Marhum Abdul Samad bin Dawood di Menara Tugrul kota Rey
Abdul Samad bin Dawood sakit karena penyiksaan di penjara Cina, dan meninggal setelah menderita sakit.
Menurut laporan IQNA, Fathullah Dzauqi, wakil peneliti lembaga studi Islam Rusia, yang termasuk salah satu teman dekat Abdul Samad bin Dawood, dalam sebuah pembahasan khusus ke IQNA mengemukakan, beberapa tahun lalu, seorang ilmuwan pengobatan tradisional dan ilmuwan serta peneliti besar agama dari muslim Uighur Cina datang ke Iran dan selain bertemu dengan banyak ilmuwan dan ulama Iran, ia membeli banyak buku Iran dan mengirimnya ke Cina. Ulama besar ini dipenjara setelah kembali ke Cina, dan mendekam di penjara selama berbulan-bulan, dan dibebaskan kembali saat dia sudah tidak dapat berbicara dan berjalan, dan pada akhirnya meninggal setelah menderita sakit.
Setelah dibebaskan dari penjara, mereka mengambil dua saudara laki-laki sebagai sandera yang sekarang masih mendekam di penjara dan belum dibebaskan.
Abdul Samad bin Dawood adalah seorang ulama pakar buku dan penerjemah. Dia adalah lulusan pengobatan tradisional dan pengobatan modern dan seorang profesor di Universitas Urumqi (pusat Daerah Otonomi Xinjiang). Dia menimba pelajaran tradisional di Kashgar (sebuah kota di daerah Otonom Xinjiang, Cina) dengan para ilmuwan besar dan ulama besar di kota itu. Sangat disesalkan mengapa tidak mengajar "al-Hawi" Zakariya Razi dan dan "al-Qanun" Ibnu Sina di Iran. Di perjalanan terakhirnya, dia tinggal di Iran selama sekitar dua bulan dan melakukan perjalanan ke berbagai kota di Iran, dan bertemu dan berdialog dengan para profesor obat-obatan tradisional.
Abdul Samad bin Dawood percaya bahwa Iran sangat kaya akan obat-obatan herbal, namun karena kurangnya perkembangan produksi dan konsumsi, kebanyakan orang juga mengabaikan nilai ekonominya dan tidak mendapatkannya. Dia mengatakan telah melihat 160 pengobatan herbal di pegunungan Gorgan dan mencatat spesifikasi ilmiahnya.
Saya mengenal Hakim Abdul Samad lewat seorang teman terkenal (Mr. Bayat), dan menemani mereka secara singkat dalam perjalanan ke Iran. Dia sangat ikhlas dan rendah hati. Dia tidur hanya selama tiga jam dan menghabiskan sisa waktunya untuk belajar, menulis dan beribadah. Dia sangat memperhatikan urusan spiritual, dia ahli sair dan suluk serta pecinta Ahlulbait Nabi (saw). Di Iran, dia banyak menziarahi kuburan para urafa dan tokoh-tokoh kenamaan.
Menentang Ekstremisme
Cendekiawan Cina ini menentang ekstremisme dan Wahabisme. Dia berulang kali menyatakan hal ini dalam pidato dan wawancara. Dalam ceramahnya saat salat Jum'at Zahedan, dia menekankan perlunya persatuan antara Syiah dan Sunni.
Abdul Samad bin Dawood sangat mencintai Ahlulbait (as) dan berulang kali mengatakan saya menyelenggarakan takhtim Sayidah Zahra (as) di rumahnya.
Dia sangat tertarik untuk memperluas hubungan budaya antara Iran dan Uighur, dan selain Qom dan Teheran, dia juga melakukan perjalanan ke Gorgan, Zahedan, Isfahan, Tabriz, Masyhad, Hamedan dan Maragheh, dan dia sangat senang karena dapat melihat kota-kota Iran.
Saat dalam perjalanan ke Gorgan, selain mengunjungi ulama, dia berpartisipasi dalam acara pemakaian amamah para pelajar Ahlusunah dan menyampaikan sebuah khotbah dalam bahasa Turki.
Hadiah Kitab dalam Pernikahan
Salah satu kebiasaan ilmuwan ini adalah menyumbangkan buku. Dia menghadiahkan seluruh buku-buku yang dibawanya dari Cina kepada para ilmuwan dan ulama. Dia mengatakan bahwa satu dekade yang lalu, adalah pernikahan salah satu kerabat, dan dia telah menghadiahkan koleksi buku untuknya sebagai kado pernikahan, dan sejak saat itu, dia hanya memberi hadiah buku-buku berharga di pelbagia momen. Dia percaya bahwa benda lain dengan berlalunya masa dikonsumsi dan hilang, namun buku tetap berada di rumah dan akan digunakan oleh keluarga dan tamu mereka dan tidak akan mengurangi nilainya dengan menjadi tua. Dia, dalam arti sebenarnya adalah seorang ilmuwan (seorang sarjana) dan seorang bibliografer.
Ilmuwan pengobatan tradisional ini telah membeli puluhan ribu buku dari berbagai toko buku Iran dalam perjalanannya baru-baru ini ke Iran, dan dia mengenal banyak toko buku di Teheran dan Qom. Tidak jelas apakah dia bisa membawa buku-buku yang telah mengancam hidupnya ke kota dan pedesaannya. Dia percaya harus mengakses sumber-sumber Islam yang asli guna untuk memahami sejarah dan budaya kaum muslimin Cina. Selain buku kedokteran, ia juga membeli banyak buku dalam sejarah, sastra, geografi dan seni dalam berbagai Bahasa dari Iran. Dia adalah pendukung budaya Islam di Provinsi Xinjiang, Cina.
Abdul Samad bin Dawood memiliki pemahaman yang besar tentang ilmuwan kontemporer dan kuno di wilayah Uighur. Pengetahuannya didasarkan pada studi mendalam tentang karya para ilmuwannya. Dia adalah sekolah terpelajar di Kashgar, dan dia mengumpulkan puluhan karya dalam berbagai sains. Dia mengatakan bahwa dia sedang menyusun terjemahan para ulama Kashgar. Sangat disayangkan, bahwa otoritas Cina mengambil kesinambungan hidupnya.
Perlu disebutkan bahwa ratusan ribu muslim Uighur saat ini dipenjara karena dakwahan dan tuduhan. (Wartawan BBC memperkirakan 184.000 orang dan orang Uighur sendiri adalah satu juta orang), banyak cendekiawan muslim dipenjara. Orang dan tokoh yang meninggal biasanya tidak diberitakan kematianya. Hanya orang terkenal dan menonjol saja yang diberitakan.
Sebelumnya, Mohammad Saleh Hajim (82), salah satu penerjemah Alquran meninggal dunia di penahanan Cina akibat penyiksaan dan penganiayaan dan beritanya sudah dipublikasikan oleh IQNA.
Foto kenangan bersama Hossein Mottaqi, ahli bibliografi dan peneliti naskah manuskrip
Foto bersama Hijran Qadhi Oghlu, penerjemah Alquran dalam bahasa Turkmenistan Syiah Irak
Abdul Samad bin Dawood di tengah-tengah jamaah salat
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar