Keberhasilan merontokkan sebuah jet tempur canggih Israel akhir pekan lalu banyak memompa kepercayaan diri Damaskus. Israel, menurut seorang pejabat senior di Suriah, bakal berhadapan dengan “lebih banyak kejutan” bila masih nekat menerabas wilayah Suriah. “Yakinlah agresor bakal banyak terkaget-kaget, karena mengira perang ini — perang atrisi yang sudah dijalani Suriah selama bertahun-tahun — menjadikan Suriah tak kuasa menghadapi serangan,” kata Asisten Menteri Luar Negeri Suriah, Ayman Sussan.
Pada Sabtu 10 Februari, sistem pertahanan udara Suriah berhasil menembak jatuh jet tempur F-16 di wilayah utara Israel, lepas pesawat menerobos wilayah udara Suriah. Insiden ini merupakan perseteruan teranyar di antara kedua negara yang berseteru dalam 36 tahun terakhir.
“Insya Allah, mereka bakal melihat lebih banyak lagi kejutan bila sampai menyerang Suriah lagi,” kata Sussan dalam sebuah sesi konferensi pers di Damaskus, seperti dilansir Reuters.
Israel berdalih penerobosan pesawatnya ke Suriah dalam rangka memburu sebuah pesawat nir-awak (drone) Iran yang menerbos wilayah Israel. Iran enggan menanggapi klaim itu lantaran Tel Aviv dianggap “sudah terlalu sering berbohong”.
Bersama Rusia dan Hizbullah dari Lebanon, penasihat-penasihat keamanan Iran menjadi bagian dari kekuatan resmi Suriah dalam menghadapi perang hampir tujuh tahun akibat kehadiran ratusan ribu militan ISIS dan Al-Qaeda dari berbagai negara.
F-16 yang jatuh itu merupakan pesawat tempur Israel pertama yang rontok akibat tembakan lawan sejak berakhirnya perang Lebanon pada 1982. Dua pilotnya selamat keluar dari pesawat dengan parasut.
Israel juga mengklaim membalas penembakan itu dengan menyerang balik lusinan posisi senjata anti-pesawat Suriah. “Tak ada batasan, dan kami pun tak pernah merasa dibatasi,” kata Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, dalam sebuah tur bersama wartawan di sepanjang perbatasan Israel dengan Suriah dan Lebanon.
Israel, Lieberman bilang, bakal melanjutkan misi penerbangan tempur di wilayah Suriah, untuk menyasar apa yang dia sebut sebagai pengangkutan senjata dari Suriah ke wilayah Lebanon. “Kami bakal mempertahankan keamanan kami dan hal-hal penting lainnya,” katanya. “Dan saya ingin memparafrase pepatah terkenal: ‘Ini bukan saatnya menggonggong, ini saatnya untuk menggigit.”
Warga Suriah dan Lebanon turun ke jalan-jalan merayakan kabar rontoknya jet tempur Israel, yang dianggap sebagai cermin dari retaknya kedigdayaan udara negara sekutu dekat Amerika Serikat itu. Radio militer Israel, menurut laporan Reuters, pada Selasa 13 Februari, mengabarkan penyelidikan sementara yang menyimpulkan kesalahan pilot — dan bukan karena kemampuan rudal Suriah — yang menjadi faktor dominan hingga pesawat gagal melepaskan diri buruan rudal Suriah.
Insiden pada Sabtu itu, masih menurut Reuters, memicu perdebatan di publik Israel ihwal mekanisme koordinasi militer dengan pihak Rusia, yang notabene adalah sekutu Suriah.
Presiden Rusia Vladimir Putin sejauh ini memberi respons dingin atas keresahan Tel Aviv. Putin, menurut seorang juru bicara di Kremlin, justru mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghidari eskalasi konflik di Suriah.
(Reuters/Indo-Press/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar