Oleh: Tyva
Sepertinya Pangeran Cendana belum puas bermain monopoli. Dia gregetan melihat anak Jokowi “cuma” dagang martabak dan pisang. Bukan seperti anak penguasa sebelumnya yg berbisnis high class seperti pertambangan, perkebunan, real estate atau komoditas2 yg pasti untungnya. Kalau perlu bermain monopoli untuk cari untung. Usaha yg ditekuni anak2 Jokowi adalah usaha kelas kaki lima yg kompetitornya berjumlah ribuan di Indonesia.
Gibran yg jualan martabak, tidak meminta kebijakan untuk menutup seluruh penjual martabak di Indonesia. Kaesang juga tidak meminta hak istimewa agar semua petani menjual pisang kepadanya dgn harga yg telah dipatok. Coba bandingkan saat HMP mendirikan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC). Para petani bangkrut sementara BPPC sebagai badan yg memonopoli pemasaran cengkeh berhasil meraup kekayaan hingga 5 Trilyun rupiah.
Fasilitas kredit istimewa juga dinikmati BPPC dari Bank Indonesia. Awalnya BPPC mendapat kredit likuiditas sebanyak Rp.750 milyar, kemudian ditambah lagi Rp. 130 milliar. Dana pinjaman Rp. 880 milliar tersebut belum dilunasi hingga bubarnya BPPC.
Masih ingatkah akan maskapai penerbangan Sempati Air?
Tahun 1990an, HMP menjadi salah satu investor melalui PT Humpuss. Maskapai ini mendapat rute2 gemuk. Bahkan pada saat itu baru Simpati lah maskapai swasta yg melayani penerbangan keluar negeri seperti Singapura, Penang, Kuala Lumpur, Taipei, Yangon, Madras dan Perth, Australia. Sebelumnya, rute keluar negeri hanya dilakukan oleh maskapai milik BUMN, Garuda. Pemeliharaan pesawat2 Sempati pun menggunakan fasilitas Garuda.
Meski mendapat fasilitas khusus, maskapai ini bangkrut karena tidak mampu membayar utang kepada kreditur yg rata2 adalah BUMN seperti Pertamina, Asuransi Jasa Raharja, DAMRI, Garuda Indonesia, Angkasa Pura, Pelita, dan Aerowisata Catering. Dari luar negeri, Sempati meninggalkan beban utang kepada Fokker Aircraft, Freeport, Malaysia Air System, dan Korean Airlines.
Akibat tekanan utang sebesar Rp 1,1 triliun dari 470 perusahaan, Sempati pun mengajukan pailit ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mulai awal 1999. Sempati akhirnya menang dan dinyatakan pailit sejak 5 Juli 1999.
Indonesia juga pernah digugat oleh World Trade Organization (WTO), saat HMP mendapat regulasi memasukan mobil secara Completly Build Up (CBU) dari Korea Selatan. Akhirnya Mobil merek Sephia yg di Indonesia dikenal dengan Timor ini, impornya dihentikan akibat gugatan yg dilakukan negara2 Jepang, AS dan Uni Eropa. WTO memutuskan Indonesia bersalah dalam hal regulasi tersebut.
Bukan hanya HMP yg mendapat fasilas2 khusus saat Soeharto berkuasa. Semua anak hingga cucu mendapat fasilitas dalam usaha, bahkan fasilitas hak monopoli layaknya VOC pada zaman kolonial.
Tutut Soeharto, mendirikan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dengan menggunakan fasilitas milik TVRI. Bahkan pajak televisi pun dikelola oleh PT Mekatama Raya milik HMP.
Bambang Trihatmojo, mendapat hak monopoli tata niaga jeruk melalui PT Rajasri Sejahtera (RS). PT RS mendapat jatah 10% dari harga jual, dan sewa gedung plus ongkos bongkar muat Rp 1500/kg jeruk yang akan dilempar ke pasar.
Ari Sigit, cucu Soeharto dari Sigit Harjoyudanto, mendapat hak monopoli tata niaga minuman beralkohol.
Sayang sekali bapaknya Gibran dan Kaesang adalah Joko Widodo, pengusaha meubel yg hanya memiliki kekayaan kaya hati dan nurani. Jika mengikuti jejak anak2 penguasa sebelumnya, mungkin sedikit saham Freeport atau kepemilikan petral sudah ditangan mereka.
Seharusnya mas pangeran bisa tau arti KKN. Atau masih kurang puas main monopolinya mas pangeran…??
Sumber: https://www.facebook.com/riza.iqbal/posts/10214783933946364
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar