Daftar Isi Internasional Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Tampilkan postingan dengan label ABNS TIMUR TENGAH - IRAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ABNS TIMUR TENGAH - IRAN. Tampilkan semua postingan

Layanan Gratis Untuk Para Peziarah Arbain Oleh Kementerian Komunikasi Irak


Kementerian Komunikasi Irak mengumumkan kesiapannya untuk memberikan layanan gratis kepada para peziarah Arbain Husaini.

Menurut laporan IQNA dilansir dari al-Akhbar Irak, Kementerian Telekomunikasi Irak mengumumkan bahwa mereka memiliki kesiapan penuh untuk memberikan layanan gratis kepada para peziaraht Arbain Husaini di jalan Ya Husain dan daerah-daerah sekitar haram.

Menurut pengumuman kementerian, para peziarah Arbain Husaini dapat mengkontak keluarganya tanpa masalah.

Demikian juga, Kementerian ini mengumumkan bahwa akses internet gratis akan disediakan untuk para peziarah Arbain.

(Al-Akhbar/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Hizbullah dan Hashd Al-Shaabi Pengalaman Keberhasilan Perlawanan di Kawasan


Ibrahim al-Jaafari, Menteri Luar Negeri Irak dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Gebran Bassil, timpalannya dari Lebanon di Beirut, ibukota Lebanon menyinggung pengalaman bersama tak ternilai dua negara dalam memerangi terorisme dan menilai Hashd al-Shaabi Irak sama seperti Hizbullah Lebanon, dimana keduanya menjadi sumber kebanggaan dan kejayaan bangsa-bangsa di kawasan dalam menghadapi sebagai ancaman.

Hizbullah Lebanon adalah salah satu komponen tama dan terkuat di negara ini dalam menghadapi konspirasi dan salah satu indikator utama segitiga emas pertahanan negara ini yang terbentuk dari "militer, bangsa dan muqawama" serta ini adalah rahasia keberhasilan Lebanon untuk mengatasi situasi yang serius. Sebagai hasil dari upaya rukun pertahanan Lebanon, khususnya Muqawama Islam Lebanon, pada 26 Agustus 2017, tanah negara ini benar-benar bersih dari kelompok teroris.

Keberhasilan Lebanon melawan terorisme dengan mengambil tema "Pembebasan Kedua" dilakukan ketika pasukan Muqawama melakukan kerjasama dengan tentara Lebanon mampu membebaskan bagian timur negara ini dari pendudukan kelompok teroris takfiri. Di Lebanon, peristiwa ini disebut sebagai "Pembebasan Kedua" setelah pembebasan sebagian besar negara dari pendudukan rezim Zionis pada tahun 2000 yang membuat Hezbollah sukses. Sementara Hashd al-Shaabi (mobilisasi rakyat Irak) dibentuk sebagai versi lain dari perlawanan rakyat kawasan di Irak, dan dengan membentuk organisasi ini lewat perintah Marjaiyat negara ini, kegagalan terorisme di rak praktis terwujud.

Salim Baddoura, Wakil Lebanon di Dewan Hak Asasi Manusia PBB beberapa waktu lalu menekankan bahwa Hizbullah adalah bagian penting dari tubuh masyarakat Lebanon. Ia menyatakan bahwa Hizbullah memiliki perwakilan di parlemen dan pemerintah negara ini, dimana kenyataan ini menunjukkan posisi Hizbullah di tengah masyarakat dan menurut hukum.

Begitu juga kelompok Muqawama di Irak memiliki status yang tinggi di parlemen Irak dan suara yang berhasil didapatkan oleh organisasi ini dalam pemilihan parlemen baru-baru ini di Irak membuktikan fakta ini.

Secara fungsional, Hashd al-Shaabi memainkan peran kunci dalam empat tahun pembentukannya dalam proses membersihkan Irak dari keberadaan teroris Daesh dan memainkan peran menentukan dalam menciptakan keamanan di Irak dan daerah perbatasannya dengan Suriah.

Kelompok-kelompok perlawanan populer seperti Hizbullah dan Hashd al-Shaabi tidak melakukan kegiatannya demi kepentingan Amerika Serikat. Karena Washington berusaha untuk membawa masalah keamanan di Irak untuk kehadirannya di negara ini.

Sementara terkait kinerja, Hashd al-Shaabi telah dilarang terlibat langsung dalam arena politik, tetapi kelompok-kelompok yang berafiliasi memiliki kehadiran yang kuat di arena politik Irak. Daftar "al-Nasr" yang didukung oleh para pemimpin Hashd al-Shaabi mendulang suara yang lebih tinggi dalam pemilihan parlemen baru-baru ini. Parlemen sendiri sekitar dua tahun lalu telah menyetujui pasukan al-Hashd al-Shaabi bergabung ke pasukan bersenjata dan menjadi bagian dari tubuh militer negara ini.

Persatuan dan kohesi politik diperlukan untuk keberhasilan Irak dan Lebanon di arena politik dan militer. Dalam situasi seperti itu, konsolidasi dan penguatan posisi al-Hashd al-Shaabi dan Hezbollah di medan pertahanan Irak menunjukkan keefektifan dan legitimasi kekuatan-kekuatan ini dalam membela Irak dan Lebanon. Tidak diragukan lagi bahwa bersandar pada kekuatan-kekuatan ini akan menjamin pelestarian integritas teritorial kedua negara ini.

Perkembangan regional menunjukkan bahwa, terlepas dari langkah Amerika Serikat untuk meminggirkan kekuatan Muqawama di kawasan baik di Palestina, Lebanon, Irak, Suriah dan Yaman dengan berbagai konspirasi, termasuk Kesepakatan Abad, rakyat di kawasan tidak bersedia melakukan transaksi dengan cita-cita, kepentingan dan maslahat negara mereka. Rakyat di kawasan lebih memilih Muqawama sebagai satu-satunya solusi berkelanjutan dalam menghadapi musuh-musuh mereka. Hal ini menyebabkan penekanan yang lebih kuat pada peran perlawanan di berbagai bidang politik, pertahanan dan konstruksi di seluruh kawasan dalam beberapa tahun terakhir, sebuah masalah yang sangat mengganggu Amerika Serikat, rezim Zionis dan penguasa Arab.

(Qodsna/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Arab Saudi Mengakui Khashoggi Dibunuh di Turki, Pembantu Utama Bin Salman Dipecat

Mohammed bin Salman -Saudi Crown Prince.

Arab Saudi telah memecat seorang jenderal penting dan menangkap beberapa orang setelah mengaku bahwa jurnalis pembangkang Jamal Khashoggi dibunuh di kota Istanbul Turki.

Dalam pengumuman Jumat (19/10), Arab Saudi mengatakan bahwa hasil awal penyelidikannya menunjukkan Khashoggi telah tewas dalam "perkelahian dengan orang-orang yang bertemu dengannya di konsulat Saudi di Istanbul."

Menurut televisi negara Saudi, Kerajaan telah memecat Ahmad al-Assiri, seorang jenderal atas dan pembantu dekat Pangeran Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman, dari tugasnya sebagai Jenderal Intelijen.

Raja Saudi Salman juga telah memerintahkan pembentukan komite menteri dengan putra mahkota Saudi sebagai kepala untuk merestrukturisasi Badan Intelijen.

Reuters mengutip seseorang yang akrab dengan penyelidikan Saudi atas kematian Khashoggi yang mengatakan bahwa tidak ada perintah yang dikeluarkan untuk membunuh atau menculiknya, tetapi ada perintah dari Presidensi Umum Intelijen untuk membawa kritikus itu kembali ke kerajaan.

Sumber itu mengatakan perintah "secara agresif ditafsirkan" dan instruksi selanjutnya "lebih dan lebih tidak spesifik" yang mengakibatkan kematian dan berusaha untuk "menutupinya".

Ia juga mencatat bahwa sopir konsulat Saudi adalah di antara mereka yang menyerahkan tubuh jurnalis pembangkang itu kepada "kooperator lokal"; Namun, tidak jelas apa yang terjadi pada tubuh tersebut.

(Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Jet Tempur AS Serang Deir Ezzor di Suriah

Jet Tempur AS

Jet tempur koalisi anti Daesh pimpinan Amerika Serikat dilaporkan kembali menarget warga sipil di sekitar Deir Ezzor di Suriah.

Menurut laporan kantor berita Suriah SANA, jet tempur pasukan kaolisi anti Daesh pimpinan AS Kamis (18/10) beberapa kali menyerang distrik al-Susah. Selama serangan brutal tersebut sejumlah warga sipil tewas dan terluka.

Selama serangan udara koalisi anti Daesh pimpinan AS ke distrik al-Susah, rumah dan harta warga distrik ini rusak berat.

Koalisi anti Daesh pimpinan AS dibentuk di era kepemimpinan Barack Obama dengan klaim memerangi teroris yang ada di Irak dan Suriah. Padahal berdasarkan laporan resmi, AS dan sekutu barat serta Arabnya tercatat sebagai pembentuk dan pendukung finansial serta persenjataan terhadap kelompok teroris termasuk Daesh.

Amerika selama beberapa tahun terakhir berulang kali dengan dalih memerangi kelompok teroris, menarget warga sipil di Suriah dan Irak.

Di sisi lain, kelompok teroris dilaporkan menembakkan mortir ke sebuah wilayah pemukiman di Aleppo.

(SANA/Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Al Jazeera Publikasikan Hasil Investigasi Awal Konsulat Saudi

TV Al Jazeera

Stasiun televisi Al Jazeera, Qatar, Rabu (17/10/2018) malam mengutip sebuah sumber di kejaksaan agung Turki mengabarkan, sampel medis yang ditemukan di rumah kepala konsulat Arab Saudi di Istanbul Turki, cocok dengan sampel yang ditemukan di kantor konsulat negara itu.

IRIB (18/10) melaporkan, TV Al Jazeera mengumumkan, bukti-bukti yang berhasil ditemukan dari rumah kepala konsulat Saudi di Istanbul, Mohammed Al Otaibi menunjukkan bahwa Otaibi ada saat pembunuhan terhadap wartawan pengkritik pemerintah Saudi, Jamal Khashoggi, terjadi.

Sumber tersebut kepada Al Jazeera mengatakan, Turki meminta pemerintah Amerika Serikat untuk menyerahkan sampel darah Khashoggi kepada Ankara dan tim medis negara ini.

Hingga kini hasil penyelidikan yang dilakukan tim pencari fakta Turki dari kediaman kepala konsulat Saudi di Istanbul masih belum dipublikasikan.

(Al-Jazeera/IRIB/Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kubu Anti Bin Salman Ingin Gulingkan Putra Mahkota

Pangeran Khalid bin Salman, saudara Mohammad bin Salman

Menyusul semakin memanasnya skandal pembunuhan Jamal Khashoggi, wartawan dan kritikus Al Saud, berbagai media mulai merilis berita rencana penggulingan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman.

Koran Washington Post Jumat (19/10) mengkonfirmasikan terbentuknya arus di Arab Saudi yang berporos pada Ahmad bin Abdulaziz, putra satu-satunya Abdulaziz yang masih hidup dan belum berkuasa.

Koran Amerika ini mengutip sumber-sumber Arab Saudi menulis, kubu anti Mohammad bin Salman secara rahasia aktif bergerak untuk mengubah putra mahkota negara ini. Dan Ahmed bin Abdulaziz menjadi opsi di pergerakan ini.

Ahmed bin Abdulaziz, putra ke 31 Abdulaziz, pendiri kerajaan Arab Saudi sejak tahun 1975 hingga 2012 menjabat sebagai wakil menteri dalam negeri dan dalam waktu singkat menjabat mendagri Arab Saudi.

November lalu dan beberap jam sebelum penangkapan 11 pangeran Arab Saudi atas instruksi bin Salman, ia berhasil melarikan diri dan bertolak ke Amerika.

Perilisan perincian pembunuhan Jamal Khashoggi telah membuat iklim politik di Arab Saudi semakin panas.

Le Figaro hari Kamis (18/10) mengutip sumber-sumber terpercaya melaporkan, dewan baiat Arab Saudi menggelar sidang dan tengah mengkaji potensi pergantian bin Salman.

Sejumlah laporan menunjukkan, ada potensi Khalid bin Salman, dubes Arab Saudi di Washington saat ini diangkat sebagai wakil putra mahkota dan setelah pelengseran Mohammad bin Salman ia akan menggantikan saudaranya sebagai putra mahkota.

(The-Washington-Post/Le-Figaro/Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Putera Mahkota Arab Saudi Kemungkinan Diganti

Duta Besar Arab Saudi buat Amerika Serikat Pangeran Khalid bin Salman bin Abdul Aziz. (Foto: CNN)

Calon penggantinya adalah Duta Besar Arab saudi untuk Amerika Serikat Pangeran Khalid bin Salman.

Dewan Kesetiaan Arab Saudi, bertugas memilih putera mahkota, diam-diam telah bersidang membahas kasus pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi, diduga kuat meibatkan Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman, 33 tahun.

Mengutip seorang sumber diplomatik di Paris, Dewan Kesetiaan berencana mengganti Pangeran Muhammad bin Salman dengan adiknya, Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat Khalid bin Salman, 27 tahun.

Menurut sumber itu, Khalid telah pulang ke Riyadh sejak pembunuhan Khashoggi mendapat sorotan internasional. Dia menambahkan Khalid tidak akan kembali Washington DC.

Khalid lebih dikenal di dalam dan luar negeri ketimbang Pangeran Muhammad bin Salman. Dia juga tidak terlalu ambisius dan mudah diprediksi. Khalid diangkat menjadi duta besar buat Amerika pada April tahun lalu.

Citra Pangeran Muhammad bin Salman sebagai pembaru Arab Saudi ternoda oleh tewasnya Khashoggi, 60 tahun, wartawan pengkritik pemerintah Saudi. Sebab hasil penyelidikan kepolisian Turki menyebutkan tujuh dari 15 tersangka, semua warga Arab Saudi, adalah pengawal Pangeran Muhammad bin Salman.

Khashoggi, kolumnis surat kabar the Washington Post, tidak muncul lagi setelah Selasa dua pekan lalu memasuki kantor Konsulat Arab Saudi di Kota Istanbul, Turki. Dia dibunuh di sana dengan cara disiksa dan dimutilasi.

Dewan Kesetiaan, beranggotakan 34 pangeran senior dan berpengaruh, pada 21 Juni tahun lalu memilih Pangeran Muhammad bin Salman sebagai putera mahkota, menggantikan Pangeran Muhammad bin Nayif.

(Le-Figaro/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Distribusi 20 Ribu Naskah Al-Quran di Sudan Oleh Turki


Gubernur kota Kahramanmaras Turki mengumumkan bahwa delegasi Turki selama melakukan tur ke Khartoum (ibukota Sudan), 20.000 eksemplar Alquran disumbangkan kepada warga negara Afrika ini.

Menurut laporan IQNA dilansir dari newturkpost.com, naskah Alquran ini dikumpulkan dalam bentuk program yang disebut "Sekolah-sekolah rahmat" dan "Dunia Membaca Alquran " oleh organisasi masyarakat sipil Turki di provinsi Kahramanmaras Turki di selatan Turki.

Menurut sebuah statemen gubernur Kahramanmaras Turki, Mehmet Emin Akkurt Haberleri, Direktorat Pendidikan Provinsi dan sejumlah pejabat serta perwakilan organisasi masyarakat sipil Turki hadir dalam acara distribusi naskah Alquran ini di Khartoum.

Mehmet Emin Akkurt, Direktur Pendidikan di provinsi Kahramanmaras Turki mengatakan, dengan tanpa mengisyaratkan rincian dan durasi perjalanan mengatakan, saya merasa senang berada di Sudan, di samping saudara-saudara saya.

Republik Sudan adalah sebuah negara di timur laut benua Afrika dan ibukotanya, Khartoum, dan lebih dari 97% penduduk negara ini adalah Muslim. Sudan adalah negara terbesar Afrika dan terbesar dunia Arab sampai pada akhirnya Sudan Selatan memisahkan diri dari negara ini pada tahun 2011 setelah penyelenggaraan referendum.

(New-Turk-Post/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

AS Membuat Basis Baru dan Mengirim Senjata Berat Ke Manbij

US vehicles sent to SDF in Manbij.

AS melanjutkan pengerahan militernya di Manbij sebagai tanggapan terhadap ancaman Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membersihkan wilayah Kurdi Suriah.

Berbicara dengan syarat anonimitas kepada Sputnik, perwakilan Dewan Militer Manbij mengungkapkan bahwa AS telah mengirim senjata berat ke wilayah tersebut.

Sebuah sumber yang dekat dengan Pasukan Demokrat Suriah (SDF) mengatakan kepada Sputnik Turki bahwa AS telah mulai meningkatkan kehadiran militer mereka di Manbij dan mengirim persenjataan ke wilayah tersebut sebagai tanggapan terhadap sinyal Ankara tentang operasi potensial di kota itu, yang terletak di timur laut Provinsi Aleppo.

Dilaporkan bahwa para pejuang Dewan Militer Manbij, yang di bawah komando SDF, telah melipatgandakan tindakan pengamanan di perbatasan Manbij, dari sisi Jarabulus.

Selain itu, AS dilaporkan mengirim kendaraan lapis baja dan senjata berat ke dewan. Emblem dari Dewan Militer Manbij ditempelkan di mobil lapis baja yang dikirim ke wilayah tersebut.

"AS memperkuat posisinya di wilayah itu setelah Turki mengumumkan kemungkinan operasi di Manbij," seorang perwakilan Dewan Militer Manbij mengatakan kepada Sputnik dengan syarat anonimitas.

“Amerika telah meningkatkan jumlah pangkalan mereka di wilayah itu dari 2 menjadi 4, dan juga telah meningkatkan jumlah bantuan yang diberikan kepada kami. Truk yang penuh dengan kendaraan lapis baja dan senjata berat dikirim ke sini kemarin. ”

Sumber menyebutkan bahwa “SDF telah menerima mortir, senapan serbu, howitzer, rudal pemandu termal, senapan mesin berat dan senjata lainnya dari Washington.”

"AS memasok kami dengan senjata pada dasarnya dibutuhkan," perwakilan dewan menjelaskan.

“Kami dipaksa untuk mengambil langkah-langkah keamanan ketat dan bermaksud untuk terus melawan setiap ancaman yang diajukan oleh Turki, Tentara Pembebasan Suriah (FSA) atau ISIL ke wilayah kami. Oleh karena itu, kami membutuhkan lebih banyak senjata dan memberi tahu AS dan pasukan koalisi tentang hal itu.”

(Sputnik/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Tentara Arab Saudi Serbu Pemukiman Syiah di Qatif

Tentara Arab Saudi

Militer Arab Saudi dilaporkan memblokade wilayah Syiah di kota Qatir, Provinsi Ash-Sharqiyah dengan kendaraan lapis baja.

Tentara Saudi Kamis (18/10) menembaki sejumlah wilayah pemukiman Syiah di kota Qatif dengan tank dan kendaraan lapis baja serta menutup jalan ke arah pasar al-Khamis dan pintumasuk al-Jarari dan al-Madani. Demikian dilaporkan televisi al-Alam.

Aktivis dan nitizen jejaring sosial di Arab Saudi merilis gambar kerusakan akibat serbuan dua hari terakhir tentara Saudi.

Sejumlah nitizen juga menyatakan, aparat keamanan Arab Saudi saat menyerbu kota Qatir memutus jaringan listrik ke berbagai wilayah ini dan melarang mobil penyelamat serta ambulans memasuki wilayah Qatif.

Televisi al-Mayadeen Lebanon melaporkan, terdengar sejumlah suara ledakan bersamaan dengan serangan tentara Arab Saudi ke Qatif dan salah satu rumah di distrik Bab al-Shamal terbakar akibat tembakan aparat keamanan Saudi.

Kota Qatif di Arab Saudi senantiasa menjadi sasaran serbuan militer negara ini, dan sampai saat ini puluhan warga di kota ini terbunuh dan ratusan warga dan aktivis sosial serta politik ditangkap.

Wilayah timur Arab Saudi sejak tahun 2011 menjadi ajang protes damai warga memprotes ketidakadilan dan pembagian kekayaan yang tidak merata.

(Al-Alam/Al-Mayadeen/Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Para Tersangka Pembunuh Jamal Khashoggi Punya Kaitan Dengan Anak Raja Salman

Foto dan nama 15 warga Arab Saudi diduga terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi. (Foto: Sabah Daily)

Sulit bagi Pangeran Muhammad bin Salman menghindari dari tanggung jawab lantaran lima tersangka memiliki kaitan dengan dirinya.

Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman dan ayahnya, Raja Salman bin Abdul Aziz, menyangkal mengetahui rencana pembunuhan Jamal Khashoggi, wartawan getol mengkritik rezim di negara Kabah itu. Namun lima dari 15 tersangka ternyata memiliki kaitan dengan Pangeran Muhammad bin Salman.

Padahal Arab Saudi tengah menyusun laporan berisi pengakuan Khashoggi telah dibunuh namun tanpa ada perintah dari Pangeran Muhammad bin Salman. Tapi posisi para tersangka dalam pemerintahan Arab Saudi dan beberapa di antara mereka terkait dengan putera mahkota, membikin anak Raja Salman itu sulit buat menghindar dari tanggung jawab.

Para pejabat Turki bilang mereka memiliki bukti sebuah tim beranggotakan 15 agen Saudi terbang ke Istanbul pada 2 Oktober lalu untuk membunuh Khashoggi, memutilasi mayatnya dengan gergaji tulang sudah dibawa, dan terbang kembali ke Saudi di hari sama. Mereka mengatakan Khashoggi terbunuh dalam dua jam setelah dia memasuki Konsulat Saudi.

Lima belas tersangka itu merupakan anggota pasukan keamanan, agen intelijen, atau pegawai pemerintah Arab Saudi. Mereka tiba di Istanbul menggunakan dua jet pribadi disewa oleh sebuah perusahaan Saudi dekat dengan Pangeran Muhammad bin Salman dan kementerian Dalam negeri Saudi.

Surat kabar the New York Times mendapatkan bukti sembilan dari 15 tersangka pembunuh Khashoggi bekerja untuk badan keamanan Arab Saudi, militer, atau kementerian lainnya.

Tersangka bernama Mahir Abdul Aziz Mutrib pada 2007 bertugas sebagai diplomat di Kedutaan Arab Saudi di Ibu Kota London, Inggris. Dia juga kerap ikut saban kali Pangeran Muhammad bin Salman bepergian, barangkali dia bertugas sebagai pengawal.

Mutrib juga pernah berpose dengan Pangeran Muhammad bin Salman dalam penerbangan ke Madrid dan Paris. Dia juga tampak dalam foto di Houston, Boston, dan gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa selama lawatan Pangeran Muhammad bin Salman ke Amerika Serikat.

Seorang profesional asal Prancis pernah bekerja dengan keluarga kerajaan Arab Saudi mengenali tersangka lainnya, Abdul Aziz Muhammad al-Hausawi, sebagai anggota pasukan pengawal bepergian dengan Pangeran Muhammad bin Salman.

Sebuah media Arab Saudi melaporkan tersangka bernama Thaar Ghalib al-Harbi dipromosikan menjadi letnan dalam pasukan pengawal putera mahkota.

Muhammad Saad az-Zahrani juga anggota pasukan pengawal putera mahkota. Dalam sebuah rekaman video tahun lalu, dia tampak berpose berdiri di samping Pangeran Muhammad bin Salman.

Tersangka lainnya adalah Dr. Salah at-Tubaigi, ahli otopsi menjabat kepala Dewan Ilmu Forensik Arab Saudi. Dia pernah kulih di Universitas Glasgow dan pada 2015 menjadi dosen tamu untuk mata kuliah patologi forensik di Victorian Institute of Forensic Medicine.

(The-New-York-Times/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Tujuh Dari 15 Tersangka Pembunuh Jamal Khashoggi Adalah Pengawal Anak Raja Salman

Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman. (Foto: Arab News)

Pemimpin dari operasi pembunuhan Jamal Khashoggi adalah Mayor Jenderal Mahir Abdul Aziz Muhammad Mutrib.

Tujuh dari 15 tersangka pembunuh Jamal Khashoggi adalah pengawal dari Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman, merupakan anak dari Raja Salman bin Abdul Aziz.

Middle East Eye melaporkan sebagian besar merupakan perwira tinggi dan menemani Pangeran Muhammad bin Salman dalam lawatan ke Inggris dan Prancis tahun ini.

Middle East Eye memperoleh dokumen dari Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi berisi pangkat, tanggal lahir, paspor, nomor telepon, dan kapan mereka menemani Pangeran Muhammad bin Salman keluar negeri. Ketujuh tersangka ini merupakan anggota Pasukan Keamanan Khusus Putera Mahkota Arab Saudi.

Middle East Eye tidak melansir dokumen itu demi keamanan sumbernya.

Menurut sumber di kantor Kejaksaan Istanbul, 15 tersangka ini sempat makan malam di kediaman Konsul Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Muhammad al-Utabi, setelah membunuh dan memutilasi Khashoggi. Mereka kemudian kembali ke Arab Saudi dengan dua jet pribadi dan penerbangan komersial.

Tiga dari ketujuh anggota pengawal anak Raja Salman itu, menemani putera mahkota dalam kunjungan ke Inggris maret lalu. Mereka adalah Letnan Dhaar Ghalib Dhaar al-harbi, Sersan Mayor Walid Abdullah asy-Syihri, dan Abdul Aziz Muhammad Musa al-Hausawi.

Dua dari ketujuh orang itu menemani Pangeran Muhammad bin Salman ke Prancis April lalu. Mereka adalah Mayor Jenderal Mahir Abdul Aziz Muhammad Mutrib dan Kolonel Badr Lafi Muhammad al-Utaibi.

Mutrib, berpangkat paling tinggi dari ketujuh pengawal Pangeran Muhammad bin Salman merupakan ketua tim pembunuh Khashoggi.

Jamal Khashoggi tidak muncul lagi setelah Selasa dua pekan lalu memasuki kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Dia ke sana untuk mengurus dokumen diperlukan buat menikah lagi. Jam tangan Apple miliknya merekam kejadian pembunuhan dirinya.

Dalam keadaan teler setelah disuntik obat bius, Dr. Salah at-Tubaigi, ahli forensik, memutilasi tubuh Khashoggi menggunakan gergaji tulang.

(Middle-East-Eye/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Asosiasi Ulama Arab Saudi Desak Anak Raja Salman Dicopot Dari Jabatan Putera Mahkota

Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman.

Mereka menyalahkan Pangeran Muhammad bin Salman atas pembunuhan Jamal Khashoggi

Sebuah kelompok baru mengklaim berbicara atas nama para ulama Arab Saudi mendesak Raja Salman bin Abdul Aziz mencopot anaknya, Pangeran Muhammad bin Salman, dari jabatan putera mahkota.

"Arab Saudi menghadapi krisis dan beragam persoalan lanatan kebijakan-kebijakan tidak adil dan jujur, dimana MBS (akronim buat Muhammad bin Salman) bertanggung jawab atas hal itu," kata mereka melalui Twitter kemarin.

Asosiasi Ulama Arab Saudi juga menuntut pemerintah membebaskan ulama, wartawan, aktivis, dan akademisi ditahan segera dibebaskan. Sejak Pangeran Muhammad bin Salman menjadi putera mahkota pada 21 Juni tahun lalu, negara Kabah itu memang getol menangkapi para pembangkang.

Asosiasi ini menyalahkan Pangeran Muhammad bin Salman atas pembunuhan Jamal Khashoggi, wartawan kerap mengkritik rezim di Arab Saudi. "Ketidakadilan diberlakukan MBS telah menyebabkan pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi," ujar mereka. Dia menambahkan pembunuhan dengan cara dimutilasi hidup-hidup ini diluar batas kemanusiaan.

Khashoggi tidak muncul lagi setelah Selasa dua pekan lalu memasuki kantor Konsulat Arab saudi di Kota istanbul, Turki.

Hasil penyelidikan polisi Turki menyebut Khashggi dibunuh dalam konsulat. Tujuh dari 15 tersangka pembunuh Khashoggi merupakan pengawal Pangeran Muhammad bin Salman.

Asosiasi Ulama Arab Saudi ini sengaja tidak menyebut identitas demi alasan keamanan. Sebab Sadi telah menangkapi lusinan ulama, termasuk tiga ulama tersohor - Syekh Salman al-Audah, Syekh Awad al-Qarni, dan Dr Ali al-Umari. Dua imam Masjid Al-Haram di Kota Makkah juga ikut ditahan.

(Middle-East-Eye/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Arab Saudi Tuduh Putin: Anak Raja Salman Terinspirasi Putin Buat Culik dan Bunuh Pembangkang di Luar Negeri. Simak Ini!

Foto dan nama 15 warga Arab Saudi diduga terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi. (Foto: Sabah Daily)

"MbS tidak mungkin melakukan hal semacam itu tanpa memberitahu Raja Salman sebelumnya."

Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman, merupakan anak dari Raja Salman bin Abdul Aziz, diduga terinpirasi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menculik dan membunuh para pembangkang mengasingkan diri di luar negeri.

Seorang tokoh oposisi sekaligus teman mendiang Jamal Khashoggi bilang Putin menjadi contoh bagi anak Raja Salman bin Abdul Aziz itu.

"MbS (Muhammad bin Salman) pernah bertanya dalam sebuah pertemuan: 'Bagaimana Putin merencanakan menculik tokoh oposisi dan membunuh mereka di London tanpa terkena konsekuensi?'"

Putin diduga memerintahkan agen-agen intelijennya untuk meracuni Sergei Skripal, bekas agen ganda, dan putrinya, Yulia, pada 4 Maret lalu di Kota Salisbury, selatan Inggris.

Pemerintah Inggris bilang Rusia bertanggung jawab atas kejadian itu. Inggris dan sejumlah sekutunya kemudian mengusir diplomat-diplomat Rusia. Putin membantah mengeluarkan perintah untuk membunuh Skripal dan anak perempuannya.

Peristiwa serupa juga dialami pembelot asal Rusia, Alexander Litvinenko. Dia meninggal setelah diracun di sebuah restoran di London pada 2006.

Tokoh oposisi Arab Saudi itu meyakini pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, atas perintah Pangeran Muhammad bin Salman. Dia percaya Raja Salman juga mengetahui soal itu.

"MbS tidak mungkin melakukan hal semacam itu tanpa memberitahu Raja Salman sebelumnya," kata sumber menolak ditulis namanya dengan alasan keamanan. "Mereka berbagi peran sebagai polisi baik dan polisi jahat tapi kedua mengetahui rencana itu (pembunuhan Khashoggi)."

Khashoggi tidak muncul lagi setelah Selasa dua pekan lalu memasuki kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Dia ke sana buat mengurus dokumen untuk menikah lagi dengan tunangannya, perempuan Turki bernama Hatice Cengiz. Hasil penyelidikan polisi Turki menyebutkan Khashoggi dibunuh dan dimutilasi.

(Middle-East-Eye/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Arab Saudi Akan Korbankan Kepala Intelijen Dalam Kasus Pembunuhan Khashoggi

Jamal Khashoggi, wartawan pengkritik Arab saudi, diyakini dibunuh dalam Konsulat Arab Saudi di Kota istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018. (Foto: Twitter)

Jenderal Ahmad as-Sirri juga menjadi juru bicara pasukan koalisi dalam Perang Yaman.

Arab Saudi diyakini tidak akan menjadikan Putera Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman sebagai penanggung jawab dalam kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.

Tanggung jawab bakal dibebankan kepada kepala badan intelijen Jenderal Ahmad as-Sirri sebagai pemberi perintah untuk membunuh Khashoggi, seperti dilansir surat kabar the New York Times. Dia

Khashoggi tidak muncul lagi Selasa dua pekan lalu setelah memasuki kantor Konsulat Arab Saudi di Kota Istanbul, Turki. Dia ke sana untuk mengurus dokumen diperlukan buat menikah lagi.

Hasil penyelidikan polisi Turki menyebut Khashoggi disiksa hingga tewas.

Sejumlah pejabat mengetahui rencana itu mengungkapkan Sirri dianggap berwenang menugaskan perwira di bawahnya untuk melaksanakan misi. Mereka menyatakan Pangeran Muhammad bin Salman menyetujui penangkapan Khashoggi hidup-hidup tapi Sirri melewati batas.

Sirri dikenal dekat dengan anak Raja Salman itu. Dia selama ini juga menjadi juru bicara pasukan koalisi dalam Perang Yaman.

(Middle-East-Eye/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Saudis Akan Menemukan Kambing Hitam Untuk Kasus Khashoggi

Prince Khalid bin Farhan al-Saud.

Saudi akan menemukan kambing hitam untuk kasus hilangnya Jurnalis Arab, Jamal Khashoggi, kata Pangeran Khalid bin Farhan al-Saud yang hidup sebagai seorang pembangkang di pengasingan di Jerman.

Dalam wawancara dengan Deutsche Welle atau DW, saluran internasional Jerman, menuduh Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman berada di balik dugaan pembunuhan Khashoggi.

Bin Farhan mengatakan bahwa Khashoggi memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan dan bahwa dia keberatan untuk dicap sebagai tokoh oposisi.

“Dia tidak menimbulkan bahaya politik kepada keluarga kerajaan. Bahkan dalam kritiknya, dia berhati-hati. Saya tidak melihatnya sebagai ancaman langsung terhadap pemerintah Saudi,” katanya kepada penyiar Jerman itu.

Mengelaborasi mentalitas Raja Salman, Bin Farhan mengatakan: "Saya tidak bisa mengatakan bahwa Raja Salman terlibat langsung tetapi saya percaya keputusan dan pelaksanaan pembunuhan itu mengarah ke putranya, Mohammed."

“Pembunuhan Khashoggi dan cara cerita itu beredar di media telah mengekspos keluarga kerajaan Saudi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ketika sebuah negara menculik, membunuh dan memecat salah satu warganya, yang kita hadapi adalah organisasi mafia - bukan pemerintah yang sah.”

Ditanya apakah dia merasa lebih aman di Jerman atau dia merasa lebih khawatir tentang keselamatan pribadinya, pangeran Saudi pengasingan berkata: “Saya telah dianiaya dan diancam untuk waktu yang lama. Orang lain mungkin merasa takut sebagai akibatnya, tetapi apa yang saya lihat sekarang adalah bahwa pemerintah [Saudi] berada di bawah pengawasan publik.”

“Selain itu, saya selalu berhubungan dengan polisi Jerman - Saya memiliki nomor pribadi yang memungkinkan saya dapat menjangkau polisi kapan saja. Selalu ada mobil polisi di dekat rumah saya.”

"Saya merasa aman. Tapi itu bukan untuk mengatakan bahwa mental nekat penguasa Saudi saat ini tidak menakutkan. Dia tidak mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya, ini kadang-kadang membuatku khawatir. Jika dia orang yang rasional dan memperhitungkan konsekuensi dari tindakannya, saya akan merasa lebih santai. ”

Ditanya tentang sikap AS terhadap Arab Saudi atas kasus Khashoggi, Bin Farhan mengatakan: “Amerika Serikat, seperti negara lainnya yang berurusan secara individual dengan Arab Saudi, akan terus mengejar kepentingannya sendiri. Tetapi jika Kongres memberlakukan sanksi terhadap Riyadh, bahkan Donald Trump tidak akan mampu menghentikannya.”

(DW/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Serang Sekutunya Sendiri, AS Tewaskan 6 Orang Kurdi di Suriah

Jet tempur Amerika

Dua jet tempur F-15 Amerika Serikat, Rabu (17/10/2018) membombardir markas pasukan Kurdi yang merupakan sekutu Washington sendiri di Suriah.

IRIB melaporkan, akibat serangan jet tempur Amerika ini, sedikitnya enam orang tewas dan 15 lainnya terluka.

Amerika Serikat mengumumkan, ini adalah sebuah kesalahan yang tidak diinginkan.

Serangan ini terjadi di saat Amerika tengah melakukan dukungan udara atas milisi bersenjata Kurdi di dekat desa Hajin, Provinsi Deir Ezzor, timur Suriah.

Jet-jet tempur koalisi Amerika, Sabtu lalu juga menjatuhkan bom fosfor putih ke desa Hajin. Serangan tersebut menewaskan dan melukai puluhan warga sipil Suriah.

Sayap militer Partai Uni Demokratik Kurdi Suriah, PYD, Unit Proteksi Rakyat Kurdi Suriah, YPG didukung Amerika dan sekutu-sekutunya.

(IRIB/Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Masih Terkait Kasus Khashoggi! Kebrutalan Terselubung Rezim Muhammad Bin Salman

Jamal Kashoggi

Pada 2 Oktober 2018 lalu, jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi, lenyap setelah menginjakkan kaki di Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Meski telah membantah terlibat dalam kasus hilangnya sang jurnalis, otoritas Saudi terkenal dengan rekam jejak yang sangat buruk perlindungan atas kebebasan politik. Tak terkecuali di bawah kepemimpinan Mohammed bin Salman.

Al-Jazeera melaporkan bahwa Khashoggi pernah menjabat sebagai penasihat untuk anggota kerajaan. Namun demikian, ia memang kerap mengkritik program reformasi yang dijalankan oleh Mohammed bin Salman alias MBS.

Dalam sebuah wawancara pada bulan Maret lalu, Khashoggi mengkritik praktik-praktik represif Kerajaan Saudi terhadap para pengkritik dan pembangkang. Ia menyoroti pemenjaraan sejumlah aktivis hak asasi manusia yang mengutuk kebijakan perang Saudi di Yaman.

Sang Putra Mahkota MBS memang tengah menggencarkan reformasi besar-besaran di Kerajaan Saudi, khususnya di bidang ekonomi. Dilansir dari Washington Post, MBS merangkum program-program reformasi tersebut dalam sebuah rencana bertajuk Visi 2030. Di dalamnya terdapat rencana diversifikasi pemasukan negara non-migas, skema privatisasi, reformasi teknologi, serta pembangunan berkelanjutan.

MBS juga sering dikabarkan mendorong perubahan pada masyarakat Saudi agar lebih terbuka. Pada Juni 2018 lalu, misalnya, ia mengizinkan perempuan untuk menyetir mobil.

Ia juga mencopot wewenang polisi agama yang sebelumnya menjaga ketat pemisahan laki-laki dan perempuan di tempat umum dan mengatur cara wanita berpakaian.

Konser musik yang sebelumnya dilarang kini diperbolehkan. Demikian pula dengan bioskop dan acara-acara olahraga yang telah puluhan tahun dilarang.

Namun, upaya MBS melepaskan Arab Saudi dari kerangkeng konservatisme juga diikuti oleh rentetan kekerasan politik dan pembungkaman paksa.


Para imam di Arab yang tak sependapat dengan cara MBS menjalankan pemerintahan atau yang menolak tunduk pada otoritas kerajaan dijebloskan ke penjara. Kebijakan tangan besi juga berlaku pada aktivis dan akademisi yang vokal terhadap isu-isu pelanggaran hak asasi manusia.

Amnesty International mencatat setidaknya terdapat empat pegiat HAM yang mendekam di penjara sejak awal 2018. Pada Januari, pengadilan Kerajaan Saudi memenjarakan Mohammad al-Otaibi dan Abdullah al-Attawi. Al-Otaibi divonis 14 tahun penjara sementara al-Attawi dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara.

Keduanya dipenjara karena mendirikan organisasi hak asasi manusia. Namun, dakwaan berlapis yang dijatuhkan kepada mereka adalah “menyebarkan kekacauan dan menghasut opini publik”; “menerbitkan pernyataan-pernyataan yang membahayakan reputasi Kerajaan Saudi serta lembaga peradilan dan keamanan”; dan “berpartisipasi dalam mendirikan sebuah organisasi dan mengumumkan pendirian tersebut sebelum mendapatkan otorisasi dari pemerintah.”

Sebulan setelahnya, hukuman penjara juga dijatuhkan untuk dua aktivis HAM, yakni Essam Koshak dan Issa al-Nukheifi. Masing-masing mendapat hukuman empat dan enam tahun kurungan.

“Hukuman keras yang dijatuhkan kepada mereka menunjukkan bahwa menjunjung kebebasan berekspresi tidak termasuk dalam proses ‘transformasi’ yang dijanjikan [Kerajaan Arab Saudi],” tulis Amnesty International.

Sementara itu, jumlah orang yang dieksekusi mati juga meningkat. Berdasarkan catatan organisasi HAM Reprieve, angka tersebut meningkat dua kali sejak MBS berkuasa di Kerajaan Saudi. Delapan bulan sejak ia menjabat posisi putra mahkota, sebanyak 133 orang telah dieksekusi. Delapan bulan sebelumnya, jumlah eksekusi mati tercatat 67 kali.

Reprieve juga mencatat naiknya tren hukuman mati sebagai metode untuk membungkam protes-protes pro-demokrasi. “Banyak anak muda dan anak-anak telah ditangkap, disiksa, dan dijatuhi hukuman mati berdasarkan ‘pengakuan’ paksa dan bukti yang diperoleh dari pemantauan dan pengawasan siber,” tulis Reprieve.

Washington Post melaporkan, MBS telah menegaskan bahwa Saudi Arabia tidak akan pernah menjadi negara demokrasi dan akan terus mempertahankan sistem monarki absolut.

“Ketika kita berbicara mengenai reformasi politik, MBS sama reaksionernya dengan elite politik Wahabi,” ujar David Ottaway, pengamat spesialis Arab Saudi dari Wilson Center. “Jika dulu negara ini biasa dijalankan oleh konsensus oleh sejumlah pangeran senior, sekarang semuanya mengerucut ke satu orang, dengan sedikit masukan dari ayahnya.”


Dukungan Trump

Meskipun kecaman terhadap kerajaan terus berdatangan, Amerika Serikat, salah satu sekutu utama AS di Timur Tengah, tetap mendukung rezim MBS. Pada Selasa (16/10), Presiden AS Donald J. Trump balik mengecam siapapun yang menghakimi Saudi sebagai pihak yang bersalah dalam kasus raibnya Khashoggi.

“Anda tahu, Anda bersalah sampai terbukti tidak bersalah,” ucap Trump mengomentari kasus Khashoggi, sebagaimana dikutip Associated Press. Sikap Trump dianggap membenarkan kekerasan politik yang dilakukan Kerajaan Saudi.

Editorial Washington Post menyebutkan bahwa Saudi sedang mengarang sebuah cerita yang bakal menghubungkan pembunuhan Khashoggi dengan penyalahgunaan wewenang oleh tim yang dikirim untuk menginterogasinya.

Cerita ini diharapkan akan mengalihkan tuduhan pembunuhan Khashoggi yang selama ini terarah kepada MBS. MBS sendiri diyakini telah memerintahkan pembunuhan Khashoggi dan mengawasi operasi tersebut.

Sebelumnya, Guardian mengabarkan bahwa sejumlah pejabat Turki mengatakan Khashoggi telah dibunuh oleh tim khusus di dalam gedung konsulat Arab di Istanbul, Turki, berdasarkan sejumlah berkas video yang mereka miliki.

Sejumlah spekulasi pun mulai bermunculan, termasuk dugaan bahwa tubuh Khashoggi telah dimutilasi. Washington Post melaporkan bahwa Intelijen AS telah meretas komunikasi para pejabat Saudi. Menurut hasil peretasan tersebut, ditemukan bahwa Saudi memang berencana menangkap Khashoggi.

Di sisi lain, dukungan Trump hanya akan mempersulit pengungkapan kasus Khashoggi dan secara tak langsung bakal membiarkan kekejaman-kekejaman di bawah rezim MBS di masa depan.

“Sekarang, tak seorang pun bakal berani bicara dan mengkritik reformasi [yang dimulai MBS],” ujar Khashoggi pada Maret lalu merespons pemenjaraan para aktivis HAM di Kerajaan Saudi.

(Tirto/Fokus-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Arab Saudi Bekukan Visa Haji Pengungsi Palestina

Visa Warga Palestina

Pemerintah Arab Saudi dikabarkan menghentikan penerbitan visa untuk keperluan umrah atau ibadah haji untuk pengungsi Palestina di Lebanon.

Keputusan ini sekaligus membuat puluhan ribu warga Palestina tidak bisa mengunjungi Mekkah dan Medinah, dua kota paling penting bagi umat Muslim.

Kepada situs Middle East Eye, seorang pejabat di kantor konsulat Arab Saudi di Beirut mengatakan, langkah ini diambil menyusuk keputusan Kementerian Luar Negeri Saudi.

Pihak konsulat di Beirut sudah menginformasikan hal itu kepada agen-agen perjalanan di Lebanon bahwa visa umrah dan haji tak diterbitkan untuk warga Palestina yang memegang dokumen pengungsi.

Keputusan ini, ujar pejabat konsulat Saudi itu, sudah efektif berlaku sejak 12 September lalu. “Kini pengungsi Palestin (di Lebanon) bisa mengurus paspor Otorita Palestina agar bisa mendapatkan visa,” tambah pejabat itu.

“Banyak warga Palestina yang mendapatkan visa umrah atau haji dengan menggunakan paspor Otorita Palestina setelah keputusan ini diambil. Saya tidak puya jumlah pastinya,” tambah dia

Pejabat itu melanjutkan, Kemenlu Arab Saudi juga sudah mengabarkan keputusan itu kepada pemerintah Palestina yang berkedudukan di Tepi Barat.

Sementara itu, Duta Besar Palestina di Lebanon Ashraf Dabbour mengatakan, pihaknya sudah mengetahui keputusan Saudi itu. Namun, lanjut Dabbour, Kedubes Palestina mengetahuinya bukan dari jalur resmi melainkan kabar dari para tokoh lokal Palestina.

Meski demikian, Dabbour memmbantah, pemerintah Palestina akan menerbitkan paspor untuk para pengungsi di Lebanon yang ingin bepergian ke Arab Saudi.

“Tidak benar kami akan menerbitkan paspor Palestina untuk pengungsi di Lebanon agar bisa mendapatkan visa umrah dan haji atau visa lainnya,” kata Dabbour.

“Pemerintah Palestina tidak menerbitkan paspor untuk warga Palestina yang berada di negara-negara Arab,” tambah dia.

Dabbour melanjutkan, pihaknya amat terkejut dengan keputusan ini dan sedang mencari jalan untuk menyelesaikannya dengan pemerintah Saudi. Jumlah pengungsi Palestina di Lebanon berjumlah 174.422 orang berdasarkan sensus yang digelar Desember tahun lalu.

Mereka ini memegang dokumen perjalanan pengungsi yang diterbitkan Direktur Jendral Keamanan Umum Lebanon. Mereka bisa memohon dokumen perjalanan Lebanon yang masa berlakunya paling lama lima tahun dengan harga pembuatan sama dengan paspor Lebanon yaitu 40 dolar AS untuk tiap tahun masa berlaku.

Para pengungsi Palestina di Lebanon tidak memiliki hak politik untuk memilih anggota parlemen atau pemerintah lokal.

Selain itu terdapat 20 profesi yang tak boleh digeluti pengungsi Palestina di Lebanon antara lain bidang hukum, kesehatan, dan teknik.

Mereka juga tak boleh bekerja di institusi pemerintah Lebanon karena para pengungsi ini dianggap sebagai warga asing sesuai undang-undang negeri itu.

(Middle-East-Eye/Kompas/Fokus-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Salah Satu Tersangka Pembunuh Khashoggi Tewas Dalam Kecelakaan Mobil di Riyadh

Letnan Misyaal Saad M. al-Bustani, satu dari 15 tersangka pembunuh Jamal Khashoggi di kantor Konsulat Arab Saudi di Kota istanbul, Turki, 2 Oktober 2018. (Foto: Yeni Safak)

Klaim beredar menyebutkan kecelakaan itu disengaja untuk membungkam Misyaal.

Misyaal Saad M. al-Bustani, satu dari 15 tersangka pembunuh Jamal Khashoggi, tewas dalam kecelakaan mobil di Ibu Kota Riyadh, Arab Saudi.

Namun tidak ada penjelasan secara rinci mengenai kejadian membunuh lelaki berpangkat letnan di Angkatan Udara Arab Saudi. Klaim beredar menyebutkan kecelakaan itu disengaja untuk membungkam Misyaal.

Misyaal termasuk dalam rombongan 15 orang Arab Saudi terbang ke Istanbul, Turki, pada Selasa dua pekan lalu untuk melaksanakan misi pembunuhan terhadap Khashoggi. Dia tiba dengan jet pribadi pada 2 Oktober pukul 01.45 dini hari.

Dia kemudian menginap di Wyndham Grand Hotel dan terbang kembali ke Riyadh di hari sama pada jam 21.46, menggunakan jet pribadi milik perusahaan the Sky Prime Aviation.

Khashoggi - menetap di Virginia, Amerika Serikat, sejak tahun lalu - tidak muncul lagi setelah Selasa dua pekan lalu memasuki kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Dia ke sana untuk mengurus dokumen buat menikah lagi.

Hasil penyelidikan polisi Turki menyebutkan Khashoggi tewas disiksa dan dimutilasi.

(Yeni-Safak/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: