Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Ayatullah Reza A’rafi : Alumni Jamiah Al-Mustafa Saudara di Jalan Allah

Ayatullah Reza A’rafi : Alumni Jamiah Al-Mustafa Saudara di Jalan Allah

Written By Unknown on Selasa, 09 Januari 2018 | Januari 09, 2018


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saya juga patut berterima kasih kepada segenap pihak yang telah berupaya menyukseskan acara ini; divisi hubungan internasional, divisi keuangan, yayasan Hikmah, sekolah tinggi Imam Khomeini ra, perwakilan Al-Mustafa di negara kalian–dan khususnya sekretariat Simposium yang sudah bekerja setahun penuh untuk kelancaran dan terselenggaranya simposium ini.

Pada kesempatan kali ini, saya akan membagi pembicaraan saya kepada dua bagian. Untuk mengambil berkah,saya akan sampaikan awal ceramah salah satu khutbah singkat Amirul mukminin Ali as yang terdapat dalam Nahjul Balaghah nomer 286. Dan di bagian kedua saya akan sampaikan poin-poin dan pesan-pesan terkait simposium.

Imam Ali as bersabda:

كَانَ لِي فِيمَا مَضَى أَخٌ فِي اَللَّهِ وَ كَانَ يُعْظِمُهُ فِي عَيْنِي صِغَرُ اَلدُّنْيَا فِي عَيْنِهِ وَ كَانَ خَارِجاً مِنْ سُلْطَانِ بَطْنِهِ فَلاَ يَشْتَهِي مَا لاَ يَجِدُ وَ لاَ يُكْثِرُ إِذَا وَجَدَ وَ كَانَ أَكْثَرَ دَهْرِهِ صَامِتاً فَإِنْ قَالَ بَذَّ اَلْقَائِلِينَ وَ نَقَعَ غَلِيلَ اَلسَّائِلِينَ وَ كَانَ ضَعِيفاً مُسْتَضْعَفاً فَإِنْ جَاءَ اَلْجِدُّ فَهُوَ لَيْثُ غَابٍ وَ صِلُّوَادٍ .

Di dalam sabda tersebut imam Ali menyebutkan sosok luhur dan terhormat serta sifat-sifatnya yang sejatinya merupakan teladan bagi setiap muslim dan mukmin. Beliau bersabda:

كَانَ لِي فِيمَا مَضَى أَخٌ فِي اَللَّهِ

Dulu aku memiliki seorang saudara di (jalan) Allah.

Para Ulama dan pemberi sarah Nahjul Balaghah berbeda pendapat terkait siapa saudara yang beliau sebutkan itu. Apakah ia adalah sahabat beliau atau apakah saudara yang dimaksud itu adalah beliau sendiri dan beliau menggunakan itu sebagai kiasan saja atau memang kata tersebut tidak mengarah kepada sosok tertentu, beliau hanya ingin menjelaskan tipe dan model orang besar dan agung.

Saya tentunya tidak ingin mengupas hal ini lebih dalam lagi dan mana yang paling tepat. Semua pendapat ini bagi kita sebenarnya tidak begitu urgen, yang urgen bagi kita adalah imam Ali mengilustrasikan sifat-sifat sosok luar biasa yang harus kita upayakan.

Sifat sosok yang utama ini diawali oleh Imam dengan ungkapan اخ في الله Saudara di (jalan) Allah. Begitulah memang hubungan di dunia yang paling bernilai adalah hubungan yang terjalin karena keyakinan terhadap Allah dan kesamaan dalam iman kepada-Nya. Dan inilah yang membuat kalian semua dari seluruh penjuru dunia berkumpul di sini tak lain karena ukhuwah di jalan Allah.

Kemudian sifat keduanya beliau bersabda:

وَ كَانَ يُعْظِمُهُ فِي عَيْنِي صِغَرُ اَلدُّنْيَا فِي عَيْنِهِ

Yang membuat dia begitu besar di mataku adalah kecil/tak bernilainya dunia di matanya. Jika dunia kecil di mata kita niscaya kekayaan maha dahsyat akan kita dapatan. Tidak adaorang yang mampu mendikte kita, kecilnya dunia membuat manusia menjadi besar sebagaimana sebaliknya besarnya dunia di mata seseorang akan membuatnya kecil dan tak berharga. Manusia yang menganggap besar harta, syahwat dan bisikan duniawi lainnya maka dari segi makrifat dan budaya orang seperti ini akan terlihat kecil dan kerdil.

Ini merupakan hubungan timbal balik di mana kecilnya dunia akan melahirkan besarnya jiwa manusia dan besarnya dunia di hadapan seseorang akan membuat kerdilnya kepribadiannya.

Tidak masalah seseorang memanfaatkan apa yang ada di dunia, yang penting adalah bagaimana sudut pandangnya kepada dunia tersebut,apakah dunia menjadi tujuan keberadaannya atau justru melihat dunia hanya sekedar sarana untuk tujuan yang lainnya.

Sejauh mana manusia melihat pentingnya dunia maka sejauh itu pula dia akan terlihat kecil. Begitu juga sejauh mana dia mampu melepas dari perangkap dunia sejauh itu pula dirinya akan menjadi besar dan mengangkasa.

Imam menjelaskan jika orang ini begitu agung di hadapanku karena dunia dianggapnya kecil. Manusia yang menganggap dunia kecil akan tabah dan sabar dalam menghadapi kesulitan dan problem duniawi, dia tidak pernah tunduk pada ambisi duniawinya serta tidak akan pernah kehilangan tujuan dan target aslinya.

Di masa kita mungkin imam Khomeini adalah sosok yang tepat dijadikan contoh. Sosok yang tidak pernah terjebak oleh jabatan, nama dan posisi serta glamor dunia yang membuat beliau mampu menginjak-injak dunia. Jika kita begitu mementingkan dunia dan keindahan semunya maka kita akan menjadi orang yang kecil tidak akan bisa kita melakukan pekerjaan yang besar selama kita mampu menginjak dunia kita akan menjadi sosok yang besar.

وَ كَانَ خَارِجاً مِنْ سُلْطَانِ بَطْنِهِ فَلاَ يَشْتَهِي مَا لاَ يَجِدُ وَ لاَ يُكْثِرُ إِذَا وَجَدَ

Sifat selanjutnya adalah dia terbebas dari kontrol perut dan syahwatnya; tidak berambisi untuk memiliki sesuatu dan juga tidak berlebihan dalam menggunakan sesuatu (yang sudah dimiliki). Dia tidak rakus untuk mendapatkan dunia, dan jika sudah memilikinya dia juga tidak menghambur-hamburkannya sia-sia.

وَ كَانَ أَكْثَرَ دَهْرِهِ صَامِتاً فَإِنْ قَالَ بَذَّ اَلْقَائِلِينَ وَ نَقَعَ غَلِيلَ اَلسَّائِلِينَ

Manusia yang sudah mendapatkan limpahan kenikmatan spiritual dan irfan lebih memilih diam.Ibadah kepada Allah merupakan hal yang manis baginya. kita tidak merasakan hal tersebut, karena tidak punya tawajuhkepada Allah

Kehidupan kita selalu disibukkan dengan transaksi duniawi sedangkan orang-orang besar tidak demikian mereka menyukai keheningan ibadah dan sunyinya munajat, mereka suka tafakur dan merenung yang mereka anggap sebagai hal yang tak ternilai.

Iniadalah ciri sosok yang besar … penuh hatinya dengan Allah dan ibadahnya membuat manusia cinta untuk diam. Namun jika berbicara, mengungguli ungkapan yang lain dan memuaskan para penanyanya.

Imam Khomeini juga demikian, beliau sedikit berbicara, tapi saat beliau mengeluarkan pernyataan dunia guncang. Allamah Thaba’thabai juga lebih sering diam. Akan tetapi saat berbicara dan menulis muncullah Al-Mizan dan seterusnya.

Begitulah orang-orang yang diamnya penuh dengan hikmah dan logika, diam bernuansa Irfan dan ubudiyah.

kita juga demikian sebagai alim agama harus demikian dunia sekarang sedang haus maariif ilahiah.

وَ كَانَ ضَعِيفاً مُسْتَضْعَفاً فَإِنْ جَاءَ اَلْجِدُّ فَهُوَ لَيْثُ غَابٍ وَ صِلُّوَادٍ .

Dirinya lemah, menahan segala kesulitan dan hambatan segala problem dia terima dengan segenap jiwa namun jika jihad tiba laksana singa hutan dan ular sahara (yang berbahaya).

(Abu-Najib/Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: