Daftar Isi Internasional Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Tampilkan postingan dengan label ABNS WAWANCARA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ABNS WAWANCARA. Tampilkan semua postingan

Pakar Asia Tenggara: Indonesia, Islamisme dan Program Ratu Inggris


Ali Akbar Dhiya’i, pakar Asia Tenggara menulis, kebijakan Indonesia berdasarkan pada moderasi, menjauhi ekstremisme dan keseimbangan kekuatan politik di wilayah ASEAN dan jika berkaitan dengan masalah Palestina atau isu-isu yang terkait dengan Yaman, kadang-kadang bereaksi dengan sendirinya yang secara aktual memiliki pendekatan internal.

Menurut laporan IQNA, Ali Akbar Dhiya’i dalam sebuah pembahasan dengan tema kebijakan luar negeri Indonesia dan pandangan baru terhadap Afghanistan, yang mana naskahnya telah diberikan kepada IQNA menuturkan sebagai berikut:

Prioritas kebijakan luar negeri Indonesia didasarkan pada pembangunan ekonomi, yaitu, ada beberapa isu politik internasional utama yang ada di ASEAN atau di Timur Tengah, yang berkaitan dengan kepentingan nasional Indonesia, terutama pendekatan ekonomi, merupakan salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia dan dalam pelbagai isu budaya, politik dan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam konteks Indonesia, pemerintah Indonesia tidak tertarik untuk memasuki isu-isu ini. Sementara itu, kebebasan beraksi di ranah sosial dan budaya hampir dipastikan terjamin. Namun, negara ini peka terhadap isu internasional yang bisa dikaitkan dengan kepentingan nasional, terutama pembangunan ekonomi Indonesia.


Kunjungan Presiden Indonesia ke Afghanistan

Pembahasan kunjungan Indonesia baru-baru ini ke Afghanistan dan pembahasan terkait Taliban dan perundingan damai di Timur Tengah apa kaitannya dengan kebijakan luar negeri Indonesia?

Sejauh ini, kebijakan Indonesia telah didasarkan pada moderasi dan menjauhi ekstremisme dan keseimbangan kekuatan politik di wilayah ASEAN dan jika berkaitan dengan masalah Palestina atau isu-isu yang terkait dengan Yaman, kadang-kadang Indonesia bereaksi dengan sendirinya yang secara aktual memiliki pendekatan internal dan mempertimbangkan kemaslahatan masyarakatnya. Artinya, pemerintah Indonesia tidak melakukan bentrokan ideologis dengan isu-isu internasional.

Dalam kasus haji yang lalu, selain pemerintah Indonesia tidak memihak Arab Saudi terkait dengan penganiayaan para jemaahnya, namun mengkritik negara tersebut dan mengkritik kebijakan Saudi terkait para pekerja Indonesia. Pendekatan ini bertentangan dengan kebijakan yang kadang-kadang kita saksikan di negara anggota ASEAN di Asia Tenggara; misalnya, Malaysia memiliki semacam hubungan ideologis dan bahkan strategis dengan pemerintah Saudi, dan di Malaysia, segitiga Arab Saudi, Malaysia dan Amerika Serikat menciptakan sebuah pusat untuk melawan ekstremisme dan terorisme.

Demikian juga, markas semacam ini dengan pendekatan dimana satu sisinya adalah Amerika (yang merupakan poin tuduhan mengarah Amerika Serikat dan memiliki peran fundamental dalam kemunculan kelompok-kelompok ekstremis seperti Taliban selama Perang Dingin Amerika dengan Rusia di Afghanistan, dan demikan juga peran pemerintahan Obama dan kemudian setelahnya dalam kasus-kasus ekstrim) sudah pasti Amerika Serikat tidak dapat menghadapi fenomena semacam itu.

Kita juga tahu apa sikap Arab Saudi terhadap kelompok salafi dan ekstrimis. Tentunya, pembentukan markas semacam itu akan memaksa kita untuk mengatakan bahwa Amerika Serikat lebih fokus pada pengawasan dan membimbing kelompok-kelompok ekstremis di negara seperti Malaysia.

Namun di Indonesia, politik agak sedikit berbeda dan dengan gerakan ekstrim (yang berasal dari luar Indonesia) disikapi dengan kepekaan besar dan dipantau oleh pemerintah. Dalam hal ini, beberapa gerakan seperti Jamaah Islam sangat diawasi dan menjebloskan ketuanya ke dalam penjara. Selain itu, gerakan ekstrim seperti Jundul Islam dan kelompok ekstremis seperti Hizbut Tahrir telah dikendalikan semaksimal mungkin. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang relatif bijak dan merata yang dilakukan dalam rangka membela budaya populer (yaitu budaya Islam) dan tidak menyebabkan provokasi dan kobaran perang di wilayahnya.

Tentu saja, Indonesia bisa bermanfaat bagi Afghanistan dalam pembangunan ekonomi wilayah Afghanistan dan hubungan ekonomi di bidang kertas, karet dan barang lainnya seperti gas, listrik dan energi. Pastinya, manfaat ekonomi Indonesia juga dapat dipenuhi oleh Afghanistan. Begitu juga, topik pengiriman pelajar dari Afghanistan ke universitas di Indonesia yang mana dalam rangka mendukung kalangan muda dan para peminat sains dan teknologi, yang mana mereka dapat belajar di Indonesia, dan tentu saja salah satu titik fokus kerja sama yang dapat dirancang adalah pembahasan pendidikan dan sekolah tinggi.


Program Ratu Inggris

Poin yang mungkin penting juga adalah bahwa Ratu Inggris, yang menjalin hubungan dengan presiden Indonesia, telah berjanji untuk mendirikan Universitas Internasional Islam di Indonesia.

Tujuan pendirian universitas ini adalah untuk mengembangkan strategi pendidikan baru yang semaksimal mungkin dapat membuat kebijakan di beberapa pembahasan seperti Jihad dan Takfir di jantung sistem pendidikan Barat di Indonesia. Terlebih-lebih Indonesia dengan kinerja ini, dapat menghentikan gerakan gerilyawan dan kelompok jihad di Timur Tengah dengan bantuan para ulama tradisionalnya.

Tapi pertanyaannya adalah apakah Indonesia ingin melakukan ini berdasarkan temuan dan pengalaman pribadinya dan atau ingin menggunakan pengalaman Barat untuk menghilangkan wajah radikal sebagian gerakan ekstrim di Timur Tengah, yang jika skenario kedua benar, pastinya kita seharusnya tidak bersikap optimis terhadap tindakan ini.

Tampaknya masuknya Indonesia ke masalah Afghanistan adalah dalam rangka ini. Yaitu, sejumlah besar ulama Indonesia, dimana banyak di antaranya adalah orang moderat, dan hubungan ulama Indonesia dengan ulama Afghanistan dan Pakistan dapat memiliki efek seperti itu, dan dapat berdampak pada tingkat pendidikan sekolah agama negara-negara ini.

Memang, sistem pendidikan di wilayah ini diatur untuk mengendalikan ajaran-ajaran seperti pembahasan Dar al-Islam dan Dar al-Kufr, dan demikian juga pembahasan tentang jihad, takfir dan moderasi. Hal ini dimungkinkan hanya melalui para ulama muslim Sunni di wilayah ini.

Yakni, versi tertulis yang disusun oleh Amerika Serikat atau Barat untuk menghilangkan wajah ekstrem di wilayah ini, mayoritas aspeknya bersifat formal.

Tetapi tampaknya para ulama Indonesia, mengingat sikap mereka yang moderat, mencoba mempengaruhi elit religius di Timur Tengah dan dapat mengendalikan mereka di bawah kendali pemerintah Afghanistan.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Islam Tidak Menentang Partisipasi Sosial Wanita


“Tidak ada kontradiksi antara ajaran Islam dan partisipasi sosial kaum wanita.”

Demikian hal ini ditegaskan oleh Inayah Izzuddin yang merupakan menteri pertama di kabinet Lebanon yang mengenakan hijab. Ia menjabat sebagai menteri penasihat di bidang pembangunan administrasi Lebanon.

“Saya tidak melihat kontradiksi antara ajaran Islam dan kehadiran wanita di medan sosial masyarakat,” tukas Inayah.

Menurut Inayah yang berprofesi sebagai dokter dan anggota Partai Amal Lebanon ini, klaim yang menandaskan bahwa Islam melarang kaum wanita aktif di ranah sosial sangat bertentangan dengan ajaran Islam dan pengalaman agama ini di sepanjang sejarah.

“Di permulaan perkembangan, kaum wanita hadir di berbagai medan sosial dan memperoleh dukungan Rasulullah saw,” tutur Inayah.

Menelaah pandangan para pemikir kontemporer, lanjut Inayah, masalah ini juga sangat gamblang. Imam Khomeini ra memiliki teori dan praktik yang sangat jelas tentang kaum wanita. Wanita diserupakan dengan Al-Quran. Kitab ini sangat mulia dalam pandangan seluruh Muslimin.

Imam Musa Shadr, tukas Inayah, juga selalu menekankan peran wanita dalam kemajuan dan perbaikan sebuah masyarakat.

“Pengalaman kaum wanita di Republik Islam Iran merupakan tanda untuk menghormati posisi penting wanita dalam ajaran Islam,” ujar Inayah.

“Tidak syak lagi, kondisi wanita di Iran merupakan figur urgen untuk menjelaskan posisi wanita dalam Islam. Figur ini berhasil memberangus figur yang selama ini digambarkan oleh kelompok takfiri,” tandas Inayah.

(Al-Kautsar/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Wawancara Dengan Rahim Khaki: Peningkatan Qiraat, Tujuan Dari Workshop Hamburg/ Berharap Bisa Mendapat Manfaat Dari Pengajar Iran Lainnya


Rahim Khaki, seorang pengajar workshop suara dan nada Alquran di Hamburg, mengatakan, tujuan dari workshop ini adalah untuk meningkatkan tingkat teknis qiraat para peserta dan para qori bagus hadir di sini.

Menurut laporan IQNA, Workshop edukasi suara dan nada Alquran dimulai Senin (26/2) dengan dihadiri Rahim Khaki, qari dan juri internasional Alquran Iran di Islamic Center Hamburg, dimana para remaja dan pemuda berminat untuk hadir di sini.

Workshop ini diadakan bersamaan dengan musabaqoh Alquran Eropa ke-6 di Islamic Center Hamburg, dan mengakhiri kinerjanya setelah empat hari. Rahim Khaki juga akan hadir pada musabaqoh tersebut sebagai juri dan akan mengawasi kompetisi para partisipan.

IQNA melakukan wawancara dengan Rahim Khaki guna lebih mengenal pembahasan-pembahasan yang dipresentasikan di workshop Alquran Hamburg. Dia berkata, program ini, yang diselenggarakan atas prakarsa Darul Quran Islam Hmburg diselenggarakan dari hari Senin (26/2) di masjid Imam Ali (as) di Hamburg dan berakhir hari Kamis (1/3).

Juri internasional Alquran Iran menambahkan, workshop ini diadakan setiap hari dari pukul 16:30 waktu setempat sampai azan Maghrib, dan sejumlah remaja dan pemuda yang tertarik dengan Alquran, dan beberapa qari yang sangat bagus yang mendapatkan pengajaran pada tahun-tahun sebelumnya dan membutuhkan peningkatan tingkat teknis hadir di sini.

“Diupayakan dalam workshop permulaan ini diambil ukuran tingkat informasi para partisipan dan hal ini dilakukan pada hari pertama workshop pada tanggal 26, dan sejumlah qori melakukan tilawah ayat-ayat suci Alquran,” tegas Khaki.

Juri internasional Alquran Iran demikian juga mengatakan bahwa ada banyak bakat di antara pemuda dan remaja yang berpartisipasi dalam workshop tersebut, dan mereka diberikan wejangan-wejangan sesuai dengan bakat dan kualitas bacaannya.


“Selama periode ini, kami mencoba untuk mengukur dan mengevaluasi tilawah para partisipan dan kami melihat apakahwejangan-wejangan ini efektif dalam meningkatkan qiraat mereka,” lanjutnya.

Dia mengatakan, salah satu tujuan utama workshop ini adalah seni dan teknik yang diperlukan untuk meningkatkan suara dan menyimpan suara serta menghindari tindakan non-teknis untuk mencegah kerusakan suara-suara remaja yang sering menimpa pada masa pubertas.

Rahim Khaki mengingatkan, dengan melihat bahwa musabaqoh Alquran Eropa diadakan di Islamic Center Hamburg pada hari Jumat (2 Maret), para partisipan pelbagai kategori telah melakukan tilawah guna meningkatkan kemampuannya dalam wokrshop ini, dan para muazin juga telah mengumandangkan azannya, dan akhirnya, dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki kualitas musabaqoh dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Khaki mengungkapkan, demikian juga mengingat bahwa pertemuan tersebut telah dijadwalkan dalam beberapa bagian, maka dikhususkan sebagian untuk menghilangkan problem-problem tajwid dan mengisyaratkan tentang wakaf dan ibtida, yang semoga dapat memuaskan dan kita dapat mengambil manfaat sebaik mungkin dari kesempatan edukasi yang dibuat dalam bentuk workshop edukasi.

Di penghujung dia juga mengucapkan terima kasih kepada para pengurus Islamic Center of Hamburg dikarenakan menyelenggarakan workshop tersebut. Ia menegaskan, semoga program ini akan berlanjut dan para pengajar Iran lainnya juga dapat hadir di workshop-workshop mendatang, dan Islamic Center Hamburg sebagai basis penting untuk mengajarkan Alquran di Eropa akan mendapatkan manfaat dari pengalaman dan keragaman informasi dari para pengajar ini.











(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Wawancara: Peran Penting Iran Dalam Musabaqoh Al-Quran Filipina/ Terjemahan Saffarzadeh, Hadiah Terbaik


Atase kebudayaan Iran di Filipina, dengan menjelaskan peran penting Iran dalam musabaqoh Alquran mengatakan, atase kebudayaan memiliki peran signifikan dalam kompetisi ini, dan pihak Filipina menyambut baik kerja sama ini.

Menurut laporan IQNA, musabaqoh qiraat Alquran kawasan Filipina diadakan pekan lalu atas prakarsa atase kebudayaan yang bekerja sama dengan Kementerian Urusan Islam dan Darul Quran Nabi Muhammad (saw), Masjid Biru Filipina, di auditorium pertemuan pelatihan teknik dan kejuruan yang berlokasi di wilayah muslim Maharlika.

Umat Islam dari berbagai etnis, berpartisipasi dalam kompetisi ini, termasuk delapan pelajar Alquran Darul Quran Nabi Muhammad saw Masjid Biru, yang didedikasikan sebagai proyek gabungan atase kebudayaan dan Komisi Nasional Muslim Filipina untuk mengajar Alquran ke para peminat.


Mengingat peran penting Iran dalam kompetisi ini, IQNA melakukan wawancara dengan penasihat budaya Iran Mohammad Jafari Malek di Filipina, yang hasilnya adalah sebagai berikut:


Tolong jelaskan proses penyelenggaraan musabaqoh terlebih dahulu, berapa banyak orang yang berpartisipasi dalam musabaqoh?

Pada tahun ini, 30 qori terbaik Manila, yaitu 15 laki-laki dan 15 perempuan, berpartisipasi dalam musabaqoh. Para qori periode ini dari berbagai umat Islam di negara tersebut, dan delapan pelajar Alquran dari Darul Quran, Nabi Muhammad saw, yang menandatangani MoU antara atase kebudayaan Iran dan komisi Urusan Islam sebagai satu-satunya Darul Quran resmi yang aktif di di negara ini juga ikut hadir.


Musabaqoh ini diadakan dengan slogan "Alquran Melawan Ekstremisme dan Kekerasan" dan perwakilan dari Komisi Urusan Muslim berbicara disini. Dan demikian juga saya sebagai atase kebudayaan Iran di Filipina membacakan petuah-petuah rahbar di kalangan para qori Alquran dan terorisme serta ekstremisme dan kondisi selatan Filipina termsauk topik yang saya kupas dalam pembicaraan saya.

Kim Idris, Wakil Kementerian Urusan Muslim Filipina, juga mengingatkan slogan musabaqoh, "Kami Muslim menderita ekstremisme, yang berakar pada Wahabisme."


Apakah sejumlah tokoh dan pejabat Filipina menyaksikan dari dekat?

Ya, para tamu dan tokoh terkemuka muslim, termasuk Abdul Rahim Inja, seorang komisaris dari salah satu daerah di Filipina dalam urusan Muslim, Jajuri Arasa, kepala kantor Masjid Biru, Alam Seyyed, Imam Besar Muslim di Wilayah Muslim Maharlika, Alam Said Ahmad Bashar, Kepala Dewan Imam Filipina, Abu Bakar Salsaluna, Wakil Ketua Direktur Eksekutif Kementerian Urusan Muslim, Laman Pian, Direktur Jenderal Komisi Urusan Budaya Muslim, dan sekelompok saudara laki-laki dan perempuan muslim lainnya ikut hadir disini.


Berapa jumlah juri kompetisi ini?

Lima pengajar terkemuka Filipina hadir sebagai juri musabaoqh ini, termasuk Profesor Suleiman, qori asal Filipina, Profesor Kamaraldin, Ali Abu Bakr Muti’, Khaled Matlaban dan Najib Taher, dan memberikan penilaian musabaqoh tahun ini.


Bagaimana mekanisme pemilihan para qori untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini?

Mekanisme berpartisipasi dalam musabaqoh ini adalah peserta dari berbagai daerah dipilih oleh Komisi Urusan Muslim dan diundang untuk ikut serta dalam musabaqoh ini.


Apa peran atase kebudayaan Iran di Filipina dalam kompetisi ini?

Atase kebudayaan yang mewakili Iran melakukan kegiatan bersama-sama dengan Komisi Urusan Muslim dan memiliki peran penting dalam musabaqoh ini, dan jika tidak ada dukungan Iran baik secara material dan spiritual, maka musabaqoh ini tidak akan diadakan, Filipina juga menyambut baik kerja sama ini.


Bagaimana para juara terbaik diberikan penghargaan?

Biasanya hadiah uang tunai diberikan ke tiga juara terbaik musabaqoh, dan tahun ini, selain hadiah uang tunai, juga diberikan terjemahan Alquran "Tahereh Saffarzadeh" dalam bahasa Inggris, sebagai hadiah terbaik dan bernilai.

Para wanita juga berpartisipasi dalam musabaqoh tersebut, yang mendapatkan penghargaan, dan Komisi Urusan Muslim memberikan penghargaan kepada para juara terbaik.


Bagaimana kerjasama atase kebudayaan dengan Komisi Urusan Muslim?

Kerjasama atase kebudayaan dengan Komisi Urusan Muslim berlangsung lewat Darul Quran Masjid Biru dan saat ini, ketua komisi telah diganti dan orang lain telah menggantikan mantan ketua, dan kami berharap di masa mendatang kerjasama dengan institusi ini, khususnya dalam bidang Alquran, akan dikembangkan.


Atase kebudayaan mendapat Apresiasi dalam musabaqoh Alquran Filipina, tolong jelaskan tentang hal ini?

Ya, dalam program ini, atase kebudayaan Iran mendapatkan hadiah dan piagam dari Komisi Urusan Muslim. Demikian juga, Laman Pian, Direktur Jenderal kegiatan budaya Komisi Urusan Muslim, berbicara tentang penyelenggaraan musabaqoh Alquran.Ia mengatakan, “Republik Islam Iran adalah satu-satunya negara di dunia yang menyelenggarakan musabaqoh Alquran dengan cara terbaik dan dengan tanpa diskriminasi, dan kita di sini sebagai Kementerian Urusan Muslim Filipina sangat mengapresiasi saudara terkasih ini. Malaysia, tentu saja, juga berkomitmen dalam hal ini, dan walaupun biasanya kami mengirim delegasi terbaik pertama ke Malaysia dan yang berikutnya ke Iran, namun penghormatan yang dilakukan Republik Islam Iran untuk Alquran dan para qori Alquran memiliki tempat terimakasih tersendiri.

Pemberian piagam penghargaan kepada Atase kebudayaan Iran di Filipina atas dukungan Kegiatan Alquran

Abu Bakar Salsalua, Wakil Direktur Eksekutif Urusan Urusan Muslim Filipina dan Kim Idris, perwakilan lain dari kementerian tersebut, juga mengucapkan terima kasih kepada atase kebudayaan dikarenakan penyelenggaraan musabaqoh tersebut.


Seperti yang Anda sebutkan, Anda membacakan statemen-statemen Rahbar dalam musabaqoh ini, apa poros dari statemen tersebut?

Pernyataan tersebut mencakup pidato Ayatullah Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi, di tengah-tengah para qori dan ustad Iran di majels keakraban dengan Alquran, yang berbunyi sebagai berikut:

Keindahan lafaz-lafaz Alquran adalah sebuah mukjizat dan sebuah jendela untuk menarik konsep-konsep luhur dan mendalamnya. Dan jika makna-makna tinggi Alquran dijelaskan untuk manusia dengan bahasa saat ini, maka pasti akan memiliki efek yang luar biasa dan akan memberikan perkembangan sejati umat manusia, karena martabat, kekuatan, kesejahteraan materi, keluhuran spiritual, penyebaran pemikiran dan ideologi, kegembiraan dan ketenangan spiritual bergantung pada pengamalan Alquran; Meskipun keindahan dan daya tarik lafaz-lafaz Alquran adalah sebuah mukjizat, namun tujuan lafaz-lafaz yang indah ini adalah membuka jendela untuk mencapai ruang yang mulia dari konsep-konsep Alquran.

Jika sepenuh hati pasrah pada konsep-konsep Alquran, sudah pasti dalam dunia yang pelik dengan badai, dan penuh dengan masalah hari ini, kedalaman konsep-konsep Alquran dan dampaknya akan semakin dipahami.

Masalah kekosongan identitas, pemikiran, dan keyakinan di dunia sekarang ini dan kebutuhan manusia akan konsep-konsep Alquran sangatlah tinggi, dan kita harus memindahkan konsep-konsep ini ke dunia dengan mengkonsolidasikan dasar-dasar iman kita dan mengenalkan dengan bahasa mekanisme pemindahan konsep-konsep Alquran kepada manusia.

Jika konsep ini ditransmisikan, maka Alquran akan menjadi pengaruh utama di dunia dan kekuatan serta senjata mereka tidak akan dapat melakukan apapun. Ketenangan religius dan spiritual merupakan salah satu berkat mengenal konsep-konsep Alquran, dan ketenangan ini akan menjadi perintis bertambahnya keimanan manusia terhadap Allah Yang Maha Kuasa dan kekuatan-Nya.


(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ulama Hadhramaut: Derita Yaman Lebih Buruk Daripada Yang Diberitakan


Hadhramaut, wilayah di ujung selatan Semenanjung Arab, punya hubungan khusus dengan Indonesia. Penyebar Islam awal di Tanah Air berasal dari orang-orang Hadhramaut. Mayoritas tokoh keturunan Arab, baik agamawan maupun politisi, di Indonesia juga keturunan Hadhrami — sebutan untuk orang-orang Hadhramaut.

Hasyim bin Abdurrahman bin Alwi Al-Idrus adalah satu contoh sempurna hubungan antara provinsi di Yaman selatan itu dengan Indonesia, negeri yang jauhnya 7.000-an kilometer. Sang kakek, Alwi bin Umar bin Abi Bakr Al-Idrus pernah berdakwah ke Indonesia dan bahkan beristrikan perempuan Indonesia. Saat ini, Hasyim yang datang ke Indonesia pada awal pekan lalu tengah berupaya menemukan keluarga besar dari neneknya di seputaran Tegal, Jawa Tengah.

Hasyim besar dari tradisi keilmuan Hadhramaut. Lahir di Tarim, kota seribu ulama di lembah Hadhramaut pada 1980, Hasyim mempelajari ilmu-ilmu tradisional Islam sejak berusia 10 tahun di Rubat Tarim, salah satu pesantren tertua di Hadhramaut dan sempat ditutup ketika komunis berkuasa di Yaman hingga 1990.

Hasyim, seorang hafiz (penghafal) Al-Quran, kemudian mengajar di Darul Musthofa, lembaga pendidikan milik ulama kenamaan Umar bin Hafiz, selama tujuh tahun. Pada 2009, dia menamatkan studi sarjana di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Setelah mengambil magister di universitas yang sama, dia kini melanjutkan studi doktoral di Ez-Zitouna, Tunisia, sebuah universitas yang telah berdiri sejak Abad ke-7 Masehi, jauh lebih tua daripada Al-Azhar.

Hasyim secara khusus menguasai Ulumul Quran dengan konsentrasi pada Ilmu Qiraat (ilmu beragam jenis bacaan Al-Quran). Dalam spesialisasi ini, dia berhasil memperoleh ijazah (sertifikat) sehingga memiliki kompetensi mengajarkan Ilmu Qiraat. Dia juga mendapat gelar “Syeikh” di Seiyun, kota di Hadhramaut, untuk Ilmu Qiraat pada 2016. Dia banyak menulis tentang Ulumul Quran, terutama Ilmu Qiraat dan Tafsir.

INDOPRESS.ID berkesempatan berbincang dengan Hasyim, ulama muda Yaman yang digembleng dalam dua tradisi keilmuan Islam, tradisional dan modern, pada Ahad 18 Februari di bilangan Cipinang, Jakarta Timur. Dia berbicara tentang persoalan bangsa Yaman saat ini, di tengah gempuran serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi. “Sampai hari ini, serangan udara masih terjadi di Yaman,” katanya.


Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana kondisi kehidupan masyarakat Yaman, khususnya di Hadhramaut sebagai pusat pendidikan, selama perang?

Sebagaimana wilayah mana pun di dunia ini, Hadhramaut pasti akan terpengaruh dengan peperangan yang terjadi di sekitarnya, apalagi dengan perang di negeri Yaman sendiri. Lebih khusus, pengaruh itu akan sangat dirasakan oleh masyarakat lemah, masyarakat menengah ke bawah. Kondisi ini benar-benar terasa ketika sejumlah fasilitas dan kebutuhan pokok terputus atau terhenti, padahal sebelum perang sekalipun kondisinya sudah minim.

Sementara itu, pusat keilmuan yang ada di Hadhramaut terbagi dua, ada lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah dan ada yang betul-betul dikelola oleh swadaya masyarakat, khususnya pusat keilmuan tradisional seperti rubat (pesantren). Justru yang kedua ini tak begitu terpengaruh oleh peperangan sementara pusat keilmuan pemerintah terhenti. Di rubat, sebagian besar pelajarnya datang dari luar negeri, terutama Asia seperti Indonesia. Fenomena mencoloknya saat ini, jumlah mereka berkurang saat perang pecah tapi proses belajar mengajar tetap berlangsung. Bahkan, khusus warga Yaman sendiri, para akademisi dari lembaga pemerintah kini beralih ke pesantren dan lebih fokus mengajar. Di masa awal perang, memang terasa ada krisis pangan tapi berangsur-angsur memulih, khususnya di Hadhramaut. Juga khusus di Hadhramaut, kami berhasil mencari jalan bagaimana bisa beradaptasi dengan situasi saat ini.


Bagaimana dengan kondisi fisik di Hadhramaut akibat perang?

Hadhramaut menderita dampak ekonomi akibat perang tetapi, bersama Al-Mahrah di Yaman selatan, tak mengalami kerusakan fisik yang berarti karena tak ada serangan udara. Sementara, provinsi lain di Yaman selatan, seperti Aden dan Syabwah, mengalami banyak kerusakan karena serangan udara. Tapi, kami tetap merasakan sekali dampak ekonominya.

Yang paling terdampak di Hadhramaut adalah lembaga pendidikan masyarakat yang disebut mi’lama (seperti surau di Indonesia) yang mengandalkan bantuan dari donatur di luar negeri, seperti dari Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Akibat perang, sumbangan itu tak bisa lagi datang. Al-Qaeda sempat masuk ke Hadhramaut selama satu tahun di awal perang. Mereka menghancurkan kubah-kubah dan makam-makam suci para wali.


Kenapa tak ada serangan udara di Hadhramaut?

Apa yang memicu perang ini? Karena ada Hutsi dan Al-Qaeda. Hutsi ada di Yaman utara sedangkan al-Qaeda di Yaman selatan selain Hadhramaut, sehingga keduanya tak ada di Hadhramaut.


Lembaga internasional mengatakan blokade Saudi atas Yaman menyebabkan krisis kemanusiaan, seperti kelaparan dan wabah kolera. Bagaimana Anda melihatnya?

Yang sebenarnya adalah kondisi di Yaman lebih buruk daripada yang diberitakan. Tak ada negara, kecuali Saudi, yang memblokade seluruh wilayah di suatu negara, yakni Yaman. Warga Yaman diboikot dari segala penjuru. Saudi menutup seluruh perbatasannya sementara Oman memberlakukan visa bagi kami. Di laut, kapal-kapal UEA juga memblokade Yaman.

Kami harus ke Salalah, kota perbatasan di Oman, dulu untuk mendapatkan visa ke Oman (Kedutaan Besar Republik Indonesia juga telah pindah dari Sana’a ke Salalah–redaksi). Yang kami derita lebih dahsyat daripada yang diberitakan. Saya juga tak berlebihan jika mengatakan embargo yang kami alami ini lebih parah daripada embargo di Jalur Gaza (Palestina) karena warga Gaza masih bisa keluar-masuk melalui Mesir sementara kami total diblokade. Kelaparan di Yaman juga lebih buruk daripada yang pernah terjadi di Somalia pada 1990-an. Bahkan, bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga kini masih sulit masuk.


Bukankah Saudi juga menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Yaman?

Bantuan Saudi itu mirip dengan seorang pembunuh yang mengiringi janazah korbannya sendiri. Apa yang dilakukan Saudi dengan bantuan kemanusiaan itu tak sebanding dengan dampak yang diakibatkan oleh ulah mereka sendiri. Ada dua model bantuan Saudi. Mereka mengirimkan bantuan demi mengurangi wabah kolera yang mereka sebabkan sendiri dan bantuan untuk persediaan bagi pasukan yang setia kepada mereka.


Bagaimana orang-orang Yaman menyiasati situasi ini sehari-harinya?

Jika bangsa lain mengalami ini, mereka mungkin sudah keluar dari negeri mereka atau memohon bantuan dari luar tapi kami tidak. Kami tetap bertahan di negeri kami. Mungkin kondisinya mirip dengan yang digambarkan dalam al-Quran, “Orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak…(Al-Baqarah: 273).

Kami juga sejak lama telah hidup secara gotong royong. Baik orang yang mampu maupun tidak, mengumpulkan semua persediaan makanan mereka menjadi persediaan bersama dan kemudian kami semua makan dari persediaan itu. Karena perang ini, persaudaraan kami juga semakin kuat. Sebagai contoh, ketika terjadi pembunuhan terhadap Ali Abdullah Saleh (Presiden Yaman terguling–redaksi), tak ada pembalasan dari anggota sukunya Al-Ahmar karena Ansharullah (sebutan untuk kelompok Hutsi–redaksi) datang kepada kepala suku Al-Ahmar. Hutsi siap membayar uang darah (diyat) dan kemudian kepala suku Al-Ahmar mengatakan bersedia menerima apa pun keputusan Abdul Malik Hutsi (pemimpin Hutsi) karena Ali Abdullah Saleh telah mengkhianati bangsa Yaman.


Bagaimana upaya yang dilakukan para ulama di Hadhramaut untuk menghentikan perang ini?

Para ulama dan habaib di Hadhramaut hanya bisa meminimalisasi dampak dari peperangan ini, seperti mencoba mendinginkan situasi dan menenangkan masyarakat. Mereka juga membantu dengan doa. Selama perang, kami terus mengadakan majelis yang memanjatkan doa keselamatan bagi seluruh rakyat Yaman.


Bagaimana sikap para ulama Hadhramaut terhadap perang ini?

Ulama di Hadhramaut punya pendapat masing-masing dan jarang ada yang menyatakannya secara resmi ke publik meskipun ada ulama Yaman di luar yang malah mendukung pihak agresor. Bagi mereka, perang ini adalah fitnah besar, sehingga tak ingin menunjukkan secara terbuka posisi mereka.


Bagaimana pandangan Anda dengan anggapan bahwa perang di Yaman adalah konflik antarmazhab?

Jika datang kepada anda orang yang mengadukan satu matanya dicongkel, jangan anda tergesa-gesa membela orang ini dan menyalahkan orang yang dia tuduh. Sebab, orang yang dia tuduh bisa jadi dua matanya yang dicongkel. Saya ingin menegaskan ini bukan masalah mazhab. Sebab, berbagai mazhab di Yaman telah hidup damai selama ini. Yang pasti dan tak bisa diingkari dari perang ini adalah serangan udara yang menyebabkan kerusakan dahsyat bagi Yaman.

(Indo-Press/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Wawancara Dengan Wakil Syaikh Qassim; Pencabutan Kewarganegaraan Bahrain, Dalih Membela Tuntutan-tuntutan Rakyat


Syaikh Abdullah Daqaq, wakil Ayatullah Syaikh Isa Qassim, dengan mengafirmasi pencabutan kewarganegaraannya oleh Mahkamah Agung Bahrain, menyatakan bahwa membela pemimpin Syiah Bahrain dan tuntutan-tuntutan rakyat negara ini merupakan alasan utama pencabutan kewarganegaraan saya.

Syaikh Abdullah Daqaq, wakil pemimpin Syiah Bahrain di Iran saat wawancara dengan IQNA dengan menegaskan pengeluaran hukum pencabutan kewarganegaraannya oleh Mahkamah Agung Bahrain menegaskan, keputusan ini dikeluarkan karna pembelaan saya terhadap keinginan-keinginan rakyat teraniaya Bahrain dan dukungan terhadap Ayatullah Isa Qassim.

Dia lebih lanjut dengan mengisyaratkan penekanan keputusan pencabutan kewarganegaraan Ayatullah Isa Qassim oleh Mahkamah Agung Bahrain dan pengeluaran hukuman mati dan pengasingan untuk beberapa rakyat Bahrain, menegaskan pemerintah Bahrain, dengan mengeluarkan keputusan semacam itu, ingin memaksa lawan-lawannya untuk menarik diri dari posisi politik mereka, dan dengan kehendak Allah ini tidak akan terjadi.

Syaikh Abdullah Daqaq menambahkan, pemerintah Bahrain telah mencabut kewarganegaraan semua lawannya di luar negeri, sehingga mereka tidak dapat dengan mudah melakukan perjalanan ke berbagai negara dan menyerukan suara keteraniayaan rakyat Bahrain dengan hadir di organisasi Hak Asasi Manusia.

Wakil Ayatullah Isa Qassim di Iran lebih jauh menjelaskan bahwa pemerintah Bahrain, dengan mencabut kewarganegaraan para penentangnya di luar negeri, juga menyerahkan nama mereka ke Interpol (Polisi Internasional) guna ditangkap di sejumlah bandara saat melakukan perjalanan ke pelbagai negara dan diserahkan ke pemerintah Bahrain.

Di penghujung dia menekankan, pemerintah Bahrain ingin membungkam setiap suara yang menyeru dari luar negeri dalam mendukung tuntutan rakyat Bahrain.

Mahkamah Agung Bahrain menyetujui keputusan pencabutan kewarganegaraan Ayatullah Syaikh Isa Qassim, pemimpin Syi'ah Bahrain, dan demikian juga Hojatoleslam Syaikh Abdullah Daqaq, wakilnya di Iran, Senin (29/1).

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Dr. Syekh Ahmad Al-Wa'ili Membungkam Mufti Saudi Bin Baz


Dr. Syekh Ahmad al Wa’ili bertemu dengan Bin Baz di Muktamar Islam tahun 1978 yang diselenggarakan di Kairo, Mesir. Tujuan dari Muktamar tersebut adalah untuk menyatukan mazhab-mazhab Islam yang berbeda-beda. Mayoritas yang hadir adalah para ulama yang mewakili empat mazhab Sunni. Dari Syi’ah yang hadir diwakili tiga negara, yaitu beliau sendiri (mewakili Irak) dan dua wakil dari Iran dan Afganistan.

Setelah terjadi perdebatan tajam dalam forum muktamar, tudingan diarahkan ke Syi’ah dengan menyatakan bahwa Syi’ah telah men-tahrif al-Quran karena al-Quran turun kepada Nabi Muhammad saw dengan metode yang mudah dan setiap orang bisa menafsirkannya dan tidak membutuhkan tafsir batin dan tafsir zahir sebagaimana diklaim oleh Syi’ah. Dalam muktamar tersebut Saudi mengirimkan wakilnya, seorang mufti yang buta matanya, Bin Baz.

Mengetahui kehadiran Bin Baz, spontan DR Ahmad al-Wa'ili mengatakan: "Kami (Syi’ah) tidak akan menafsirkan al-Quran dengan dua penafsiran batin dan zahir, kami akan menafsirkan ayat-ayat dengan penafsiran zahir saja. Namun, mengapa kalian membolehkan lelaki (buta) ini berada bersama kami padahal ia kafir dan dari ahli neraka?"

Spontan terjadi kegaduhan dalam forum muktamar, dan kata-kata kasar pun diarahkan kepada DR Ahmad al-Wa'ili. Mereka berkata: "Tidakkah engkau tahu bahwa lelaki ini adalah wakil negara Saudi, dan ia adalah seorang alim dan mufti Islam untuk Saudi?" DR. Ahmad al-Wa'ili berkata: "Ya aku tahu, tapi bukankah Allah berfirman dalam Kitab-Nya bahwa ia termasuk ahli neraka, yaitu melalui ayat-Nya yang mulia:

من كان فى هذه أعمى فهو فى الآخرة أعمىوأضل سبيلا

(Siapapun yang di dunia ini buta maka ia di akhirat buta dan lebih sesat jalannya) karenanya orang ini termasuk dari ahli neraka sebagaimana ditunjukkan oleh ayat tersebut. Apabila ini adalah tafsir zahir yang kalian terima untuk ayat tersebut". Mereka berkata: "Tidak! Sesungguhnya yang Allah maksudkan adalah buta hati yang keimanan tidak masuk ke dalam hatinya". DR. Ahmad al-Wa'ili berkata kepada mereka: "Dan ini adalah tafsir batin yang kalian menggugat Syi’ah dengannya".


Emosi Bin Baz tersulut mendengar pernyataan tajam DR al-Wa'ili dan Bin Baz pun mulai menyerang akidah Syi’ah.

Bin Baz berkata: Kalian orang-orang Syi’ah itu menyembah makam-makam para imam kalian dan mencium-cium emas dan perak di dinding makam-makam itu.

DR al-Wa'ili menjawab: Ketika engkau mencium al-Quran, yang engkau cium itu kulit (cover) yang darinya juga dibuatkan sepatu-sepatu untuk dipakai di kaki. Lantas bagaimana sampai engkau mau menciumnya?

Bin Baz: Aku mencium apa yang ada di dalam kulit (cover) al-Quran.

DR al-Wa'ili: Emas dan perak yang kami cium di makam-makam para Imam kami itu sebagai penghormatan terhadap penghuni makam-makam itu.

Bin Baz: Kalau begitu, sekarang aku tahu bahwa mazhab kalian dibangun diatas dusta dan penipuan.

DR al-Wa'ili: Bagaimana engkau bisa menuduh seperti ini?

Bin Baz: Bukankah mazhab kalian menyatakan bahwa 12 imam kalian itu maksum dan derajat mereka di sisi Allah seperti derajat para nabi, dan bumi tidak mungkin menampung jasad-jasad mereka tapi Allah mengangkat mereka di sisi-Nya dalam keadaan ruh dan jasad mereka hidup.

DR al-Wa'ili: Ya, ini benar!

Bin Baz: Kalau begitu, makam-makam para imam kalian atau dinding-dindingnya yang kalian cium-cium itu sudah kosong. Tidak ada lagi sesuatu dan tidak ada lagi imam kalian di dalamnya. Kalau sudah begitu, lantas mengapa kalian masih menziarahi makam-makam itu, mencium-cium dinding-dindingnya, dan kalian meminta syafaat darinya?

DR al-Wa'ili: Aku mau mengajukan pertanyaan kepadamu, bisa?

Bin Baz: Silakan bertanya!

DR al-Wa'ili: Setiap tahun jutaan Muslim datang ke Mekah dan dari berbagai belahan dunia, mereka mengalami berbagai macam kesulitan selama perjalanan, mengeluarkan banyak uang dan meninggalkan pekerjaan-pekerjaan mereka. Apa yang menyebabkan mereka melakukan itu padahal Ka'bah hanya bangunan dari batu yang dibangun oleh Ibrahim al-Khalil as dan bekas-bekasnya tetap seperti begitu hingga hari ini?

Bin Baz: Bagaimana engkau bisa mengucapkan perkataan seperti itu, tidakkah engkau tahu bahwa Ka'bah itu Rumah Allah?

DR al-Wa'ili: Bukankah Allah itu ada di semua tempat dan Dia lebih dekat kepada kita daripada urat leher kita, lantas mengapa kita harus pergi ke Rumah-Nya? Dan apakah Dia ada di dalam Rumah-Nya?

Bin Baz: Akan tetapi Allah yang memerintahkan kita untuk berhaji ke Rumah-Nya.

DR al-Wa'ili: Tahukah engkau, mengapa? Karena Cahaya Ilahi memancar di tempat ini (Ka'bah) jauh melebihi tempat lain mana pun di dunia ini, dan manusia lebih dekat kepada Tuhannya ketika berada di tempat ini. Dan demikian pula halnya dengan makam-makam suci para imam kami, cahaya imam lebih banyak berada di tempat itu daripada tempat mana pun lainnya dan hubungan ruhaninya dengan kami menjadi lebih dekat daripada tempat-tempat lainnya.

(Bin Baz menjadi bungkam seribu bahasa dan tidak lagi melanjutkan tuduhan-tuduhannya).

(Karimah-Ahlul-Bait/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Islam Mendorong Muslimin Melakukan Inovasi


Rasulullah saw adalah orang pertama yang mendorong para pengikut Islam supaya menimba ilmu pengetahuan dan melakukan inovasi.

Demikian hal ini disampaikan oleh Syaikh Sami ‘Usalah, seorang dosen senior Al-Azhar, dalam wawancara dengan saluran televis Al-Kawtsar hari ini.

“Ilmu pengetahuan modern berlandaskan pada hipotesis, pengujian, dan teori. Rasulullah saw adalah orang pertama yang menekankan masalah ini,” ujar Syaikh Sami.

Bukti untuk klaim ini, lanjut Syaikh Sami, Islam mendorong para pengikutnya untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan melakukan penemuan baru. Islam memanfaatkan peradaban Barat, Yunani, India, dan peradaban-peradaban yang lain. Filsafat Yunani sangat mempengaruhi filsafat Islam. Semua ini telah memainkan peran dalam membangun peradaban Islam yang agung.

Menurut Syaikh Sami, kegagalan dan kekalahan terjadi ketika Ibn Taimiyah muncul yang notabene mengkafirkan para filosof dan ilmuwan Barat. Dengan tindakan ini, ia telah mengakhiri inovasi dan semangat untuk memanfaatkan hasil karya orang lain. Pengkafiran ini telah menyebabkan umat Islam mundur.

Syaikh Dr. Sami ‘Usalah memegang posisi penyidikan agama di Kementerian Urusan Wakaf Mesir dan termasuk tokoh Al-Azhar. Dengan berlandaskanpada ajaran Islam, ia melakukan kritik logis dan obyektif terhadap keyakinan dan tindakan Wahabiah pada saat wawancara dengan Al-Kawtsar.

(Al-Kawtsar/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Wawancara Dengan Wakil Ketua Universitas Timur Dhaka; Bangladesh Menentang Keputusan Trump Melawan Quds / Interaksi Dengan Non-Muslim, Kebutuhan Untuk Mengenalkan Islam


Wakil Ketua universitas Dhaka Timur dengan mengisyaratkan respon masyarakat Bangladesh terhadap keputusan Trump baru-baru ini yang meresmikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, mengatakan bahwa keputusan tersebut tidak dapat diterima dan Bangladesh menentang keputusan yang tidak adil ini.

Prof. Muhammad Meshkat Uddin, Wakil Ketua Universitas Dhaka Timur di Bangladesh, dalam sebuah wawancara dengan IQNA, menjelaskan kondisi kegiatan Islam di sejumlah universitas negara ini, bagaimana memperkenalkan Islam secara benar kepada non-Muslim dan reaksi masyarakat Bangladesh terhadap isu-isu dunia Islam, terutama keputusan anti-Palestina, Donald Trump, Presiden Amerika Serikat yang mengumumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Dengan memperkenalkan dirinya, ia mengatakan, saya memulai studi sarjana s1 di Universitas Dhaka sebelum pergi ke Amerika Serikat untuk belajar di Indiana di jenjang s2 Business Administration dan Ph.D. di Universitas Ohio, dan saya mengajar di universitas ini selama tiga tahun.

“Setelah kembali ke Bangladesh, saya mengajar di sebuah universitas swasta, dan sekarang saya adalah kepala salah satu universitas swasta dan Wakil Ketua Universitas Dhaka,” imbuh Muhammad Meshkat Uddin.

Meshkat Uddin terkait disipilin Islam universitas Dhaka Timur mengatakan, universitas Dhaka adalah salah satu universitas terbesar di Bangladesh, karena memiliki 12.000 mahasiswa dan 400 karyawan dan profesor, di situ diajarkan semua disiplin tradisional, seperti bisnis, teknik dan sains, namun ada sebuah divisi dengan nama studi Islam di universitas ini yang mengetengahkan disiplin tentang sejarah dan budaya Islam dan pelbagai aspek Islam.

Dia mengatakan, demikian juga ada juga pusat pengajaran bahasa Persia dan bahasa lainnya seperti bahasa Arab, Prancis, Cina dan Inggris di universitas Dhaka.


Aktivitas Islam di Universitas-universitas Bangladesh

Wakil Ketua Universitas Dhaka Timur menegaskan, pelbagai kegiatan Islam diadakan di Universitas Dhaka, karena divisi khusus dikhususkan untuk ini, dan berbagai mahasiswa dari pelbagai negara-negara Islam dengan pelbagai bahasa melakukan kegiatan-kegiatan Islam di universitas ini.

“Namun di kebanyakan universitas swasta, disiplin dan tema-tema yang ditawarkan dalam hal mendapatkan spesialisasi dan mencari pekerjaan, dan para mahasiswa dari universitas-universitas ini hanya belajar dengan tujuan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai,” imbuhnya.


Hubungan dengan Iran

Meshkat Uddin membahas hubungan antara Universitas Dhaka dan universitas-universitas Islam lainnya di dunia. “Universitas Dhaka telah bekerja sama dengan Iran karena kedutaan Iran di Dhaka. Demikian juga, pusat kebudayaan dan sekolah-sekolah Iran juga telah menjalin hubungan yang baik dengan universitas,” ungkapnya.

Dia menambahkan, setelah mengunjungi Pusat Kebudayaan serta Sekolah Internasional Iran di Dhaka, yang diundang sebagai tamu di sebuah program sekolah internasional sebulan yang lalu, saya menghubungi kedutaan Iran dan pusat-pusat ini, dan Universitas Dhaka bekerja sama dengan baik dengan pusat-pusat ini.


Masyarakat Bangladesh dan Insiden-insiden Dunia Islam

Wakil Ketua Universitas Dhaka Timur mengisyaratkan kadar pengetahuan masyarakat Bangladesh tentang insiden-insiden dunia Islam dan respon masyarakat negara ini atas keputusan terbaru Trump yang meresmikan Yeruslem sebagai ibukota Israel dan mengatakan, keputusan ini tidak dapat diterima oleh siapapun dan Bangladesh menentang keputusan tidak adil ini.

Dia mengatakan, Bangladesh berukuran kecil, tapi sangat padat, dan memiliki sekitar 150 juta penduduk, saya dapat mengatakan bahwa 95 juta orang Bangladesh menentang keputusan Trump, karena keputusan ini benar-benar tidak adil.

Meshkat Uddin menyarankan agar semua umat Islam harus bersatu untuk menghadapi keputusan Trump dan berkata, beberapa keputusan tentang hal ini telah diambil oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Dewan Keamanan organisasi ini, namun Trump adalah sosok bodoh dan mencoba memaksakan keputusan-keputusannya kepada semua lapisan masyarakat dunia dengan tanpa bermusyawarah dengan seorang pun dan respon seseorang tidaklah penting baginya.

Dia menegaskan, umat muslim harus bersatu dan menentang keputusan salah Trump, Bangladesh juga menyatakan keberatannya terhadap hal ini.


Peran Dialog dalam Menyelesaikan Problem

Wakil Ketua Universitas Dhaka dengan menegaskan peran dialog antar negara-negara Islam untuk menemukan solusi bersama untuk masalah-masalah dunia Islam, menambahkan, dialog memiliki peran penting dalam menyelesaikan masalah, dan dalam dialog ini, kita harus fokus pada cara-cara di mana kita dapat memperbaiki dan memperkuat hubungan dan jalinan antar negara.

Dia mengatakan, kita juga harus fokus pada cara berkomunikasi dengan negara-negara non-muslim, karena Islam telah merekomendasikan koeksistensi damai dengan para penganut agama, yaitu, kita harus mencoba mengupayakan para penganut agama-agama lain agar mengenal Islam dan muslim dengan benar.

Meshkat Uddin menambahkan, Jika kita tidak memberikan jalinan persahabatan pada masyarkat, maka tidak akan pernah mengenal Islam yang sebenarnya. Terutama orang seperti Trump, jika dia mengetahui kebenaran Islam, maka dia tidak akan pernah mengambil keputusan yang tidak adil tentang Quds, dan tidak berusaha memaksakannya kepada warga Palestina.

Dia di penghujung mengatakan, semakin banyak orang lebih mengenal agama-agama, saling menghormati antar mereka akan semakin bertambah, dan mereka tidak akan pernah diam terhadap keputusan semacam itu yang menyakiti perasaan penganut sebuah agama.


Dimana Bangladesh

Bangladesh terletak di Asia tenggara, dan tetangga Burma dan India, dan tetanggaan ini menyebabkan munculnya banyak kesamaan dalam gaya hidup masyarakat. Bangladesh memiliki populasi sekitar 150 juta orang di negara berpenduduk paling banyak di dunia.

Dari aspek iklim, negara ini beriklim sedang dan memiliki banyak sungai, yang telah menciptakan lahan subur dan menyibukkan sejumlah besar orang di Bangladesh dengan bertani.

Bangladesh, seperti India, merupakan negara miskin, dan oleh karena itu biaya belajar dan hidup di negara ini jauh lebih rendah daripada di negara-negara Asia dan Eropa lainnya.


Hubungan Iran dan Bangladesh

Iran dan Bangladesh, sebagai dua negara Asia, kendati memiliki banyak jarak, namun telah lama memiliki sejarah panjang dalam hubungan perdagangan satu sama lain dan berbagai faktor telah menyatukan satu sama lain dan memperkuat hubungan mereka.

Hubungan budaya resmi antara Iran dan Bangladesh dimulai dengan penandatanganan kesepakatan budaya antara kedua negara pada 1354 (1974). Namun puncak aktivitas budaya kedua negara ini kembali pada masa setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran.

Selama periode ini, dengan kunjungan pejabat tinggi kedua negara, hubungan dua belah pihak termasuk hubungan kebudayaan telah bersemi kembali.

Atase Kebudayaan Kedutaan Besar dan Pusat Kebudayaan Iran memulai kinerjanya di Dhaka pada tahun 1983. Pusat ini mengemban pelaksanan program budaya negara Iran di Bangladesh.


(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Narasi Bassooni Tentang Interaksi Kemanusiaan Masyarakat Iran/ Dalil Diberi Gelar Qori Langit


Mohamed Ahmed Bassooni, salah seorang qori terkemuka Mesir dan internasional dengan mengisyaratkan bahwa dirinya sampai sekarang telah pergi ke Iran sebanyak 15 kali mengatakan, di salah satu perjalanan, saya diminta untuk mengumandangkan azan dengan gaya Syiah, namun dengan adanya penolakan dari saya, orang-orang Iran menghargai pendapat dan pandangan saya serta mereka menghormati saya.

Menurut laporan IQNA, Ustad Bassooni lahir tahun 1952 di Mesir dan menimba ilmu Alquran sejak dari kecil dengan dibantu sang ayah. Ia hafal seluruh Alquran di usia 10 tahun. Akhirnya, setelah memasuki pendidikan dasar, ia masuk Universitas Al-Azhar dan menimba ilmu-ilmu agama dan setelah lulus dari sana, ia mengajar ilmu-ilmu agama di situ.

Bassooni termasuk salah seorang tokoh tilawah di Mesir, dunia Islam dan termasuk satu qori terlama radio dan tv. Seorang yang telah diberi gelar Qori Langit oleh para pecintanya dan sebagian juga memanggilnya dengan qori pertama Mesir; kendati dirinya tidak mau diberi gelar Qori Pertama Mesir.

Ustad Bassooni, dengan suara merdu dan indahnya, telah menggapai kedudukan khusus dalam dunia tilawah dan ia memiliki suara nyaring, jelas, jernih, dan renyah, yang menyebabkan terbukanya dada dan ketenangan hati. Pengeluaran makhraj hurufnya sangat gamblang, sehingga tidak ada keraguan di situ.

Ustad nada dan pengajar wakf dan ibda’ dan pemindahan dalam nada naghom dan lain-lain. Selain itu orang semacam ini dapat membuka kedudukannya di hati ribuan para pecinta naghom dan pecinta kitab Allah di Mesir, negara-negara Arab dan Islam lainnya.

Dia melakukan perjalanan ke Iran pada tahun 1368 bersama dengan almarhum Raghib Mustafa Ghalwash untuk pertama kalinya dan mentilawah Alquran di pelbagai kota. Ustad Bassooni selalu mengenang masyarakat Iran dengan cinta dan baik dan mengengang perjalanan-perjalanannya ke Iran sebagai kenangan terbaiknya.


Situs al-Youm al-Jadid baru-baru ini melakukan wawancara dengannya dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tolong Katakan tentang Keluarga Anda dan Awal Masuk ke Dunia Alquran?

Atas anugerah Tuhan, saya lahir dalam keluarga dimana ayah, ibu dan saudara laki-laki saya semua adalah seorang hafiz Alquran. Kita semua mengajar di Al-Azhar. Ayahku, Ahmed adalah seorang pengajar hafalan Alquran dan mayoritas peduduk di propinsi barat Mesir belajar menghafal Alquran dengannya. Saya juga belajar menghafal Alquran dari almarhum ayah saya, dan mempelajari ilmu qiraat di masjid al-Ahmadi di kota Tanta. Ayah saya adalah seorang qari terkemuka dan mahir, dengan tanpa berlebihan, suaranya lebih indah dan lebih merdu dari saya. Ia pun bernazar untuk saya dengan Alquran dengan harapan bahwa saya sebagai anak tertuanya mendapatkan taufik di jalan tersebut. Saya merampungkan hafalan Alquran dengannya di usia 10 tahun. Ayah sangat memaksa untuk membawa serta saya dalam acara-acara undangan Alquran. Ayah, juga adalah seorang penyair dan pembaca doa, dan hal ini juga menjadikan saya menimba nada-nada suara darinya, yang membantu saya dalam pembacaan tartil dan mengindahkan hukum-hukum tajwid ayat-ayat suci Alquran.


Apa yang Anda Lakukan setelah Mempelajari Alquran?

Saat saya belajar Alquran, ayah mengirim saya ke Al-Azhar. Di sana saya menimba ilmu-ilmu agama bersama dengan ilmu-ilmu Alquran. Akhirnya, dengan taufik dari Allah, saya lulus dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Azhar dan pada saat itu juga saya ikut bergabung ke radio. Saya terpilih sebagai pengajar di fakultas tersebut, namun saya tinggalkan dan memilih jalan tilawah Alquran dan bergabung ke radio.


Kenapa Anda Meninggalkan Pekerjaan Mengajar di Fakultas dan Lebih Memilih Tilawah Alquran di Radio?

Sejujurnya, saya ingin mengajar di Universitas Al-Azhar, terutama setelah saya terpilih sebagai dosen di fakultas Ushuluddin, namun saya lebih menyukai Alquran. Khususnya saya sudah bergabung dengan radio sebelum memilih pergi ke universitas dan menjadi rekan para qori besar radio seperti Mahmud Ali Al Banna, Abdul Basit Abdus Somad, Mustafa Ismail, dan Syaikh Muhammed Abdulaziz Hasan. Saya seorang pemuda dengan usia dua puluh tahun, dan mereka memasuki usia lima puluhan. Menurut saya mengajar di fakultas mencegah saya untuk mengambil langkah-langkah jalan Alquran dan karenanya saya lebih memilih Alquran dan sungguh jalan yang indah.


Siapakah Qori yang Anda Jadikan Panutan?

Panutan saya adalah Syaikh Mahmud Ali Al Banna. Saya sangat mencintainya segenap raga dan saya sangat terpengaruh sekali dengan qori terkemuka ini.

Ketika ayah membawa saya ke masjid al-Ahmadi di Tanta pada hari Jumat, Syaikh Al Banna adalah qori masjid tersebut.

Kami tidak meninggalkan qiraat hari Jumatnya. Pada waktu itu salah satu harapan saya adalah menjadi qori masjid al-Ahmadi dan Alhamdulillah harapan ini pun terkabul.


Siapakah yang Merekomendasikan Anda untuk Bergabung ke Alquran?

Banyak sekali. Ketika saya masih kecil, masyarakat berkumpul di sekeliling saya untuk mendengarkan tilawah. Mereka sangat menyukai saya dan kebanyakan mereka menyarankan agar segera masuk ke radio. Saya juga mendengarkan nasehat mereka dan sebelum pelajaran di Al Azhar rampung, saya pergi ke radio dan ikut ujian di situ dan sayapun sukses dalam ujian tersebut. Mereka memberi kesempatan untuk merampungkan pelajaran yang tersisa enam bulan lagi. Saya masih ingat, Ustad Ahmad Sidqi, anggota komite juri dan pakar dalam nada naghom menganjurkan saya untuk menimba pemindahan naghom dalam kesempatan ini. Saya juga menjalankan anjurannya dan saya mempelajari maqom-maqom suara, kendati ayah sebelumnya telah mengajar secara pendengaran.


Apakah Anda Ingat, Apa yang Anda Rasakan untuk Pertama Kalinya saat Suara Anda Diputar di Radio untuk Pertama Kalinya?

Sudah pasti, bagaimana saya bisa lupa? Pertama kalinya suara saya diputar dari radio, adalah waktu sahur dari masjid Imam Hussain (as) Kairo.

Saat presenter memperkenalkan saya, saya merasa mulut saya kering, khawatir dan gelisah. Hal ini terjadi pada tanggal 15 Mei 1976, dan saya masih sangat muda saat itu. Waktu itu saya melakukan tilawah sebagian surah Al-Qashash. Kekhawatiran saya sangat cepat berlalu dan saya mulai tenang dan dengan lutf Allah saya pun melakukan tilawah dengan baik, dan masyarakatpun mengakuinya.


Tilawah Qori Manakah yang Paling Anda Gemari?

Semua qori lama adalah para pengajar besar kami. Saya mencintai Ustad Syaikh Muhammad Rif’at, dan Abdul Fattah Shashaei, yang benar-benar melakukan tilawah Alquran dengan arti sempurna, hanya untuk Allah semata. Saya juga sangat gemar mendengarkan tilawah almarhum Syaikh Shahat Muhammad Anwar. Demikian juga, tilawah qori lainnya seperti Syaikh Jalil Mohammad Badr Hussein, Syaikh Muhammad Abdul Wahhab Tantawi, Syaikh Hajjaj Hindawi, dan Syaikh Muhammad Khusht.


Di Propinsi Manakah Anda Mentilawah Alquran?

Banyak provinsi telah mengundang saya dan suka mendengarkan tilawah saya. Namun propinsi Al Minufiyah sering mengundang saya. Secara umum, penduduk provinsi Al Minufiyah menyukai kitab Allah dan memuliakan ahli Alquran. Demikian juga terjadil hubungan persahabatan antara saya dan qori Al Minufiyah, seperti Syaikh Khidir Mustafa, Faruq Dhaif Azb Salim, Ahmad Saliman.


Apakah Anda Mengumandangkan Azan dengan Gaya Syiah?

Saya pergi ke Iran lebih dari 15 kali. Ketika di salah satu perjalanan mereka meminta saya untuk berazan dengan gaya mazhab Syiah, kendati saya tidak menerima hal ini, namun mereka menerima pandangan saya. Dan menghormati keyakinan dan pendapat saya, dan mereka juga memuliakan saya.


Apa Pendapat Anda tentang Pembahasan Upah Tilawah yang Sering Kali Dipaparkan?

Muhammad Mutawalli As-Sya'rawi (1911-1998), termasuk salah seorang ulama besar Al-Azhar, juga mengisyaratkan hal ini dengan ringkas, sampai-sampai ia mengatakan dalam hal ini, apa yang diperoleh seorang qori, sejatinya adalah upah untuk cinta dan kesukaan lebih pada Alquran, bukan upah qiraat Alquran.

Namun, ironisnya harus kami katakan bahwa sebagian qori terkini berlebih-lebihan dalam hal ini. Saya sendiri tidak menyukai hal tersebut dan berlebih-lebihan dalam menentukan upah, sementara saya di sebagian kesempatan sebelum Ashar datang ke acara berkabung untuk membaca Alquran dan kembali ke rumah pada pertengahan malam.


Kenapa Mereka Menggelari Anda dengan Qori Langit?

Ceritanya adalah pada hari Jumat tahun 2013, setelah saya merampungkan tilawah di masjid al-Ahmadi kota Tanta, seusai salat, seorang lelaki tua Darwish datang dan menanyakan, apakah Anda adalah Syaikh Ahmed Bassooni? Saya jawab, iya. Saya adalah Mohamed Bassooni. Ia mengatakan, saya gemar sekali mendengarkan tilawah Anda dan dalam mimpi saya melihat ruh saya naik ke langit dan disana mendengar suara pembacaan Alquran. Saya menanyakan suara ini kepada penduduk langit, mereka menjawab, ini adalah Syaikh Mohamed Bossiouni dan kami di langit gemar sekali mendengarkan suara ini. Kabar gembira dan mimpi orang tua inilah yang menyebabkan saya dipanggil Qori Langit dan saya meminta Allah agar memiliki kelayakan tersebut.


Apa Pendapat Anda tentang Orang yang Menamai Anda sebagai Qori Pertama Mesir?

Untuk pertama kalinya ketika saya menghadiri acara berkabung dengan seorang rekan di radio, satu orang mengatakan hal ini kepada saya. Saya berkata kepadanya, kamu benar-benar pendusta, karena saya bukanlah orang pertama dan terakhir yang melakukan tilawah, namun kita semua berupaya dalam melantunkan ayat-ayat suci Alquran dan setiap orang yang berupaya semaksimal mungkin dan potensinya untuk memberikan manfaat untuk masyarakat.


Apakah Anda Mempunyai Saran untuk Para Qori Generasi Baru?

Tidak diragukan lagi, generasi baru para qori adalah adalah orang-orang yang gigih dan pecinta Alquran, dan di antara mereka ada yang memiliki potensi gemilang. Saya menyarankan kepada mereka untuk menggunakan suara dan nada bahasa Arab dan menjauhi nada-nada yang mendekati nyanyian (musik). Saya demikian juga menganjurkan para qori muda agar mengindahkan hukum-hukum tajwid, gerakan-gerakan mad, dan tidak bernafas saat melakukan tilawah, karena ini adalah kekeliruan besar. Demikian juga, saya menyarankan kepada para qori generasi baru agar menggunakan suaranya untuk Alquran, bukan dari Alquran untuk menunjukkan suaranya.


(Al-Youm-Al-Jadid/IQNA/berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Wawancara Dengan Seniman Iran Yang Mukim di Bangkok: Terinspirasi Dari Kisah-kisah Al-Quran Dalam Lukisan Thailand/ Dari Miniatur dan Penyepuhan Sampai Hiasan Berbentuk Matahari “Allah”


Seniman Iran yang mukim di Thailand mengatakan, dalam kursus pelatihan lukisan yang diselenggarakan dengan dukungan atase kebudayaan Iran di Bangkok, kisah-kisah Alquran dan mata pelajaran agama diajarkan kepada peserta, mengajarkan kisah-kisah Alquran dan tema-tema agama kepada para partisipan.

Menurut laporan IQNA, atase kebudayaan Iran di Thailand berencana menyelenggarakan kursus pendidikan lukisan dari tanggal 19 Januari mendatang.

Arash Groyan, seniman Iran yang mukim di Thailand, yang akan menjadi pengajar kursus ini dan diputuskan sejumlah kelas akan diselenggarakan dalam 10 sesi tiga jam dan satu hari dalam sepekan.

Untuk mengenal lebih lanjut, IQNA melakukan wawancara dengan Arash Groyan. Awalnya ia mengatakan, kelas-kelas ini terselenggara atas prakarsa dan dengan dukungan atase kebudayaan Iran di Bangkok, Mohammad Reza Zeinali dan kami mengerjakan dengan para sisawa dalam dua pembahasan, teoritis dan praktis dan dalam bahasa Farsi dan Inggris.

Groyan menambahkan, teori ini mencakup sejarah melukis di Iran dan aliran-alirannya, dan dalam bentuk pamflet 30 halaman, dan kelas-kelas diselenggarakan sepuluh sesi tiga jam, satu hari dalam seminggu.


Miniature dan Penyepuhan

Arash Groyan menegaskan, kursus lukisan juga mencakup cabang-cabang miniatur dan penyepuhan, dan demikian juga paket pilihan siswa merancang bunga dan ayam, desain karpet dan topik yang berkaitan dengan cerita dan subjek Alquran dengan menggunakan puisi Hafez, Saadi, Jami dan Ferdowsi dll.

“Pada Miniatur, pertama kita mengajarkan desain awal dan kemudian utopianisasi salah satu karya sekolah Isfahan (diutamakan Reza Abbasi) dan selama sepuluh sesi, siswa mengalami semua teknik dan kepelikan dari seni ini secara praktis,” Lanjut Groyan.


Demikian juga seniman Iran ini mengatakan, dalam penyepuhan juga pertama-tama kami menggunakan desain dan mengajarkan cara menggambar bunga, daun dan kombinasi motif diajarkan di bagian ini. Setiap siswa yang ingin belajar penyepuhan, secara individual memperbaiki desain dan kemudian menyelesaikannya sendiri, desain tahap demi tahap akan rampung selama berbagai sesi.

“Di bagian penyepuhan juga kami isyaratkan topik-topik religi dan contoh-contoh Qurani, yang mencakup kombinasi yang bercampur dengan teks-teks religi,” imbuhnya.


Seniman yang tinggal di Tahiland ini menegaskan, Seperti kita ketahui, melukis mencakup berbagai bagian yang selalu diperhatikan dalam berbagai periode sejarah. Ada cabang dalam sastra dan bagian dalam ornamen-ornamen bangunan dan cabang-cabang lainnya, dan dalam kursus pendidikan Bangkok, kami menggunakannya secara praktis bagian seni ini, yang digunakan untuk membukukan dan menghiasi teks-teks agama.


Hiasan Berbentuk Matahari Kata Allah

Groyan lebih lanjut mengatakan, semisalnya hiasan berbentuk matahari yang dikombinasikan dengan kata Allah di tengah pekerjaan dana tau kombinasi yang menggunakan nama-nama para imam termasuk pembahasan pendidikan kursus ini, dan dengan melihat minimnya populasi Iran di Thailand dan keterbatasan potensi, maka kami tidak bisa melaksanakan apa yang kami harapkan. Jika kita memiliki kaligrafi di samping pekerjaan kita, kita bisa melakukan banyak hal dengan tujuan untuk mengajar dan menciptakan banyak karya religius dan artistik dari berbagai jenis.


Ia menjelaskan, para partsipan dari masyarakat Iran yang mukim di Thailand dan demikian juga dalam beberapa kesempatan ada beberapa siswa Thailand dan mengenal kebudaaan Iran dan peradaban Islam termasuk syarat kehadiran dan partisipasi dalam kelas ini. Yakni jika pelajar Iran dan non Iran tidak mengaal Syiah, Iran dan Islam, maka tidak bisa mengikuti kesenian ini.


Arash Groyan di penghujung mengingatkan, harus saya isyaratkan bahwa kelas-kelas ini telah melewati periode pertamanya dan lambat laun, dengan diperkenalkannya lebih banyak dan lebih baik, semoga dapat menarik lebih banyak penggemar.


Simak Galeri Ini:











(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Desa Vihear Sambo: Simbol Solidaritas Antara Syiah dan Ahlusunnah Kamboja


Desa Vihear Sambo di propinsi Khum Kamboja menjadi rumah mayoritas musim, yang mana sebelum itu kesemuanya adalah penganut Ahlusunnah, namun sekarang ini sebagian dari mereka menganut ajaran Ahlulbait (as).

Menurut laporan IQNA dilansir dari Khmer Times, akhir tahun 2000 adalah awal mula peningkatan jumlah masyarakat Syiah di Vihear Sambo, dimana mayoritas mereka setelah setelah datangnya seorang muslim Syiah warga Perancis yang menimba ilmu di Iran, lambat laut mereka menganut mazhab ini.

Tendensi masyarakat Vihear Sambo pada Syiah menimbulkan kegelisahan sejumlah penganut Ahlusunnah kawasan ini, yang mayoritas adalah Ahlusunnah ortodoks dan terus berlanjut selama bertahun-tahun dan mereka tidak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan komunitas Syiah dan memisahkan diri dari mereka.

Kendati tidak diterima dan hubungan dingin antar para penganut dua mazhab Islam ini, pada tahun-tahun terakhir khususnya dari tahun 2014, kondisi ini mulai berubah.


Pudarnya Konflik

Terkadang sebagian perbedaan dari kedua kelompok Islam ini, di bawah naungan pengalaman-pengalaman bersama kehidupan masyarakat yang muncul akibat sejumlah tragedi dan kekerasan sejarah Kamboja modern kehilangan warna dan digantikan dengan persahabatan dan persatuan. Dulu, kehadiran orang Syiah mungkin menimbulkan reaksi atau permusuhan, seperti yang terjadi di Indonesia dan Malaysia, namun desa Kamboja ini tidak mengalami ketegangan seperti itu.

Desa ini memiliki 2 ribu penduduk, yang mayoritas mereka yakni sekitar 340 keluarga Ahlusunnah dan 42 keluarga adalah Syiah. Mayoritas mereka adalah petani dan sibuk memproduksi beras, gandum dan karet.

Chi Wanat, imam masjid Ahlusunnah Vihear Sambo mengatakan, kendati mazhab Islam beragam, namun komunikasi dan interaksi antar mereka khususunya dalam dua tahun terakhir semakin membaik.


“Desa kami memiliki banyak penganut mazhab Syiah di banding desa dan propinsi lainnya. Sejatinya hanya desa kami semata yang memiliki jumlah Syiah ini,” imbuhnya.

Wanat mengatakan, kami bahkan saling berpartisipasi satu sama lain dalam acara pernikahan, namun ini terbatas pada acara-acara pernikahan saja dan kami tidak hadir dalam kegiatan-kegiatan ibadah.


Permulaan Tendensi Syiah

Ia menambahkan, beberapa keluarga Syiah ini dulunya dan sebelum datangnya Muhammad Zain pada tahun 2010 adalah Sunni. Muhammad Zain yang pergi ke Perancis untuk menyambung hidup, setelah kekerasan tahun 1970, ia pergi ke Iran dan di situ menimba ideologi-ideologi Syiah dan menganut ajaran ini.

Sats Mats, pemimpin komunitas Syiah Vihear Sambo (40 tahun) yang duduk di depan akademi anak-anak muslim mengatakan, kendati kami memiliki ideologi berbeda, namun kami tinggal berdampingan dengan damai dan tenang.

Ia menimba ilmu di Iran selama 7 tahun. Ia menambahkan, pada tahun 2009 saya mendapatkan beasesa di sebuah universitas Iran dan belajar dalam jurusan studi agama. Setelah saya kembali ke sini, saya menjadi pempimpin komunitas Syiah.


Keluhuran Moral

Saat Mats ditanya alasan kesyiahannya, ia menjawab alasan utama saya adalah tasayyu’ dari aspek moral dalam tingkat yang lebih tinggi dan luhur.

Saya mengenal Syiah pasca studi dan riset tentangnya dan saya menganutnya, karena menurut saya Syiah lebih tinggi dari mazhab lainnya.

Mats mengatakan, saat kami mememluk Syiah, bahkan komunikasi dengan orang-orang teramat sukar, namun sekarang ini komunikasi berubah secara positif. Bahkan kami membangun sebuah sekolah untuk anak-anak kami dan sebentar lagi kami juga akan membangun sebuah masjid.

“Kami di sini memiliki tiga sukarelawan pengajar agama, yang kesemuanya menimba ilmu dari tahun 2010. Kesemuanya seperti saya, menimba studi agama selama 7 tahun dan mereka sibuk mengajar anak-anak sejak dari pulang,” imbuhnya.

Kendati komunitas Syiah dan Ahlusunnah tinggal di desa Vihear Sambo di Kamboja dengan damai dan tenang, namun di penjuru dunia lainnya, khususnya di Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Teluk Persia, yang mayoritasnya adalah Ahlusunnah mereka tidak bersikap baik dengan sejumlah minoritas agama.


Umat Muslim Kamboja

Kerajaan Kamboja, sebuah negara di Asia Tenggara dengan ibukota Phnom Penh. Populasi negara ini berjumlah 16 juta dan bahasa resminya adalah bahasa Khmer yang memiliki tulisan tersendiri. Kamboja secara geografis, merupakan bagian dari semenanjung Indochina dan satu perbatasan dengan Thailand, Laos dan Vietnam.

Kamboja di bawah penjajahan Perancis selama 100 tahun dan merdeka pada tahun 1953. Agama resmi Kamboja adalah Buddhisme, namun agama Islam memiliki penganut terbanyak setelah Buddhism. Menurut statistik tahun 2009, sekitar 250 ribu masyarakat negara ini adalah muslim dan mayoritas dari suku Cham atau Melayu.


Masuknya Islam

Dengan masuknya muslim Champ dan Melayu ke negara Kamboja, negara ini akhirnya mengenal Islam. Kendati sebagian masyarakat Kamboja tidak menerima agama Islam, namun mayoritas muslim Kamboja dari suku Cham dan Melayu. Masyarakat Cham memiliki pemerintahan kerajaan sejak dari abad kedua sampai 19 Masehi, dan pasca serangan Vietnam dan kekalahan telaknya, negara Champ melebur dengan tanah Vietnam. Banyak sekali masyarakat Cham yang gugur dalam pertempuran ini. Setelah itu, mayoritas masyarakat Cham bermigrasi ke beberapa negara lain, termasuk Kamboja dan menetap di situ. Masyarakat Melayu juga para imigran muslim yang bermigrasi dari Malaysia ke negara ini dan telah membentuk bagian kecil komunitas muslim.


Adab dan Tradisi

Umat muslim Kamboja menurut ajaran-ajaran agamanya tidaklah mencari kemewahan dan memiliki hidup yang sangat sederhana. Kesederhanaan ini bahkan terlihat dalam acara pernikahan, yang memiliki anggaran sangat minim. Khotbah akad pernikahan dan menantu dilakukan oleh satu orang imam. Menurut mereka, waktu terbaik pernikahan adalah pasca penyelenggaraan haji dan acara biasanya berlangsung selama satu setengahhari. Dua atau tiga model makanan dihidangkan dan apabila mempelai dari desa, mayoritas warganya diundang. Masyarakat juga membawa uang, makanan atau hadiah-hadiah khusus untuk penganten dan mempelai.

Umat muslim dengan membangun masjid, menyelenggarakan acara religi, doa dan munajatnya. Sejatinya, lebih dari 100 masjid dibangun untuk muslim. Di setiap tempat muslim memiliki seorang pemimpin bernama hakim, dimana masyarakat mengkonsultasikan segala urusan kehidupannya dan ia berpartisipasi dalam acara dan perayaan religi sebagai pembesar majelis.

Saat salat di masjid, muazin yang disebut dengan bilal memanggil umat muslim untuk menunaikan salat dan imam masjid juga memberi petunjuk para jamaah. Demikian juga markas spiritual muslim ini di Kamboja adalah Semenanjung Chrouy Changvar di dekat Phnom Penh, dan umat Islam pergi ke tempat ini untuk mengunjungi dan berkonsultasi dengan para tetua agama mereka. Sementara itu, mereka mengadakan perayaan tradisional dan religius di semenanjung ini.

(Khmer-Times/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: