Beredar maklumat presidium #2019GantiPresiden yang intinya membenarkan gerakan mereka dan tidak bertentangan dengan moral bangsa.
Gerakan ini juga mengakui bahwa mereka pelopor gerakan #2019GantiPresiden yang sengaja diramaikan di media sosial.
Sebelumnya gerekan ini pernah membuat keributan saat CFD di Jakarta dengan memaksa orang untuk memiliki haluan yang sama.
Pendukung gerakan ini juga merupakan gerombolan yang pro terhadap terorisme di Indonesia dan dipimpin oleh tokoh teroris Al-Qaidah yaitu Abu Jibril.
Nama Abu Jibril kembali melambung terkait dengan dugaan terorisme di Indonesia. Hal ini dipicu dengan penangkapan Muhammad Jibril atau M Ricky Ardhan sebagai tersangka kasus bom Mega Kuningan 17 Juli lalu.
Bagaimana sebenarnya sepak terjang ‘dinasti’ Jibril ini?Abu Muhammad Jibril Abdurrahman alias M Iqbal atau akrab dikenal Abu Jibril sebenarnya bukan nama yang asing bagi aparat kepolisian. Karena pada awal Mei 2004 Abu Jibril sempat mendekam di tahanan Mabes Polri terkait dengan pemalsuan visa dan kartu tanda penduduk (KTP).
Meski kala itu, Abu Jibril ditangani Direktorat IV Antiteror Mabes Polri. Sebelum ditahan di Mabes Polri Abu Jibril dideportasi dari Malaysia. Jibril juga ditahan selama dua tahun karena melanggar UU Internal Security Act (ISA) atau UU Keamanan Negara.
Pada Juni 2005, Jibril sempat memancing pemberitaan media dan kepolisian. Karena di halaman belakang kediamannya di kompleks Witana Harja, Pamulang, Banten, terjadi ledakan bom berkekuatan rendah (low explosive).
Kala itu Jibril juga sempat diperiksa aparat kepolisian sebagai saksi korban. Abu Jibril yang memiliki nama asli Fihrudin Awwas merupakan pria kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ia sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Perkebunan (Stiper) Yogyakarta lulus tahun 1977.
Saat di Yogyakarta, Jibril aktif sebagai aktivis Himpunan Angkatan Muda Masjid (Himamas).”Dia mengklaim sebagai alumni Ummul Quro. Namun saya cek dengan kawan-kawan saya, dia bukan alumni sana,” ujar Abdurrahman Assegaf kepada INILAH.COM, Rabu (26/8). Abdurrahman Assegaf merupakan tetangga Abu Jibril yang belum lama ini sempat bersitegang dengan Jibril terkait penggunaan masjid al-Munawwaroh di kompleks Witana Harja
Menurut Assegaf, Jibril di Makkah hanya mengikuti halaqah-halaqah. Jibril juga menjadi anggota Kelompok Mujahidin Malaysia (KMM) bersama Noordin M Top dan Abdullah Sungkar di sekolah Lukamul Hakim di Johor, Malaysia.
Jika lima tahun lalu Abu Jibril yang ditahan Densus 88 Antiteror terkait pemalsuan visa dan KTP, kini anaknya, Muhammad Jibril atau M Ricky Ardan kesandung masalah terorisme. Polisi menduga putera Abu Jibril itu adalah penyandang dana teror di Mega Kuningan 17 Juli lalu.
Pascapengumuman ia sebagai buronan selasa (25/8) siang, pada sore di hari yang sama, Muhammad Jibril telah diciduk oleh aparat kepolisian. Aktivitas Muhammad Jibril selama ini berkecimpung pada penerbitan media jihad. Mulai dari situs Arrahmah.Com, dan Jihad Magazine.
Muhammad Jibril bersama ayahanda juga membentuk forum pengajian Ar-Royyan yang tersebar di masjid di wilayah Jabotabek. Di situs pribadi Abu Jibril (Abujibriel.Com) juga termuat artikel-artikel yang berisi jihad. Sebagaimana disebutkan Muhammad Sodiq analis terorisme, Muhammad Jibril merupakan jebolan al-Ghuraba yang berada di Karachi, Pakistan. Al-Ghuraba merupakan tempat diskusi tentang jihad.
Beberapa nama alumni al-Ghuraba adalah Gun Rusman Gunawan (adik Hambali tahanan Guantanamo) dan Abdul Rahim (putera Abubakar Ba’asyir) yang merupakan pemimpin pertama al-Ghuraba.Bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Muslim Abu Jibril menyatakan tak terima anaknya dikaitkan dengan terorisme di Indonesia. Menurut Abu Jibril dirinya akan segera melakukan upaya hukum. “Insya Allah hari ini kita akan ke Mabes Polri. Secepatnya kita akan lakukan langkah hukum,” kata Abu Jibril di Masjid Al Munawwarah, Kompleks Perumahan Witana Harja, Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu (26/8).
(Voa/Melek-Politik/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar