Mohamed Ahmed Bassooni, salah seorang qori terkemuka Mesir dan internasional dengan mengisyaratkan bahwa dirinya sampai sekarang telah pergi ke Iran sebanyak 15 kali mengatakan, di salah satu perjalanan, saya diminta untuk mengumandangkan azan dengan gaya Syiah, namun dengan adanya penolakan dari saya, orang-orang Iran menghargai pendapat dan pandangan saya serta mereka menghormati saya.
Menurut laporan IQNA, Ustad Bassooni lahir tahun 1952 di Mesir dan menimba ilmu Alquran sejak dari kecil dengan dibantu sang ayah. Ia hafal seluruh Alquran di usia 10 tahun. Akhirnya, setelah memasuki pendidikan dasar, ia masuk Universitas Al-Azhar dan menimba ilmu-ilmu agama dan setelah lulus dari sana, ia mengajar ilmu-ilmu agama di situ.
Bassooni termasuk salah seorang tokoh tilawah di Mesir, dunia Islam dan termasuk satu qori terlama radio dan tv. Seorang yang telah diberi gelar Qori Langit oleh para pecintanya dan sebagian juga memanggilnya dengan qori pertama Mesir; kendati dirinya tidak mau diberi gelar Qori Pertama Mesir.
Ustad Bassooni, dengan suara merdu dan indahnya, telah menggapai kedudukan khusus dalam dunia tilawah dan ia memiliki suara nyaring, jelas, jernih, dan renyah, yang menyebabkan terbukanya dada dan ketenangan hati. Pengeluaran makhraj hurufnya sangat gamblang, sehingga tidak ada keraguan di situ.
Ustad nada dan pengajar wakf dan ibda’ dan pemindahan dalam nada naghom dan lain-lain. Selain itu orang semacam ini dapat membuka kedudukannya di hati ribuan para pecinta naghom dan pecinta kitab Allah di Mesir, negara-negara Arab dan Islam lainnya.
Dia melakukan perjalanan ke Iran pada tahun 1368 bersama dengan almarhum Raghib Mustafa Ghalwash untuk pertama kalinya dan mentilawah Alquran di pelbagai kota. Ustad Bassooni selalu mengenang masyarakat Iran dengan cinta dan baik dan mengengang perjalanan-perjalanannya ke Iran sebagai kenangan terbaiknya.
Situs al-Youm al-Jadid baru-baru ini melakukan wawancara dengannya dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tolong Katakan tentang Keluarga Anda dan Awal Masuk ke Dunia Alquran?
Atas anugerah Tuhan, saya lahir dalam keluarga dimana ayah, ibu dan saudara laki-laki saya semua adalah seorang hafiz Alquran. Kita semua mengajar di Al-Azhar. Ayahku, Ahmed adalah seorang pengajar hafalan Alquran dan mayoritas peduduk di propinsi barat Mesir belajar menghafal Alquran dengannya. Saya juga belajar menghafal Alquran dari almarhum ayah saya, dan mempelajari ilmu qiraat di masjid al-Ahmadi di kota Tanta. Ayah saya adalah seorang qari terkemuka dan mahir, dengan tanpa berlebihan, suaranya lebih indah dan lebih merdu dari saya. Ia pun bernazar untuk saya dengan Alquran dengan harapan bahwa saya sebagai anak tertuanya mendapatkan taufik di jalan tersebut. Saya merampungkan hafalan Alquran dengannya di usia 10 tahun. Ayah sangat memaksa untuk membawa serta saya dalam acara-acara undangan Alquran. Ayah, juga adalah seorang penyair dan pembaca doa, dan hal ini juga menjadikan saya menimba nada-nada suara darinya, yang membantu saya dalam pembacaan tartil dan mengindahkan hukum-hukum tajwid ayat-ayat suci Alquran.
Apa yang Anda Lakukan setelah Mempelajari Alquran?
Saat saya belajar Alquran, ayah mengirim saya ke Al-Azhar. Di sana saya menimba ilmu-ilmu agama bersama dengan ilmu-ilmu Alquran. Akhirnya, dengan taufik dari Allah, saya lulus dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Azhar dan pada saat itu juga saya ikut bergabung ke radio. Saya terpilih sebagai pengajar di fakultas tersebut, namun saya tinggalkan dan memilih jalan tilawah Alquran dan bergabung ke radio.
Kenapa Anda Meninggalkan Pekerjaan Mengajar di Fakultas dan Lebih Memilih Tilawah Alquran di Radio?
Sejujurnya, saya ingin mengajar di Universitas Al-Azhar, terutama setelah saya terpilih sebagai dosen di fakultas Ushuluddin, namun saya lebih menyukai Alquran. Khususnya saya sudah bergabung dengan radio sebelum memilih pergi ke universitas dan menjadi rekan para qori besar radio seperti Mahmud Ali Al Banna, Abdul Basit Abdus Somad, Mustafa Ismail, dan Syaikh Muhammed Abdulaziz Hasan. Saya seorang pemuda dengan usia dua puluh tahun, dan mereka memasuki usia lima puluhan. Menurut saya mengajar di fakultas mencegah saya untuk mengambil langkah-langkah jalan Alquran dan karenanya saya lebih memilih Alquran dan sungguh jalan yang indah.
Siapakah Qori yang Anda Jadikan Panutan?
Panutan saya adalah Syaikh Mahmud Ali Al Banna. Saya sangat mencintainya segenap raga dan saya sangat terpengaruh sekali dengan qori terkemuka ini.
Ketika ayah membawa saya ke masjid al-Ahmadi di Tanta pada hari Jumat, Syaikh Al Banna adalah qori masjid tersebut.
Kami tidak meninggalkan qiraat hari Jumatnya. Pada waktu itu salah satu harapan saya adalah menjadi qori masjid al-Ahmadi dan Alhamdulillah harapan ini pun terkabul.
Siapakah yang Merekomendasikan Anda untuk Bergabung ke Alquran?
Banyak sekali. Ketika saya masih kecil, masyarakat berkumpul di sekeliling saya untuk mendengarkan tilawah. Mereka sangat menyukai saya dan kebanyakan mereka menyarankan agar segera masuk ke radio. Saya juga mendengarkan nasehat mereka dan sebelum pelajaran di Al Azhar rampung, saya pergi ke radio dan ikut ujian di situ dan sayapun sukses dalam ujian tersebut. Mereka memberi kesempatan untuk merampungkan pelajaran yang tersisa enam bulan lagi. Saya masih ingat, Ustad Ahmad Sidqi, anggota komite juri dan pakar dalam nada naghom menganjurkan saya untuk menimba pemindahan naghom dalam kesempatan ini. Saya juga menjalankan anjurannya dan saya mempelajari maqom-maqom suara, kendati ayah sebelumnya telah mengajar secara pendengaran.
Apakah Anda Ingat, Apa yang Anda Rasakan untuk Pertama Kalinya saat Suara Anda Diputar di Radio untuk Pertama Kalinya?
Sudah pasti, bagaimana saya bisa lupa? Pertama kalinya suara saya diputar dari radio, adalah waktu sahur dari masjid Imam Hussain (as) Kairo.
Saat presenter memperkenalkan saya, saya merasa mulut saya kering, khawatir dan gelisah. Hal ini terjadi pada tanggal 15 Mei 1976, dan saya masih sangat muda saat itu. Waktu itu saya melakukan tilawah sebagian surah Al-Qashash. Kekhawatiran saya sangat cepat berlalu dan saya mulai tenang dan dengan lutf Allah saya pun melakukan tilawah dengan baik, dan masyarakatpun mengakuinya.
Tilawah Qori Manakah yang Paling Anda Gemari?
Semua qori lama adalah para pengajar besar kami. Saya mencintai Ustad Syaikh Muhammad Rif’at, dan Abdul Fattah Shashaei, yang benar-benar melakukan tilawah Alquran dengan arti sempurna, hanya untuk Allah semata. Saya juga sangat gemar mendengarkan tilawah almarhum Syaikh Shahat Muhammad Anwar. Demikian juga, tilawah qori lainnya seperti Syaikh Jalil Mohammad Badr Hussein, Syaikh Muhammad Abdul Wahhab Tantawi, Syaikh Hajjaj Hindawi, dan Syaikh Muhammad Khusht.
Di Propinsi Manakah Anda Mentilawah Alquran?
Banyak provinsi telah mengundang saya dan suka mendengarkan tilawah saya. Namun propinsi Al Minufiyah sering mengundang saya. Secara umum, penduduk provinsi Al Minufiyah menyukai kitab Allah dan memuliakan ahli Alquran. Demikian juga terjadil hubungan persahabatan antara saya dan qori Al Minufiyah, seperti Syaikh Khidir Mustafa, Faruq Dhaif Azb Salim, Ahmad Saliman.
Apakah Anda Mengumandangkan Azan dengan Gaya Syiah?
Saya pergi ke Iran lebih dari 15 kali. Ketika di salah satu perjalanan mereka meminta saya untuk berazan dengan gaya mazhab Syiah, kendati saya tidak menerima hal ini, namun mereka menerima pandangan saya. Dan menghormati keyakinan dan pendapat saya, dan mereka juga memuliakan saya.
Apa Pendapat Anda tentang Pembahasan Upah Tilawah yang Sering Kali Dipaparkan?
Muhammad Mutawalli As-Sya'rawi (1911-1998), termasuk salah seorang ulama besar Al-Azhar, juga mengisyaratkan hal ini dengan ringkas, sampai-sampai ia mengatakan dalam hal ini, apa yang diperoleh seorang qori, sejatinya adalah upah untuk cinta dan kesukaan lebih pada Alquran, bukan upah qiraat Alquran.
Namun, ironisnya harus kami katakan bahwa sebagian qori terkini berlebih-lebihan dalam hal ini. Saya sendiri tidak menyukai hal tersebut dan berlebih-lebihan dalam menentukan upah, sementara saya di sebagian kesempatan sebelum Ashar datang ke acara berkabung untuk membaca Alquran dan kembali ke rumah pada pertengahan malam.
Kenapa Mereka Menggelari Anda dengan Qori Langit?
Ceritanya adalah pada hari Jumat tahun 2013, setelah saya merampungkan tilawah di masjid al-Ahmadi kota Tanta, seusai salat, seorang lelaki tua Darwish datang dan menanyakan, apakah Anda adalah Syaikh Ahmed Bassooni? Saya jawab, iya. Saya adalah Mohamed Bassooni. Ia mengatakan, saya gemar sekali mendengarkan tilawah Anda dan dalam mimpi saya melihat ruh saya naik ke langit dan disana mendengar suara pembacaan Alquran. Saya menanyakan suara ini kepada penduduk langit, mereka menjawab, ini adalah Syaikh Mohamed Bossiouni dan kami di langit gemar sekali mendengarkan suara ini. Kabar gembira dan mimpi orang tua inilah yang menyebabkan saya dipanggil Qori Langit dan saya meminta Allah agar memiliki kelayakan tersebut.
Apa Pendapat Anda tentang Orang yang Menamai Anda sebagai Qori Pertama Mesir?
Untuk pertama kalinya ketika saya menghadiri acara berkabung dengan seorang rekan di radio, satu orang mengatakan hal ini kepada saya. Saya berkata kepadanya, kamu benar-benar pendusta, karena saya bukanlah orang pertama dan terakhir yang melakukan tilawah, namun kita semua berupaya dalam melantunkan ayat-ayat suci Alquran dan setiap orang yang berupaya semaksimal mungkin dan potensinya untuk memberikan manfaat untuk masyarakat.
Apakah Anda Mempunyai Saran untuk Para Qori Generasi Baru?
Tidak diragukan lagi, generasi baru para qori adalah adalah orang-orang yang gigih dan pecinta Alquran, dan di antara mereka ada yang memiliki potensi gemilang. Saya menyarankan kepada mereka untuk menggunakan suara dan nada bahasa Arab dan menjauhi nada-nada yang mendekati nyanyian (musik). Saya demikian juga menganjurkan para qori muda agar mengindahkan hukum-hukum tajwid, gerakan-gerakan mad, dan tidak bernafas saat melakukan tilawah, karena ini adalah kekeliruan besar. Demikian juga, saya menyarankan kepada para qori generasi baru agar menggunakan suaranya untuk Alquran, bukan dari Alquran untuk menunjukkan suaranya.
(Al-Youm-Al-Jadid/IQNA/berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar