat awam pun menjadi bersemangat dalam menggali dan mempelajari agamanya.
Namun demikian, banyak pula yang membuat orang awam bingung dalam berislam. Dalam benaknya mereka mencari mana sebenarnya Islam yang benar tersebut. Apalagi dengan arus informasi di dunia maya tak bisa dibendung lagi, semua bisa diakses di mana saja dan kapan saja. Tak terkecuali ajaran Wahabi yang kian hari kian masif dalam menyebarkan ajaran nya, bahkan berbagai macam cara mereka lakukan agar paham mereka dapat diterima di masyarakat.
Bagi mereka yang mempunyai landasan agama yang kuat tentunya ini bukan masalah besar, sepandai-pandainya kaum Wahabi berkamuflase atau berkampanye menyebut dirinya paling murni tidak begitu berpengaruh. Namun, bagaimana dengan mereka yang tidak pernah mengenal dunia islam lewat pesantren atau madrasah. Merekalah yang kerap menjadi pengikut aliran Salafi Wahabi ini. Semakin rajin mereka bermajelis atau beribadah semakin tinggi rasa sombong mereka.
Dengan dukungan media yang masif mereka kemudian melalui Televisi, Media Online dan buletin membuat wabah ini semakin cepat menjalar. Para santri yang banyak menghabiskan waktunya di pesantren mengaji kitab pun sudah kalah oleh mereka yang sangat cepat belajar lewat internet. Lalu pertanyaanya apakah ilmu yang mereka terima itu sudah berasal dari sumber yang benar dan sanad keilmuannya lansung kepada Rasullullah SAW.
Dengan melabeli dakwahnya paling benar dan paling nyunah kaum Wahabi takfiri kian PD berdakwah dengan menebar kebencian ke tengah-tengah masyarakat. Orang yang tidak sepaham oleh mereka sering mereka sebut Syi’ah walaupun mereka sendiri tidak faham apa itu Syi’ah.
Pada awalnya kaum wahabi ini menyebut gerakannya sebagai gerakan pemurnian islam, gerakan ini memerangi faham-faham yang mereka anggap syirik dan bid’ah dengan melabeli kepala mereka syi’ah dan menyebut syiah bukan Islam, dengan begitu suatu saat ini akan melahirkan fatwa halal membunuh siapa saja yang berbeda dengan kelompoknya karena dianggap kafir sebagai akibat melakukan bid’ah.
Beberapa masa sebelumnya, kalau anda memanggil mereka dengan gelar “Wahabi” mereka tetap percaya diri. Mereka bangga karena mazhab yang mereka gunakan adalah mazhab resmi kerajaan Saudi Arabia yang mana disanalah terdapat Makkah dan Madinah.
Namun, begitu nama wahabi sudah di anggap tidak cocok untuk digunakan berdakwah di Nusantara karena sejarah kelam pendiri sekte ini sudah diugkap di hadapan umat, merekapun akhirnya menggunakan gelar salafi yang berlandaskan pemahaman Salafus Sholeh, yang dengan ekstrim mereka memonopoli gelar salaf hanya untuk golongan mereka dan umat Islam mayoritas yang ada di Nusantara ini dicap berbuat kesyirikan dan bid’ah.
Bermodalkan dakwah tauhid dan sunnah, kelompok ini begitu dangkal memahami hukum-hukum dalam Islam. Yang membuat geli adalah persoalan-persoalan kecil diperdebatkan begitu besar seolah-oleh itu merupakan hal mutlak seorang bisa dikatakan Islam padahal persoalan-persoalan tersebut adalah hanya sekedar persoalan khilafiyah.
Selepas menamai dirinya salafi, dewasa ini mereka tidak tanggung-tanggung mengklaim diri Ahlussunah. Parahnya, terutama Wahabi di Indonesia akan sangat marah di sebut “Wahabi” padahal di Arab Saudi sana muftinya dalam fatwahnya jelas-jelas mengakui wahabi sebagai mazhab Resmi Kerajaan Saudi Arabia. Dengan mencaplok nama Ahlussunah wahabi kerap kali membenturkan kita (mengadu domba) dengan Syi’ah.
Padahal jelas musuh utama Syiah itu adalah Wahabi. Mereka ingin diakui bahawa mereka adalah Ahlussunah dikarenakan bukan dan bahkan membenci Syi’ah.
Sudahlah.. apapun Wahabi menamakan dirinya tetap saja jika anda ingin mengenali mereka, kenali referensi dan rujukan Ulama mereka. Refrensi andalan mereka umumnya bersumber dari al-Albani, Syeikh Utsmain, Muhammad Bin Abdul Wahab dan Syeikh Bin baz.
Apapun namanya tetap saja Ustadz mereka di Indonesia Firanda, Khalid Basalamah, Yazid Jawas, Badrussalam, Syafiq Basalamah, dan masih banyak lagi. Ustad-ustad ini udah bisa ngalahin dan nyalahin kiyai Indonesia yang puluhan tahun berguru ilmu langsung dari ulama Aswaja di Timur tengah. Bahkan di antara mereka ada yang sudah bisa nyalahin Walisongo yang menyebarkan Islam di Nusantara ini. Hebat bukan…????
Nah, Kamu pun bisa seperti mereka, cukup ikut pesantren kilat atau ikut 2-3 kali kajian bersama mereka, besoknya anda sudah menyandang gelar ustadz dan didoktrin untuk membid’ahkan, mensyirikkan bahkan mengkafirkan ulama-ulama lain di luar kelompok anda. Silahkan buktikan sendiri.
(Peci-Hitam/suaraislam/BerBagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar