Daftar Isi Internasional Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Tampilkan postingan dengan label ABNS TARBIYAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ABNS TARBIYAH. Tampilkan semua postingan

Raisi: Pawai Arbain Tahun Ini Bukti Keterkucilan Musuh


Perwalian Haram Suci Razavi menyinggung urgensitas pawai akbar Arbain Imam Hussein as dan mengatakan, kehadiran luas masyarakat Iran dari berbagai lapisan pada pawai Arbain tahun ini, akan berujung dengan keterkucilan musuh dan keagungan umat Islam dan Iran.

Astan News melaporkan, Hujatulislam Sayid Ebrahim Raisi, Selasa (16/10/2018) petang di acara pelepasan para pelayan Arbain Imam Hussein yang diselenggarakan di Halaman Enghelab Eslami, Haram Suci Razavi menuturkan, tahun ini Arbain dalam Arbain karena Arbain Imam Hussein as bertepatan dengan peringatan 40 tahun Revolusi Islam Iran yang digagas Imam Khomeini, dan ini adalah kesamaan waktu yang penuh makna.

Anggota Dewan Penentu Kebijakan Negara Iran menambahkan, pawai Arbain dan partisipasi jutaan manusia pecinta Imam Hussein as dari berbagai bangsa, bahasa dan benua dalam pawai ini adalah manifestasi penting persatuan kubu perlawanan dalam menghadapi kubu imperialis dunia.

Ia menjelaskan, pawai akbar Arbain adalah perwujudan tekad masyarakat. Pembelaan pada kebenaran, menuntut hak dan menyadarkan masyarakat serta bangsa-bangsa, adalah manfaat pawai akbar di Karbala ini.

Menurut Raisi, Arbain adalah manifestasi tekad tulus rakyat dan menuturkan, tidak ada satu lembaga atau organisasi manapun yang mampu menciptakan keagungan semacam Arbain kecuali tekad rakyat, tidak ada seorangpun yang membimbing masyarakat kecuali kesadaran mereka sendiri, ketika tekad dan kesadaran masyarakat menjadi sebuah kebenaran maka ia akan mengubah dunia dan tidak ada satu kekuatanpun yang mampu membatasinya.

Anggota Dewan Pakar Kepemimpinan Iran ini kepada para pelayan Arbain Imam Hussein as mengatakan, anda tidak bergerak semata-mata untuk sebuah heroisme yang terjadi di masa lalu tapi kalian menjadi pionir sebuah heroisme yang akan terjadi di masa depan dan itu adalah dhuhurnya Imam Mahdi af.

Hujatulislam Raisi menerangkan, setiap langkah kalian mendapat pahala satu kali haji dan umrah, artinya kalian akan tenggelam dalam cahaya dan cahaya maknawiah menciptakan kemuliaan serta kekuatan. Cahaya bukan hanya melembutkan jiwa tapi punya dampak lain yaitu memperkuat hati dan kesadaran.

Ia menegaskan, pemahamanan rasional tentang alasan kemenangan dan kelanggengan Revolusi Islam menunjukkan bahwa kehadiran luas rakyat Iran dalam pawai Arbain tahun ini akan berujung dengan keterkucilan musuh dan keagungan umat Islam serta Iran.

Perwalian Haram Suci Razavi menjelaskan, analisa dan kajian tentang berbagai peristiwa yang terjadi empat puluh tahun lalu membuktikan bahwa poros serangan musuh di setiap zaman adalah serangan atas manfaat dan kebanggaan terpenting di masa itu.

“Di manapun ada manfaat dan titik kekuatan untuk Revolusi Islam, musuh akan berusaha menyerangnya. Konsentrasi kubu imperialis hari ini adalah menciptakan perpecahan di tengah masyarakat Iran dan Irak karena mereka telah ditampar oleh persatuan ini,” ujar Raisi.

Ia melanjutkan, persatuan ini telah menghapus tumor ISIS yang dibesarkan musuh terhapus dari kawasan dan kecintaan Imam Hussein as serta Arbain merupakan rahasia terbentuknya persatuan ini, oleh karena itu mereka berusaha mengerahkan segala upaya untuk menurunkan tingkat kehadiran rakyat Iran dalam pawai Arbain.

Anggota Dewan Pakar Kepemimpinan Iran ini menerangkan, musuh melakukan banyak upaya untuk memecah persatuan rakyat Iran dan Irak, namun sebagaimana disampaikan Hafez dalam syairnya yang menyindir musuh sebagai lalat yang mengancam Simurgh (burung perkasa dan mistis dalam mitologi Iran), ketahuilah bahwa ikatan rakyat Iran, Irak dan seluruh bangsa dunia dengan membawa nama suci Imam Hussein as, dari hari ke hari semakin erat dan akan membuat musuh putus asa.

Menurut Raisi, berdasarkan laporan pejabat pemerintah dan di tengah kondisi ekonomi yang tidak mendukung, pendaftaran ziarah Arbain sejak tahun lalu bertambah banyak dan kemungkinan juga akan mencapai angka yang lebih besar dalam beberapa hari mendatang, masalah ini selain membuktikan bahwa masalah ekonomi rakyat tidak menjadi alasan untuk menurunkan tingkat partisipasi pawai akbar Arbain dan berkat bantuan Allah Swt pawai Arbain tahun ini akan meriah sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Hujatulislam Raisi menuturkan, kita semua harus membantu masyarakat pecinta Imam Hussein as untuk berpartisipasi dalam pawai Arbain, saya berterimakasih kepada Bank Sentral Iran yang telah menurunkan biaya visa. Seluruh instansi pemerintah dengan semua fasilitas yang dimilikinya harus turun tangan dan membantu menyingkirkan hambatan-hambatan partisipasi masyarakat dalam pawai ini.

Ia menjelaskan, nilai ziarah Arbain tahun ini di tengah masalah-masalah ekonomi masyarakat, akan lebih besar berkali-kali lipat dan semoga lebih banyak pemuda yang dapat ikut serta dalam heroisme Arbain.

Perwalian Haram Suci Razavi menjelaskan, semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk Arbain dan disediakannya fasilitas lebih banyak, adalah investasi. Masyarakat membutuhkan investasi maknawi dan investasi ini membawa ketenangan batin dan akan meningkatkan kerja mukmin berkali kali lipat. Ziarah Arbain adalah perjalanan bersejarah yang sarat nilai spiritualitas, bukan hanya karena nilai maknawinya, tapi karena pengaruh dan keberkahan sosialnya.

Raisi menegaskan, kalangan masyarakat yang memiliki kelebihan rezeki bisa membantu kaum fakir miskin untuk ikut dalam pawai ini. Semakin semaraknya berjalan kaki memperingati Arbain, adalah tempat, waktu bernazar dan pengorbanan yang terbaik bagi penyelenggaran acara Arbain Imam Hussein as. Ziarah Arbain menegaskan identitas, saat seseorang mendapati dirinya berada di tengah lautan manusia beriman dan ikhlas, ia baru menyadari identitas diri sebagai anggota dari sebuah umat besar Islam dan lahir kebanggaan karenanya.

Terkait konspiras kubu imperialis global terhadap umat Islam, Raisi mengatakan, musuh bangsa Iran selalu berusaha menghancurkan identitas keagamaan setiap individu masyarakat dan menghilangkan perasaan mulia dan bangga pada identitas ini.

Hujatulislam Raisi menegaskan, tidak ada satu tempatpun di dunia ini yang mungkin menciptakan heroisme semacam ini dan hal ini merupakan awal kemenangan hak dan berakhirnya era kebatilan.

(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Raisi: Haram Razavi Beri Pelayanan Khusus Untuk Tunanetra


Perwalian Haram Suci Razavi, Hujatulislam Sayid Ibrahim Raisi mengatakan, Haram Suci Razavi memberikan kemudahan kepada para peziarah tunanetra untuk menziarahi Makam Suci Imam Ridha as dan memberikan pelayanan budaya serta sosial kepada mereka.

Astan News melaporkan, Perwalian Haram Suci Razavi, Senin (15/10/2018) pagi di acara peringatan Hari Tongkat Putih Sedunia (White Cane Safety Day) yang digelar di Aula Al Quds Perpustakaan Pusat Haram Suci Razavi menuturkan, para tunanetra yang mulia secara lahir tidak punya kemampuan melihat, tapi banyak dari mereka adalah tokoh terkemuka di tengah masyarakat dan berhasil meraih kedudukan tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan beberapa dari mereka aktif dalam menghafal Al Quran dan penelaahan makna Al Quran.

Raisi menjelaskan, beberapa dari mereka kehilangan kemampuan melihatnya karena mereka adalah pejuang dan veteran perang yang membela agama dan negara di hadapan musuh, namun mereka sebenarnya adalah teladan masyarakat kita yang telah berhasil meraih penglihatan hakiki.

Hujatulislam Raisi juga memberikan apresiasi kepada keluarga tunanetra dan menuturkan, keluarga para tunanetra yang menuntun tangan mereka dan membantu serta mempermudah kehidupan mereka dan berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan mereka, adalah orang-orang yang layak mendapat pujian.

Anggota Dewan Penentu Kebijakan Negara Iran itu menegaskan, meski di hari Tongkat Putih Sedunia diberikan apresiasi atas jihad, pengorbanan dan perjuangan para veteran perang serta perhatian kepada tunanetra karena kehilangan penglihatan mereka, namun apresiasi dan penghargaan ini tidak boleh hanya sekedar seremonial semata tapi harus menjadi langkah nyata untuk menyejahterakan mereka.

Ia menegaskan, kaum tunanetra harus mendapat perhatian dalam hal pelayanan hukum, ekonomi, finansial dan pekerjaan, dan pemerintah di berbagai instansi harus memberikan perhatian khusus kepada mereka.

Hujatulislam Raisi menambahkan, seluruh instansi pemerintah di Iran berkewajiban untuk memberi kemudahan pada para tunanetra dan menciptakan kota yang nyaman bagi para veteran perang dan tunanetra merupakan hal yang sangat penting.

Ia menekankan pelayanan “tuan rumah spesial” oleh Haram Suci Razavi bagi para veteran perang dan orang cacat fisik. Menciptakan kesesuaian dalam pelayanan dan tempat-tempat ziarah bagi tunanetra berada dalam agenda kerja Haram Suci Razavi dan sudah diambil sejumlah langkah dalam hal ini agar para veteran perang yang mulia, orang lanjut usia, tunanetra dan kalangan masyarakat lain yang menderita cacat fisik atau memiliki keterbatasan fisik bisa berziarah ke Makam Suci Imam Ridha as.

Perwalian Haram Suci Razavi menambahkan, kami juga sudah memikirkan waktu-waktu khusus untuk para peziarah yang cacat dan lemah, sehingga mereka bisa melaksanakan ziarah ke pusara dan zarih Makam Suci Imam Ridha as.

Ia menegaskan, tempat yang dijadikan pusat pelayanan budaya dan sosial Haram Suci Razavi bagi para tunanetra harus ditangani lebih cepat.

Hujatulislam Raisi melanjutkan, disediakannya alat transportasi dan fasilitas ziarah termasuk langkah yang sudah dilakukan oleh Haram Suci Razavi, tapi kita tidak boleh puas dengan ini. Para tunanetra harus ditanya tentang masalah dan kesulitan yang dihadapinya saat berziarah ke Makam Suci Imam Ridha as dan diupayakan agar masalah-masalah tersebut bisa diatasi.

(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Menjaga Persatuan Dalam Ritual Longmarch Arba’in

Hujjatul Islam Dr Habib Ridha Arzani

Dan satu hal yang jangan sampai dilupakan ialah jangan sampai kita melupakan persatuan, karena semua lembaga dan organisasi yang menangani Arba’in Husaini berada di bawah nama Imam Husain as, dan yang harus kita lakukan ialah memanifestasikan cahaya Ilahi dan menerangi jalan Arba’in dengan cahaya ini.

Hal ini disampaikan Hujjatul Islam Dr Habib Ridha Arzani dalam acara pertemuan tim penanganan Arba’in di pusat seni budaya.

Dijelaskannya, kita semua mengetahui bahwa Imam Husain as sebagai kapal penyelamat, namun menurut Imam Shadiq as bahwa semua Imam Makshum as adalah kapal penyelamat, namun yang membedakan dengan Imam Husain as ialah bahwa kapal Imam Husain as lebih luas dan lebih cepat mengantarkan semua ke tujuan.

Dr Arzani menambahkan, saat ini musuh sedang berusaha untuk menciptakan perselisihan Syi’ah dan Suni di dalam Iran dan Irak, namun kita harus singkirkan semua itu dan jangan sampai lalai akan syi’ar di tahun ini.

Dan satu hal yang jangan sampai dilupakan ialah jangan sampai kita melupakan persatuan, karena semua lembaga dan organisasi yang menangani Arba’in Husaini berada di bawah nama Imam Husain as, dan yang harus kita lakukan ialah memanifestasikan cahaya Ilahi dan menerangi jalan Arba’in dengan cahaya ini, demikian jelasnya.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ahlul Bait as Penunjuk Jalan di Dunia Ini

Hujjatul Islam Dr Ridha Arzani

Dalam doa ke 42 di dalam Shahifah Sajjadiyah menjelaskan kepada kita jalan dan tujuan mana yang akan kita jalani yang kelak akan membawa manusia pada tujuan utama. Al-Qur’an dan Ahlul Bait as adalah penunjukan jalan di dunia ini, dimana Allah swt sudah menunjukan jalan ini sejak 14 abad silam.

ini disampaikan Hujjatul Islam Dr Ridha Arzani dalam pesannya di acara penutupan kongres Internasional Imam Sajjad as yang ke-8.

Ia menambahkan, di dunia yang moral tidak berada pada tempatnya dan sebaliknya tidak bermoral mengisi tempatnya, di dunia yang suara keadilan dilantangkan namun penjajahan dan perampasan merajalela, lantas dengan keadaan seperti ini kepada jalan apa kita akan berpegang?

Dalam doa ke 42 di dalam Shahifah Sajjadiyah menjelaskan kepada kita jalan dan tujuan mana yang akan kita jalani yang kelak akan membawa manusia pada tujuan utama. Al-Qur’an dan Ahlul Bait as adalah penunjukan jalan di dunia ini, dimana Allah swt sudah menunjukan jalan ini sejak 14 abad silam.

Al-Qur’an dan Ahlul Bait as adalah dua hal yang tidak akan terpisah, dimana jika kaum muslimin berpegang kepada dua peninggalan Rasul saww ini maka mereka tidak akan tersesat, dengan demikian di bulan Ramadhan ini selain kita berpegang dan akrab kepada Al-Qur’an Karim as maka kita juga harus bersama Ahlul Bait as khususnya Imam Zaman afs, demikian jelasnya.

ائمه اطهار، نقشه خوان قرآن هستند/ کنگره امام سجاد(ع) متعلق به محبان اهل بیت در اقصی نقاط عالم است

حجت الاسلام و المسلمین دکتر حبیب رضا ارزانی با اشاره به برگزاری هشتمین دوره کنگره بین المللی امام سجاد(ع) گفت: این کنگره، نه فقط متعلق به مردم بندرعباس که متعلق به محبان اهل بیت در اقصی نقاط جهان است و با نام اهل بیت(ع)این وحدت ایجاد شده است.

به گزارش خبرنگار خبرگزاری شبستان از بندرعباس، حجت الاسلام و المسلمین دکتر حبیب رضا ارزانی، مشاور وزیر و دبیرستادعالی کانون های فرهنگی هنری مساجد کشور، امروز(۱۱ مهر)در اختتامیه هشتمین کنگره بین المللی امام سجادعلیه السلام که با حضور شخصیت های داخلی و خارجی هم اکنون در حال برگزاری است؛ با استفاده از فرمایش امام صادق علیه السلام که «ما-اهل بیت- مترجمان وحی هستیم» تصریح کرد: موضوع کنگره امسال «قرآن در صحیفه سجادیه» است.

وی با بیان اینکه این کنگره در کنار دیگر برنامه ها بسیار درخشیده و ۲۱ استان کشور درگیر آن شدند و این نور در ۲۶ کشور جهان به زیبایی می تابد؛ اظهار داشت: کنگره هشت سال قبل کلید خورد و امروز نه فقط متعلق به مردم بندرعباس که متعلق به محبان اهل بیت در اقصی نقاط جهان است و هر سال شاهد رشد و نمو این حرکت بودیم و با نام اهل بیت علیهم السلام این وحدت و همدلی ایجاد شده است.

حجت الاسلام ارزانی با اشاره به اینکه موضوع کنگره امسال دعای چهل و دوم صحیفه سجادیه یعنی دعای امام سجادعلیه السلام هنگام ختم قرآن است؛ گفت: اینکه صحیفه سجادیه بسیار ارزشمند است و حضرت پیشوای تمام انسان های آزاده جهان است، درست؛ اما مشکل امروز جامعه بشر و راه برون رفت از آن چیست؟! در جهانی که اخلاق جایگاه اصلی خود را ندارد و بی اخلاقی جای اخلاق نشسته، در جهانی که صحبت از عدالت است اما تعدی و تجاوز مدرن به جای آن است و در دنیایی که فردگرایی به جای جمع گرایی، حرف اول را می زند و به جای خدامحوری، انسان نشسته و به جای تلاش برای بودن تلاش برای افزونی است؛ در این فضا به کدام نقشه تمسک کنیم؟

وی ادامه داد: دعای چهل و دوم صحیفه سجادیه این را برای ما روشن می کند و مدلی که انسان را به مقصد می رساند و نقص و لغزش ندارد و به منتهای اصلی خود که انا لله و انا الیه راجعون است، می رساند و مدلی که خدامحوری را حاکم می کند و البته اینجا دیگر بحث شیعه و سنی و اهل کتاب نیست، بحث انسانیت است؛ آن مدل اهل بیت و قرآن است که نقشه راه هستند و خداوند این نقشه را ۱۴ قرن قبل برای همه انسان های آزاده آورده است.

مشاور وزیر فرهنگ و ارشاد اسلامی کلام اهل بیت و قرآن را منطبق با فطرت و روح آزاده هر انسانی دانست و افزود: در دعای ختم قرآن صحیفه سجادیه چند مرتبه صلوات بر محمد و آل محمد فرستاده شده و در این دعای نورانی آمده قرآن نقشه خوان نیاز دارد و آن اهل بیت است.

وی با بیان اینکه نور، برطرف کننده جهل و نادانی است و قرآن نورانیت می دهد؛ خاطرنشان کرد: استماع و قرائت قرآن از باب مقدمه خوب است اما همه اینها مقدمه ای برای فهم قرآن و زبان قرآن، زبان بشریت است.

حجت الاسلام ارزانی تصریح کرد: اهل بیت و قرآن تنها برای آن روز نبودند بلکه برای همه روزها تا ابدالآباد هستند.

پایان پیام/88

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Maarif Ilahi dan Politik Islam Termuat Dalam Shahifah Sajjadiyah

Ayatullah Al-uzhma Makarim Syirazi

Dengan kata lain peninggalan yang sangat berharga ini tiada bandingannya dalam hal menyucikan jiwa, menghidupkan akhlaq yang baik dan menyingkirkan akhlaq buruk.

Shabestan News Agency, dalam pesannya di acara kongres Internasional Imam Sajjad as yang dilangsungkan di Bandar Abas, Ayatullah Al-uzhma Makarim Syirazi menyebut bahwa Shahifah Sajjadiyah adalah Zaburnya Ahlul Bait as, meskipun tertuang dalam sebuah doa namun kitab ini merupakan harta yang sangat berharga yang memuat berbagai macam pengetahuan baik pengetahuan Ilahi dan juga politik Islam.

Dengan kata lain peninggalan yang sangat berharga ini tiada bandingannya dalam hal menyucikan jiwa, menghidupkan akhlaq yang baik dan menyingkirkan akhlaq buruk.

Dengan menjadikan kitab doa ini pedoman dalam kehidupan kita maka bukan hanya akan membawa ketenangan dalam maknawi saja akan tetapi kitab doa ini juga akan membawa ketenangan materi.

Penguasa pada saat itu berusaha mengawasi Imam Sajjad as dengan berbagai cara. Hubungan masayrakat dengan Imam Sajjad as diputus, dan bahkan sahabat-sahabat Imam as sekalipun tidak bisa bertemu dengan Imam as, dengan kondisi seperti itu Imam Sajjad as mengatakan “di penjuru Mekkah dan Madinah tidak sampai 20 orang yang mereka menemani kami”. Beliau as mengutarakan hal ini di awal-awal masa Imamah beliau yakni pasca tragedi karbala.

Pada hakikatnya, jika kita menghayati apa yang terdapat dalam Shahifah Sajjadiyah Imam Sajjad as, maka kita akan melihat bahwa Shahifah Sajjadiyah tidak seperti kitab-kitab doa pada umumnya, di dalamnya Imam Sajjad as mengajarkan tentang cara mengatur pemerintahan, bersosial dengan masyarakat dan bagaimana cara menunaikan kewajiban.

خطوط سیاسی اسلام در صحیفه سجادیه بیان شده است

آیت الله العظمی جعفر سبحانی از مراجع عظام تقلید با صدور پیامی به هشتمین کنگره بین المللی امام سجاد(ع)، گفت: صحیفۀ سجادیه، این زبور آل محمد هر چند به صورت دعاست اما گنجینه گرانبهایی است که حقایق و معارف الهی و خطوط سیاسی اسلام در آن به صورت خاصی آمده

به گزارش خبرنگار خبرگزاری شبستان از بندرعباس، متن کامل پیام آیت الله العظمی سبحانی(دامه برکاته) که توسط حجت الاسلام محمدعلی لبخندان مدیر کمیته علمی کنگره بدین شرح است؛


بسم الله الرحمن الرحیم

شرایط زمان و مکان و به اصطلاح سیاست حاکمان وقت اعم از اموی و عباسی دربارۀ پیشوایان معصوم یکسان نبوده است و گاهی به خاطر ضعف قدرت حکومت مرکزی و شورش های مختلف در نقاط مختلف پهنۀ اسلامی سبب می شد که سیاست نرم را در پیش گیرند از این جهت پیشوایان ما توانستند از این فرصت استفاده کرده و حقایق را بازگویند و این فرصت طلایی در بخشی از حیات صادقین(علیهما السلام) حاکم بود و گاهی به خاطر احساس قدرت، عرصه را بر عالمان و گویندگان و بالاخص ائمه اهل بیت تنگ کرده و آن ها توانستند حقایق را بی پرده بازگو کنند اتفاقاً عصر چهارمین پیشوای شیعه از این مقوله بود.

صحیفۀ سجادیه، این زبور آل محمد هر چند به صورت دعاست اما گنجینه گرانبهایی است که حقایق و معارف الهی و خطوط سیاسی اسلام در آن به صورت خاصی آمده است.

در هرحال این اثر گرانبها در تهذیب نفس و زنده کردن فضائل اخلاق و زدودن رذائل اثر کم نظیری است و برای سالکان راه حق و عارفان واصل بهترین راه است و در عین حال از بازگویی سرانجام ظالمان غفلت نکرده و لابلای دعاها تذکراتی داده است.

شاهد ما دعای بیستم یعنی دعای مکارم الاخلاق است که در آن جا چنین می گوید: خدایا بر محمد و خاندانش درود فرست و مرا بر آن که بر من ستم کند دستی (نیرویی) و بر آن که با من ستیزه جوید زبانی(برهانی) و بر کسی که با من دشمنی و عناد ورزد پیروزی عطا کن و در برابر آن کس که نسبت به من حیله گری و بداندیشی بپردازد راه تدبیر ودر برابر آن که بر من فشار و آزار رساند نیرو ده و در برابر عیب جویانی که بر من عیب جویی و دشنام گویی کنند قدرت تکذیب و در برابر خطر تهدید دشمنان به من امنیت عطا فرما.

این دعا نمی تواند جز بر حاکمان زمان مانند عبدالملک بن مروان و نمایندگان او در مدینه بر فرد دیگری منطبق باشد. بنابراین امام در این دعای شکوائیه از خداوند متعال کمک می طلبد البته این تنها دعایی نیست که حضرت در آن جا با بیان نرم خود به مسائل امامت و رهبری اشاره می کند.

در هرحال این کتاب علاوه براین که خطوط رهبری را در لابلای دعا ترسیم می کند کتابی است که می تواند ما را به فضائل اخلاقی آشنا سازد.

شایسته است بخش هایی از این کتاب در کتاب های درسی گنجاده شود که واقعاً روح تقوی و پیراستگی را در انسان پرورش می دهد و روح خداجویی را تقویت می کند و پیوسته انسان را به یاد خدا می اندازد.

من از این نقطۀ دور سلام و درود خود را به همۀ شرکت کنندگان کنگره تقدیم داشته و موفقیت روز افزون همگان را از خدای متعال خواهانم.


قم-حوزۀ علمیه

جعفر سبحانی

محرم الحرام1440

گفتنی است؛ هشتمین کنگره بین‌المللی امام سجاد (ع) امروز چهارشنبه(11 مهر) مصادف با 23 محرم با حضور اندیشمندان مسلمان و سایر ادیان از سوی دبیرخانه کانون های مساجدهرمزگان و با حمایت دفتر نماینده ولی فقیه در استان و استانداری هرمزگان، ستاد عالی کانون های مساجد کشور و سایر نهادهای فرهنگی و به میزبانی استان هرمزگان در بندرعباس در حال برگزاری است.

پایان پیام/88

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Hubungan Asyura Dengan Imam Zaman afs



Kebangkitan Imam Husain as memiliki persamaan dengan kebangkitan Imam Mahdi afs.

Shabestan News Agency, berkaitan dengan Asyura Imam Husain as, Hujjatul Islam Hasan Mula’i menjelaskan bahwa jika kita ingin mengkaji dan lebih baik lagi memahami hubungan antara gaya hidup penanti Imam Zaman afs dan gaya hidup Asyura maka terlebih dahulu esensi dari dua gaya hidup ini haruslah jelas bagi kita, dan kemudian baru kita bisa mengkaji sirah para syuhada Karbala dan menjadikan perjuangan ini sebagai teladan kita.

Ia mebambahkan, Kebangkitan Imam Husain as memiliki persamaan dengan kebangkitan Imam Mahdi afs, Sebagai contoh, hubungan dan kesamaannya ialah dari segi tujuan dan harapan, yakni harapan dan tujuan yang dicari oleh Imam Husain as dan para sahabatnya ialah seperti harapan dan tujuan Mahdawi, yakni memerangi kezhaliman dan kelaliman serta menegakkan keadilan, dimana ini semua adalah misi dari dakwahnya seluruh Anbiya, Auliya dan juga Karbala, dan Imam Zaman afs memiliki tujuan dan harapan seperti ini saat muncul nanti.

Jika Aba Abdillah Al-Husain as berkata “aku keluar (menuju Karbala) untuk memperbaiki umat datukku”, maka Imam Zaman afs juga kelak akan bangkit untuk memperbaiki dunia ini, dengan begitu, tujuan, harapan dan maksud antara kemunculan Imam Zaman afs dan kebangkitan Husaini sangat memiliki kesamaan.

Pesan-pesan dan tujuan Imam Husain as akan dibangun dan diterapkan kembali dalam kebangkitan Imam Mahdi afs.

Imam Husain as dengan menjelaskan tentang “Kemunculan Al-Mahdi yang dijanjikan” dan kembalinya para Imam Makshum as ke dunia, tidak lain adalah untuk mengingatkan kita agar selalu bersiap dalam menyambut kemunculan Imam Zaman afs.

ارتباط «کُلُّ یَومٍ عاشورا و کُلُّ أرضٍ کَربَلا» با اجابت دعای فرج ما

حجت الاسلام ملایی گفت: گرچه «کُلُّ یَومٍ عاشورا و کُلُّ أرضٍ کَربَلا» حدیث معصوم نیست اما این حقیقت از آیات و روایات قابل برداشت است که جریان ولایت الهی دائماً با شیطان در ستیز بوده و با ظهور وعده «جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ» محقق می شود.

خبرگزاری شبستان، گروه مهدویت و غدیر: «کُلُّ یَومٍ عاشورا و کُلُّ أرضٍ کَربَلا» اگرچه در ظاهر یک جمله است اما جهانی از معنا را در خود جای داده، جهانی که به ما می گوید عاشورای حسینی در سال 61 هجری و در کربلای آن روزگار محصور نمانده بلکه تا قیامت این رویارویی و هماوردی حق و باطل ادامه خواهد داشت، بویژه امروز که دست شیعه به ظاهر از دامان امامش کوتاه شده و فتنه های مختلف درصدد اند تا میان او و امام زمان(عج) فاصله بیندازند و اینجاست که باور به این جمله و الهام از سبک زندگی عاشورایی می تواند ما را به سلامت از معبر انتظار عبور داده و به ظهور و آن دولت کریمه برساند.

از این رو، به مناسبت فرا رسیدن عاشورای حسینی با حجت الاسلام حسن ملایی، پژوهشگر و مولف مهدوی و صاحب آثاری همچون «سبک زندگی منتظرانه» درباره راه های تحقق «کُلُّ یَومٍ عاشورا و کُلُّ أرضٍ کَربَلا» در زندگی منتظران به گفت وگو پرداخته ایم که مشروح آن به حضورتان تقدیم می شود:

آیا امکان برقراری ارتباط میان سبک زندگی منتظران با عاشوراییان و آنها که با حماسه آفرینی های خود عاشورا را به نقطه عطف تاریخ تبدیل کردند، وجود دارد؟

ما اگر بخواهیم پیوند بین سبک زندگی منتظرانه و سبک زندگی عاشورائیان را بررسی و بهتر درک کنیم، باید ماهیت سبک زندگی منتظرانه و شاخصه های آن برای مان مشخص شود تا بتوانیم آن را در سیره شهدای کربلا بررسی کنیم و از این معبر واقعه تاریخ ساز عاشورا و رقم زنندگان آن حماسه را الگوی خود قرار دهیم و نیز از آنها که مقابل امام(ع) ایستادند، عبرت بگیریم تا مبادا اگر فرزند امام حسین(ع) قیام کرد، مقابل اش صف آرایی کنیم.


کسب و پیاده کردن چه شاخصه هایی سبک زندگی ما را منتظرانه می کند؟

همانطور که در کتابی با عنوان «سبک زندگی منتظرانه» آورده ام، ادعا داریم که در این سبک غیر از معنای غربی اش، کلیدواژه ای راهبردی از زبان معصومان(ع) با عنوان «انتظار» هست که اگرچه فراوان به ویژه در جامعه ایمانی و مهدوی تکرار می شود اما چون این اصطلاح به زبان عرف فارسی به کار گرفته شده، نتوانسته تاثیری را که باید، داشته باشد لذا باید از شناخت لغوی آن به شناخت اصطلاحی اش برسیم.

اگر ما مجموعه احادیث مهدویِ معصومان علیهم السلام را در کنار هم قرار دهیم، می بینیم احادیث مهدوی جنس و ادبیات خاصی دارد که از نوع جهادی -مبارزاتی است نه صوفیانه و درویش مآبانه و گوشه گیرانه. چنان که پیامبر اکرم(ص) فرمود: «افضل اعمال امت من، انتظار فرج است». یعنی در انتظار بر عمل تاکید می شود نه حالت، لذا باید از شوق درونی عبور کرده و انتظار را از مرحله احوال به مرتبه اعمال برسانیم.

علاوه بر این، پیامبر(ص) در حدیثی دیگر می فرمایند: «افضل جهاد امت من، انتظار فرج است»؛ این حدیث پیام بزرگی برای ما دارد و تاکید می کند: انتظار گرچه رفتار است اما نه هر رفتاری بلکه نوع جهادی آن را شامل می شود، یعنی انتظار روحیه و آمادگی همراه با رفتار جهادی است که در زمان قیام امام عصر(عج) در سطح جهانی تبلور می یابد.

اما متاسفانه گاهی در جامعه مذهبی ما جهاد را صرفاً به مبارزه نظامی تعبیر می کنند، در حالی که جهاد در اصطلاح یعنی «تلاشِ در نهایت توان» با نیت «قربة الی الله» برای رسیدن به هدف عالی در مقابل دشمن؛ با این معنا دیگر بُعد درگیری نظامی معنای صرف جهاد نیست بلکه ابعاد دیگری هم دارد.


با این تعریف جهاد چه ابعاد دیگری دارد و دامنه شمول آن تا کجا گسترده شده است؟

با این تعریف جهاد اکبر یا مبارزه با هوای نفس و منفعت طلبی هم رفتار منتظرانه است، البته جهاد دیگری هم داریم با عنوان «جهاد کبیر» که به همه مبارزاتی اطلاق می شود که غیر از جهاد اکبر و جهاد اصغر است، یعنی جهاد فرهنگی، سیاسی، اقتصادی و ... .

با این وصف، سبک زندگی منتظرانه مجموعه رفتارهای جهادی است که شخص برای زمینه سازی حکومت دین بوسیله ولی و حجت خدا در تعامل با دیگران انتخاب می کند.


این سبک از زندگی چه پیوندی با سبک زندگی عاشورایی دارد و چگونه می تواند مانع از عدم همراهی ولی خدا و ایستادن مقابل او نظیر آنچه در عاشورای سال 61 هجری رخ داد، شود؟

سبک زندگی منتظرانه چند شاخصه دارد که با آنها می توان از سبک زندگی عاشورایی الهام گرفت: نخست اخلاص در عمل، چنان که در روایات مهدوی است که انسان های مخلص، منتظر امام زمان(عج) اند، اگر نتوانیم در جهاد اکبر نیت خود را اصلاح کنیم، باقی راه را نمی توانیم درست طی کنیم؛ دوم آنکه ما هدف و آرمانی بلند داریم یعنی زمینه سازی برای حاکمیت دین خدا به وسیله ولّی او؛ این در حالی است که در دیگر سبک های زندگی حتی تعریف عُرفی از سبک زندگی اسلامی این آرمان دیده نمی شود؛ سوم، تلاشِ در نهایت توان است یعنی هر آنچه از توانایی، امکانات و ابزار در اختیار داریم برای آن هدف عالی استفاده کنیم و چهارم آنکه در این سبک همه رفتارها در مقابل با دشمن تعریف می شود، یعنی هیچ رفتاری از منتظران نمی بینی مکر آنکه رنگی از یکی از جهادهای سه گانه داشته باشد، از این رو، اینجا دشمن شناسی و شناخت ترفندهایش و نیز راهکارهای مبارزه با او ضرورت دارد که البته این دشمن فراتر از آمریکا و رژیم صهیونیستی است و شامل نفس، طواغیت، شیاطین و ... هم می شود.

علاوه بر این، در سبک زندگی منتظرانه ایثارگری، شجاعت و حماسه آفرینی، ولایتمداری و .. جزء شاخصه های مهم اند که از فرهنگ عاشورا الهام گرفته می شود.


چه ارتباطی میان این مولفه ها با زمینه های رقم زننده عاشورای حسینی و اصحاب حضرت سیدالشهداء(ع) وجود دارد؟

در فرهنگ و سبک زندگی عاشورایی همه این شاخصه ها دیده می شود، برای مثال در موضوع اخلاص در سخن و رفتار امام حسین(ع) و یاران شان می بینیم که حرکت ایشان بیان کننده این عبارت است که: «بسم اللّه و باللّه و من اللّه و الى اللّه و فى سبيل اللّه و على ملّة رسول اللّه» یعنی همه آنچه که کردند برای خدا بود نه پست و مقام.

در بُعد آرمان و هدف والا که همان تشکیل حکومت دینی توسط امام زمان(ع) است، می بینیم قیام حسینی اساساً برای این هدف و اصلاح جامعه و ساخت آن بر مدار دین شکل گرفته است.

علاوه بر این، در بُعد «تلاش در نهایتِ توان» نیز امام حسین(ع) و یاران شان «بَذَلَ مُهجَتَهُ فِیکَ لِیَسْتَنْقِذَ عِبادَکَ مِنَ الجَهالَهِ وَ حِیرَهِ الضَّلالَه» بودند و نهایتاً آنکه در بُعد دشمن شناسی می بینیم که یاران امام(ع) در جهادهای سه گانه اعم از اصغر، اکبر و کبیر، الگوهایی نابی اند.

به بیان دیگر، هر آنچه در سبک زندگی منتظرانه در قالب مباحث نظری بیان می شود در سیره امام حسین(ع) و یاران و اهل بیت شان علیهم السلام عینیت تام و تمام و عملی دارد.

مقام معظم رهبری در سوم خرداد 1374 در تعبیری زیبا فرمودند: اگر همه ما عاشورایی باشیم زمینه برای ظهور ولی مطلق حق فراهم خواهد شد.

این یعنی اگر ما نه فقط در دهه محرم بلکه با شعار «کُلُّ یَومٍ عاشورا و کُلُّ أرضٍ کَربَلا» از سبک زندگی حسینی الگو بگیریم، هر لحظه و هر جا حیات ما عاشورایی خواهد بود.


«کُلُّ یَومٍ عاشورا و کُلُّ أرضٍ کَربَلا» در مهندسی انتظار چه جایگاهی دارد؟

اگر ما انتظار را به جهاد و مبارزه تعریف و ابعاد سبک زندگی منتظرانه را تشریح کردیم، بنابر یک پیش فرض و جهان بینی شیعی الهی است که می گوید: در جهان جریان دائمی مبارزه حق علیه باطل وجود دارد، این جریان فرازمانی و فرامکانی است یعنی از زمان آدم ابوالبشر(ع) تا امروز و تا قیامت؛ باید توجه داشت گرچه «کُلُّ یَومٍ عاشورا و کُلُّ أرضٍ کَربَلا» حدیث معصوم نیست اما این حقیقت از آیات و روایات و سیره معصومان علیهم السلام قابل برداشت است که جریان ولایت الهی به صورت دائمی با شیطان در ستیز است اما در زمان ظهور وعده الهی «جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا» محقق می شود.

لذا اگر کسی قائل به این نگاه نباشد نمی تواند سبک زندگی اش را منتظرانه کند؛ این سبک از زندگی در عصر غیبت کمک می کند همیشه با موضعی مدافعانه در مقابل جبهه شیاطین اخذ موضع کنیم و با بهره گیری از الگوهای عاشورایی اجازه ندهیم یزدیان زمان بر ما مسلط شوند چنان که شهدای دوران دفاع مقدس با الهام از حضرت عباس(ع) و حضرت علی اکبر(ع) چنین کردند در واقع آن شهدا گنجینه نابی برای سبک زندگی منتظرانه و رسیدن به خیمه امام زمان عجل الله تعالی فرجه اند.

*گفت وگو از آمنه مستقیمی

پایان پیام/9

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Khatib Jumat Tehran: Peristiwa Asyura Logika Praktis Bagaimana Hidup

Hujatul Islam Walmuslimin Mohammad-Hassan Aboutorabi Fard

Imam Jumat Tehran menjelaskan bahwa peristiwa Asyura menjadi logika praktis yang mengajarkan bagaimana manusia menjalani kehidupannya. Menurut Imam Jumat Tehran, Imam Husein as merupakan teladan bagi bangsa Iran, Irak, Suriah, Yaman dan Bahrain serta mengajarkan keksatriaan dan semangat bagi semua orang bebas di dunia.

Hujatul Islam Walmuslimin Mohammad-Hassan Aboutorabi Fard di khutbah shalat Jumat Tehran pekan ini menyinggung logika Asyura telah dipraktekkan dalam logika nyata Perang Pertahanan Suci.

"Perang Pertahanan Suci memberikan pelajaran resistensi kepada rakyat Lebanon dan front kuat Irak, sehingga tegar menghadapi kekuatan arogan dan hegemoni," ungkap Aboutorabi Fard.

Imam Jumat Tehran kemudian mengisyaratkan falsafah perilaku terakhir Trump, Netanyahu dan Bin Salman dalam menghadapi gerakan bangsa Iran.

"Pengalaman dan rapor 4 dekade resistensi bangsa Iran dapat disaksikan oleh Amerika Serikat dan masyarakat internasional, betapa bangsa Iran berjalan tegar di jalur mengikuti kebangkitan Imam Husein as," jelas Aboutorabi Fard.

Khatib Jumat Tehran menyinggung kekhawatiran Perdana Menteri Zionis Israel akan poros Muqawama di kawasan seraya menekankan, Israel harus tahu bahwa masa kehancuran dan kebinasaan rezim ini telah tiba.

Imam Husein as merupakan imam ketiga Syiah sedunia dan beliau gugur syahid pada 61 Hijriah Qamariah di Karbala.

Imam Husein as dalam menjelaskan siang hari peristiwa Karbala dan ketika sedang bergerak dari Mekah ke Karbala, hingga syahadah secara transparan menekankan, tujuan dari pergerakan saya ini tidak lain untuk mengungkap pemerintah yang anti-Islam, menegakkan perintah Amar Makruf dan Nahi Mungkar, berdiri melawan kezaliman, melindungi al-Quran dan menghidupkan kembali agama Islam.

(Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Upaya Amerika dan Zionis Untuk Memudarkan Ziarah Arba’in Husaini


Perjalanan jutaan manusia dari berbagai belahan dunia untuk memperingati Arba’in Husaini ini lebih dahsyat dari bom-bom atom yang dijatuhkan Amerika di Hiroshima untuk menghancurkan dan melenyapkan imperialis dunia, rezim zionis Israel, Arab Saudi, Amerika dan para sekutu mereka.

Hal ini disampaikan Hujjatul Islam Husain Ansharian dalam kajian Muharamnya saat menjelaskan bahwa di tahun ini sejak awal bulan Muharam atau bahkan dari sebelum datangnya bulan duka ini kita telah mengukuhkan bahwa kita tidak akan membiarkan peran dan konspirasi musuh untuk memudarkan peringatan Muharam dan duka Husaini.

Dijelaskannya, Arba’in Husaini sudah semakin dekat. Dalam sebuah riwayatnya Imam Shadiq as berkata “untuk pergi ke Mekkah atau Madinah hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mampu serta harta dan nyawanya tidak dalam bahaya, akan tetapi berkenaan dengan ziarah Imam Husain as tidak demikian, meskipun kalian tidak mampu dan yakin bahwa perjalanannya berbahaya namun tetap bisa melakukan perjalanan ini.”

Lebih lanjut Hujjatul Islam Ansharian menuturkan, beberapa tahun lalu Amerika mengeluarkan dana jutaan dolar untuk melemahkan dan memudarkan peringatan duka Husaini serta perjalanan ziarah Arba’in, namun apa yang terjadi? Tua dan muda, wanita dan laki-laki, anak-anak kecil dan remaja, dengan segala dukungan yang ada mereka semua semakin membesarkan event tahunan dunia ini.

Perjalanan jutaan manusia dari berbagai belahan dunia untuk memperingati Arba’in Husaini ini lebih dahsyat dari bom-bom atom yang dijatuhkan Amerika di Hiroshima untuk menghancurkan dan melenyapkan imperialis dunia, rezim zionis Israel, Arab Saudi, Amerika dan para sekutu mereka, demikian jelasnya.

کم‌رنگ شدن زیارت اربعین حسینی خواست رژیم صهیونیستی و آمریکا است

مفسر، محقق و پژوهشگر علوم و معارف اسلامی گفت: از حمایت‌ها و برنامه‌ریزی‌های گذشته دولت و مسئولین باید تشکر کرد ولی امسال زائران اباعبدالله(ع) به حمایت‌های بیشتری از سوی مسئولان نیاز دارند.

به گزارش خبرنگار قرآن و معارف خبرگزاری شبستان، حجت‌الاسلام والمسلمین حسین انصاریان در سخنرانی روز هفتم ماه محرم در حسینیه هدایت در جمع هزاران نفر از عاشقان و دلدادگان عزای حسینی گفت: امسال از ابتدای محرم و حتی قبل از وارد شدن به این ماه عزیز ثابت کردید که نقشه‌ها و دسیسه‌های دشمن برای کم‌رنگ کردن محرم و عزای حسینی راه به جایی نخواهد برد و هر چه بتوانیم باید در تقویت و اجرای شعائر دینی به ویژه عزای سید و سالار شهیدان تلاش مضاعفی داشته باشیم.

این استاد اخلاق و تهذیب حوزه‌های علمیه با بیان اینکه اربعین حسینی نزدیک است، ادامه داد: امام صادق(ع) فرمودند برای زیارت مکه و مدینه کسانی که مستطیع هسستد و ضرر به جان و مالشان نمی‌رسد می‌روند ولی در راه زیارت اباعبدالله الحسین(ع) اگر مستطیع هم نیستی و یقین داری خطر هم وجود دارد باز هم به این سفر نورانی بروید.

این محقق دینی خطاب به دولت‌مردان، گفت: باید از خدمات و تسهیلات گذشته دولت و بخش خصوصی تشکر کرد، اما امسال با این شرایطی که بر اثر تحریم‌ها به‌وجود آمده است، دولت باید با ارائه تسهیلات و خدمات ویژه برای زائران اربعین نسبت به تقویت این حرکت حسینی اقدامات ویژه علی‌الخصوص ارائه خدمات ریالی و ارزی ارزان قیمت داشته باشد.

استاد انصاریان تأکید کرد: دولت با ارائه تسهیلات ویژه خصوصاً هزینه ویزا و ارز زیارتی و اقدامات شایسته و درخور شأن زائران اباعبدالله(ع)، نسبت به تقویت این حرکت مردمی که چشم جهانیان را به خود دوخته است حرکتی شایسته جهت اعزام به عتبات عالیات داشته باشد.

این مؤلف آثار اهل‌بیت(ع) تصریح کرد: چند سال پیش آمریکا میلیون‌ها دلار برای تضعیف عزای حسینی و کم‌رنگ‌تر شدن حرکت جهانی اربعین حسینی هزینه کرد، اما چه شد؟ پیر و جوان، زن و مرد با بچه‌های صغیر و کبیر خود، با حمایت‌های دستگاه‌های دولتی و بخش خصوصی توانستند این حرکت عظیم حسینی را پررنگ‌تر از گذشته برگزار کنند.

وی افزود: حرکت میلیونی اربعین حسینی با حضور اقشار مختلف مردمی از سراسر دنیا بیش از میلیون‌ها بمب اتم که آمریکا در هیروشیما انداخت، برای نابودی استکبار و رژیم‌های کودک‌کش صهیونیستی، سعودی و آمریکا و سایر ایادی آنان اثرگذار است.

استاد انصاریان در بخش دیگری از سخنانش خطاب به کسانی‌که بضاعت مالی دارند، اظهارداشت: افرادی که بضاعت مالی دارند می‌توانند برای سفر زائران اربعین حسینی و علی‌الخصوص سفر اولی‌ها هزینه کنند و به دنیا و آخرت خود را رنگ و بوی حسینی ببخشند.

این استاد اخلاق با اشاره به روایتی از امام صادق(ع) اظهارداشت: روزی فرد شاعری به خانه امام صادق(ع) وارد شد، حضرت فرمود شنیده‌ام شعرهای خوبی در مصیبت جد ما خوانده‌ای و آیا می‌توانی برای ما هم بخوانی؟ فرد شاعر گفت: بله یابن رسول الله، و شروع کرد به نوحه‌خوانی از حضرت سید الشهدا(ع) وقتی نوحه‌خوانی شاعر تمام شد حضرت تمام زنان اهل خانه را که در پشت پرده‌ای حاضر بودند خطاب کرد که هر چه طلا و نقره دارید بدهید و خود حضرت هم هر چه پول داشت جمع کرد و به شاعر داد گفت این مزد تو نیست و فقط هدیه‌ای است از طرف ما، مزد تو را خود خداوند خواهد داد.

وی در پایان گفت: این روایت اهمیت موضوع و ارزش جایگاه هزینه کردن برای امام حسین(ع) را می‌رساند، لذا باید برای این مهم از یکدیگر گوی سبقت را بگیرید.

پایان پیام/49

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Persamaan Pembela Imam Mahdi afs Dengan Ali Al-akbar as


Pembela Imam Mahdi afs juga memiliki kriteria seperti Ali Al-akbar as, yakni ketika manusia mengenal Imam Zamannya dengan baik maka jiwa dan raganya akan dikorbankan untuk membela Imamnya.

Shabestan News Agency, mengenai sirah dan kehidupan Ali Al-akbar bin Husain as, Hujjatul Islam Muhammad Shadiqi menjelaskan bahwa dalam sebuah riwayatnya Imam Baqir as berkata “kenalilah Imamah, jika kalian mengenalnya maka itu tidak ada ruginya bagi kalian, baik kemunculan Al-hujjah disegerakan ataupun diakhirkan.” Dengan demikian mengenal Imam sangatlah penting bagi pengikut Syi’ah.

Begitu juga Ali Al-akbar as yang mengenal dan memahami Imam Husain as tidak sebagai ayahnya, akan tetapi Ali Al-akbar as melihat Imam Husain as sebagai Imam dan pemimpin setelah Rasulullah saww, sehingga ia syahid bersama Imam as.

Disebutkan dalam riwayat bahwasanya saat Hur bin Yazid Ar-riyahi (sebelum berada di barisan Imam Husain as) memasuki Karbala dan kemudian menutup jalan Imam as, Ali Al-akbar as untuk melindungi Imamnya terlebih dahulu meminta izin dari Imam Husain as.

Lebih lanjut Hujjatul Islam Shadiqi menuturkan, pembela Imam Mahdi afs juga memiliki kriteria seperti Ali Al-akbar as, yakni ketika manusia mengenal Imam Zamannya dengan baik maka jiwa dan raganya akan dikorbankan untuk membela Imamnya.

Satu hal yang harus diperhatikan ialah bahwa Ali Al-akbar as dan anak keturunan Ahlul Bait as tidaklah Makshum, mereka seperti halnya sahabat-sahabat Imam Makshum as, meskipun kedudukan mereka sangatlah tinggi namun mereka mencapainya dengan makrifatnya.

Meskipun orang-orang seperti Zuhair, Habib, Muslim bin Ausajah dan yang lainnya mereka bisa melakukan kesalahan, namun mereka orang-orang yang mengenal Imam Zamannya dengan baik dan menyertainya dengan jiwa dan raganya.

Mengenai hal ini Imam Ridha as berkata ”Syi’ah adalah orang yang bergerak di belakang Imamnya dan berjalan dimana Imam berjalan.”


انتظار به روایت «اَشبهُ الناس برسول الله(ص)»/شباهت انصارالحجه(عج) به حضرت علی اکبر(ع)

حجت الاسلام صادقی تاکید کرد: ویژگی مهم حضرت علی اکبر(ع) که متعدد درباره انصارالحجه(عج) نیز وارد شده، جان برکف و پا در رکاب بودن است و هیچ چیز بالاتر از آن نیست که انسان بعد از شناخت امام زمان خود، جانش را برای مولای خویش فدا کند.

حجت الاسلام محمد صادقی، کارشناس مهدوی درباره آموزه های منتظرانه در سیره و زندگانی حضرت علی اکبر(ع) در گفت وگو با خبرنگار مهدویت و غدیر خبرگزاری شبستان، اظهار کرد: در روایتی از وجود مقدس امام باقر(ع) است که می فرمایند: «امامت را بشناس اگر او را شناختی به تو ضرری نمی رسد، چه ظهور حضرت حجت(عج) تعجیل شود چه در آن تاخیر بیفتد.» این یعنی در نگاه اهل بیت(ع) اینکه شیعه امامش را بشناسد، اهمیت دارد.

وی تصریح کرد: چنان که وجود مقدس حضرت علی اکبر(ع) اینچنین بودند و به امام حسین(ع) به عنوان پدر نمی نگریستند، بلکه نگاه شان در همراهی با حضرت سیدالشهداء(ع) و شهادت در رکاب شان، به عنولان مولا و جانشین رسول خدا(ص) بود و با اینکه خود در مقامات بالایی از نظر علم و فضل قرار داشتند، همه جا پشت سر ولی و امام زمان شان حرکت کردند.

حجت الاسلام صادقی اضافه کرد: لذا وقتی بنابر نقلی، دشمن برای برخی از جوانان و اصحاب سپاه امام حسین(ع) امان نامه آورد، حضرت علی اکبر(ع) خود را پنهان کرد تا حتی صدای دشمن را نشنود اما بعد به دستور امام حسین(ع)، برای استقبال از فرستاده دشمن پیش آمد.

این کارشناس و خادم الشهداء در ادامه بیان کرد: همچنین، نقل است که وقتی حرّ در ورودی کربلا، راه سپاه سیدالشهداء(ع) را سد کرد، حضرت علی اکبر(ع) حتی برای دفاع از ولی خدا از ایشان اذن گرفت، همچنین است برای رفتن به میدان در روز عاشورا و هنگام آمدن حرّ به سپاه اگرچه او دل اهل بیت امام(ع) را لرزانده بوده اما حضرت علی اکبر(ع) در مواجهه با او نیز از امام حسین(ع) تبعیت می کند.


نمی شود امام زمان را نشناخت مگر عامداً

وی درباره حدیث پیامبر(ص) مبنی بر شناخت امام زمان، ابراز کرد: در این حدیث که به صورت متواتر از شیعه و اهل سنت نقل شده و فریقین آن را قبول دارند، پیامبر(ص) می فرمایند: «هر کس بمیرد و امام زمانش را نشناسد، به مرگ جاهلی مرده است»، نکته مهم آنکه انسان نمی تواند امام زمان خویش را نشناسند و خلیفه الهی را اشتباه بگیرد، مگر اینکه خود نخواهد و در پی فاصله گرفتن از امام و اهداف دیگر باشد.


وجه شباهت انصارالحجه به حضرت علی اکبر(ع)

صادقی درباره دیگر شاخصه انتظار در سیره حضرت علی اکبر(ع)، بیان کرد: ویژگی مهم ایشان که متعدد درباره انصارالحجه(عج) نیز وارد شده، جان برکف و پا در رکاب بودن است و هیچ چیز بالاتر از آن نیست که انسان بعد از شناخت امام زمان خود، جانش را برای مولای خویش فدا کند؛ لذا امام صادق(ع) درباره اینها می فرمایند: به بذل این جان هم منتی نمی گذارند. بی تردید این بیت وصف حال اصحاب امام حسین(ع) و یاران امام عصر(عج) است «سر چه باشد که نثار قدم دوست کنم/این متاعی است که هر بی سر و پایی دارد»؛ لذا در روایات است که یاران امام مهدی(عج)، فدا کردن جان برای حضرت حجت(عج) را کار مهمی قلمداد نمی کنند.

این کارشناس مذهبی تاکید کرد: با همین روحیه است که حضرت علی اکبر(ع) برای رفتن به میدان و شهادت در رکاب امام زمان خود بی قراری می کند، آنهم علی اکبری که «اَشبهُ الناس خَلقاً و خُلقاً و منطقاً برسول الله» است.


پیشتازی در شهادت طلبی در رکاب امام زمان

وی در ادامه با بیان اینکه بالاترین سعادت و فلاح و مقام و مدرک در هر دو دنیا شهادت است، گفت: اگر روحیه شهادت طلبی در انسان ایجاد شود، عمر و زندگی اش تباه نخواهد شد، به گفته سید شهیدان اهل قلم، شهید آوینی «اگر شهید نشویم، می میریم». حضرت علی اکبر(ع) در شاخصه شهادت طلبی در رکاب امام زمان خود هم شاخص و پیشتاز بودند.

صادقی درباره آموزه های سیره حضرت علی اکبر(ع) برای جوانان منتظر که در عصر غیبت به سر می برند، ابراز کرد: باید توجه داشت حضرت علی اکبر(ع) و دیگر فرزندان اهل بیت(ع)، معصوم نیستند و مانند دیگر اصحاب اند، اگرچه از نظر مقامات بالایند اما این مقامات در عین معمولی بودن شان کسب شده و حتی اگر امامزادگی آنها را دلیل بدانیم پس درباره اصحاب چه چیز باعث رسیدن به مقامات بالا شده است؟!

وی ادامه داد: کسانی همچون زُهیر، حبیب، مسلم بن عوسجه و ... اگرچه خطاهایی داشتند اما امام زمان خود را شناختند و ایشان را همراهی و از او تبعیت کردند، چنان که امام رضا(ع) خطاب به شیعیان قم و ری که به محضر ایشان در طوس مشرف شده بودند، فرمود: «شیعه یعنی کسی که پشت سر امامش حرکت می کند و جا پای امام خویش بگذارد»، این مضامین در زیارت جامعه کبیره و بسیاری دیگر از زیارات و ادعیه نظیر دعای افتتاح هم آمده است.


الگوگیری شهدای دفاع مقدس از حضرت علی اکبر(ع)

صادقی با بیان اینکه شهدای دفاع مقدس و مدافعان حرم به شهدای کربلا همچون وجود مقدس حضرت علی اکبر(ع) و حضرت ابوالفضل العباس و... تاسی کردند، تصریح کرد: جناب حرّ نمونه بارز از راه یافتگان به خیمه امام زمان از طریق معرفت به حجت الهی است یعنی تا معرفت حجت زمان را یافت امام زمان وی را پذیرفت، پس جوان امروزی هم می تواند با معرفت به امام عصر(عج) به خیمه ایشان راه یابد، راه سعادت بسته نیست و حتی در پست ترین جایگاه هم می توان امید به رشد و تعالی داشت.


این خادم الشهداء با تاکید بر لزوم ترویج این درس های عاشورایی برای منتظران در منابر و مجالس حسینی، ادامه داد: اینکه در روایت است که یک قطره اشک در رثای امام حسین(ع)، گناهان را می آمرزد و آن را مانند برگ درختان می ریزد برای امثال ما آلودگان به گناه است.

وی تاکید کرد: بنابر آیه شریفه «إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ» (30، فصلت) اگر آنها که ایمان آورده، بر معرفت و حق استقامت کنند ملائکه برشان نازل می شوند؛ لذا باید خاطرات شهدا و درس های انتظار در زندگی آنها نقل و تبلیغ شود، چنان که مقام معظم رهبری فرمودند من از شهدا درس و بهره می گیرم.

صادقی در پایان با اشاره به خاطره ای از شهادت شهید نوجوان «علی راستی» خاطرنشان کرد: فرمانده گردان این شهید دانش آموز که امروز هم جزء مدافعان حرم است، نقل می کند که بعد از عملیاتی که اجازه همراهی را به شهید راستی ندادیم متوجه نحیف و ضعیف شدن اش شدم و وقتی علت را پرسیدم گفتند: علی نذر و نیت روزه کرده و روزی صد رکعت نماز به امیرالمومنین(ع) هدیه می کند تا در عملیات بعدی باشد و به شهادت برسد و این فرمانده می گوید نهایتاً بعد از 19 روز روزه داری و خواندن 100 رکعت نماز در هر روز، حاجت روا شد ... اینها تاسی به سیره حضرت علی اکبر(ع) است و باید از خدا بخواهیم همراهی و شهادت در رکاب امام زمان(عج) را روزی ما نیز بگرداند.

پایان پیام/9

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Jalan Untuk Mencapai Kemunculan Imam Zaman afs Melalui Asyura


Dalam kebangkitan Imam Husain as juga memiliki tujuan yang sama dengan kebangkitan Imam Zaman afs, dimana tujuan dari kebangkitan Imam as ialah menegakkan keadilan dan melenyapkan kebatilan.

Shabestan News Agency, mengenai jalan untuk mencapai persiapan Intizhar Imam Zaman afs dengan melalui semangat Husaini, Hujjatul Islam Ali Ridha Pirouzmand menjelaskan bahwa berdasarkan yang disebutkan dalam riwayat bahwasanya salah satu pencapaian penting yang akan dilakukan dalam kebangkitan Imam Zaman afs ialah penegakkan keadilan.

Sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat-riwayat bahwasanya Imam Zaman afs melakukan kebangkitan untuk menegakkan keadilan, dimana dikatakan “(dengannya) Allah swt akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi kezhaliman dan kerusakan.”

Dalam kebangkitan Imam Husain as juga memiliki tujuan yang sama dengan kebangkitan Imam Zaman afs, dimana tujuan dari kebangkitan Imam as ialah menegakkan keadilan dan melenyapkan kebatilan.
Dalam ucapannya Imam Husain as berkata “tujuanku adalah untuk menegakkan amar makruf dan nahi munkar serta aku bergerak di jalan datukku Rasulullah saww dan ayahku Ali bin Abi Thalib as.”

Dalam ucapan lainnya, saat menjelaskan tentang sebab kebangkitannya Imam Husain as berkata “apakah kalian semua tidak melihat sunnah (nabi) telah hilang sementara kebatilan merajalela?.

Selain itu kesamaan antara kebangkitan Imam Husain as dan Imam Zaman afs ialah bahwasanya kedua Imam ini sama-sama bangkit untuk menghilangkan peyimpangan-penyimpangan yang terjadi di masanya dan menghidupkan kembali jalan Islam yang murni, demikian jelasnya.

راه رسیدن به ظهور از عاشورا

محصول تمام تلاش امام حسین(علیه السلام) در حق گویی و باطل ستیزی در زمانى تحقق مى يابد كه مهدى آن سلاله انبياء و فرزند پيامبر اسلام (علیه السلام) ظاهر شود، همان کسی که صفحه زمين را پر از عدل و داد كند، آن گونه كه از ظلم و جور پر شده باشد.

به گزارش خبرنگار گروه مهدویت و غدیر خبرگزاری شبستان ، بی تردید عاشورا و كربلا با گذشت زمان از صورت يك حادثه تاريخى بيرون آمده و تبديل به يك مكتب شده است، مكتبى انسان ساز و افتخارآفرين! نه تنها براى مسلمين جهان بلكه از مرزهاى اسلام نيز فراتر رفته و طبق مدارك موجود، تحسين بسيارى از متفكّران جهان را برانگيخته و از باب «كلّ أرض كربلا و كلّ يوم عاشورا» از آن به عنوان الگويى براى نجات و رهايى ملّت هاى مظلوم و ستمديده ياد مى كنند، و مكتبش را مكتب ظلم ستيزى و زندگى با عزّت و شرف و آزادى مى دانند.

و اینگونه است که ترك هر گونه همكارى و هماهنگى با عوامل ظلم و فساد و حتى مبارزه و درگيرى با آنها از يك سو، و خودسازى و خوديارى و جلب آمادگى هاى جسمى و روحى و مادى و معنوى براى شكل گرفتن حكومت واحد جهانى و مردمى از سوى ديگر، به عنوان مولفه ای سازنده و عامل تحرّك و آگاهى و بيداری موید پیوند عمیق عاشورا و ظهور خواهد بود و مفهوم اصلى «انتظار» را در خيمه حضرت مهدى عليه السلام شکل می دهد.(1)


با این مقدمه نظر کارشناسان را درباره پیوند عاشورا و مهدویت جویا شده ایم که مشروح آن به حضورتان تقدیم می شود:

حجت الاسلام والمسلمین علیرضا پیروزمند، عضو هیئت علمى و قائم مقام فرهنگستان علوم اسلامی قم درباره راه رسیدن از شور و شعور حسینی به انتظار زمینه ساز، گفت: بنابر تصریح روایات، اقامه قسط و عدل یکی از مهمترین دستاوردهای قیام امام عصر عجل الله تعالی فرجه خواهد بود «یَملَأُ الله بِهِ الاَرضَ قِسطاً وَ عَدلاً کَما مُلِئَت ظُلماً و جَورا»؛ بنابراین، شعار حضرت(عج)، اقامه قسط و عدل آن هم در عمل و در مقیاس جهانی است. اگر بنا باشد این هدف را به صورت فردی نیز در نظر بگیریم باید گفت هدف از ظهور، نفی ظلم و جور و برچیده شدن بساط آن و سلب قدرت از آنها است برای اینکه نتوانند انحراف عینی و عملی خود را ادامه دهند.

وی اضافه کرد: در قیام حضرت سیدالشهداء علیه السلام نیز ایشان اهدافی مشابه را برای قیام خود عنوان کرده اند، چراکه ایشان نیز هدف قیام خود را اقامه عدل و نفی اقامه باطل بیان کرده و فرمودند: «هدف من امر به معروف و نهی از منکر و حرکت براساس سیره جدم رسول خدا صلی الله علیه وآله وسلم و پدرم علی ابی طالب علیه السلام است». این یعنی ادامه تلاش عملی و عینی برای تحقق قسط و عدل.


قیام امام حسین(ع) و فرزندشان مقابل انحرافات اجتماعی

پیروزمند تاکید کرد: حلقه دیگرِ اتصال قیام سیدالشهداء علیه السلام به ظهور، آن است که هم در زمان امام حسین علیه السلام، ایشان مقابل یک انحراف عینیِ اجتماعی به پا خاستند و هم در زمان حضرت حجت عجل الله تعالی فرجه این اتفاق تکرار شده و یک انحراف عملی و ظلم فراگیر بر دنیا مسلط می شود که تنها به دست با کفایت امام عصر(عج) برطرف شده و دنیا به سمت قسط و عدل حرکت خواهد کرد.

وی در پایان خاطرنشان کرد: کسانی که در کشتی هدایت حضرت سیدالشهدا علیه السلام راه یابند «ان الحسین مصباح الهدی و سفینة النجاة» نمی توانند نسبت به اقامه قسط و عدل و نسبت به نفی ظلم و جور به صورت اجتماعی و جهانی بی تفاوت باشند، بلکه تلاش خود را برای این مسیر مضاعف خواهند کرد و همین عامل، مبدأ پیوند عاشورائیان با مهدوی باوران و مهدی یاوران خواهد بود.


راه امام حسین(ع) در عاشورا محصور نماند

همچنین، حجت الاسلام محمدمهدی یاوری، مسئول واحد تحصیلات تکمیلی مرکز تخصصی مهدویت درباره پیوندهای عاشورا با مهدویت بیان کرد: راه امام حسین (ع) راهی نبود که تنها به عاشورای 61 هجری و یا کربلای معلی خلاصه شود، بلکه هدف ایشان خدایی بود و خداوند نیز این اقدام را جاودانه کرد، چنان که امام حسین(ع) در گودی قتلگاه و در لحظات پایانی عمر فرمودند: «إلهِى رِضًى بِقَضائِکَ تَسلِیمًا لأمْرِکَ؛ خشنود به قضاي تو و تسليم امر و فرمانت هستم» و طبیعتا فردی که تسلیم خداوند است، راهش نیز پایدار می شود.

وی ادامه داد: امام حسین (ع) در بیان اهداف قیام خود در نامه یا وصیت نامه شان به محمدبن حنفیه می فرمایند: «أُرِيدُ أَنْ آمُرَ بِالْمَعْرُوفِ وَ أَنْهَى عَنِ الْمُنْكَر وَ أَسِيرَ بِسِيرَةِ جَدِّي؛ می خواهم امر به معروف و نهی از منکر انجام دهم و به سیره جدم رسول الله عمل کنم» یعنی ایشان بنا دارند براساس دین اسلام عمل کنند و امام مهدی(عج) نیز همین گونه عمل خواهند کرد.

یاوری با بیان اینکه شجاعت و اقتدار سران و فرماندهان یک جریان موجب پایداری و ماندگاری آن می شود، تصریح کرد: امام حسین(ع) و یارانشان در اوج ایستادگی، مقاومت، شجاعت، پایداری در فکر، حرکت، رفتار و بیان قرار داشتند و حتی در رجزهای روز عاشورا و یا عرایض شان در محضر امام حسین(ع) در شب عاشورا، عظمت شخصیت و شجاعت آنها مشهود است و همین موجب ماندگاری این راه می شود و بعدها اسرای کربلا این عظمت ها را نمایان می کنند.

مسئول واحد تحصیلات تکمیلی مرکز تخصصی مهدویت اضافه کرد: در روایات پیرامون شجاعت و استقامت یاران امام مهدی(عج) نیز مطالب بسیاری آمده، مثل آن که این یاران مانند پاره های آهن هستند یا اگر اراده کنند کوه ها را جابجا خواهند کرد و همین حلقه وصل عاشورائیان با مهدی یاوران است.

وی در پاسخ به این سوال که چه درسی از مولفه ها و رموز ماندگاری و پایداری قیام عاشورا برای پیوستن به حکومت تاریخ ساز مهدوی می توان گرفت، خاطرنشان کرد: برای پیوند با نهضت عاشورا و حرکت در مسیر ظهور باید حرکت برای خدا، خداخواهی، حرکت در مدار دین، شناخت و عمل کردن به دین را در دستور کار قرار دهیم و به فراگیر بودن برنامه ها برای رشد و تعالی، شجاعت در مسیر حق، محکم حرکت کردن، تلاش برای برقراری عدالت فردی و اجتماعی و پیوند خوردن با قرآن و اهداف قرآنی را مورد توجه قرار دهیم تا در مسیر حکومت مهدوی حرکت کنیم.


مبارزه حق و باطل همچنان ادامه دارد

بنابر آنچه بیان شد، مبارزه حق و باطل همچنان ادامه دارد، و تا زمانى كه حكومت حق سراسر جهان را در برگيرد و باطل نابود گردد، و تا تحقق کامل آیۀ شریفۀ «وَ قُلْ جاءَ الْحَقُّ وَ زَهَقَ الْباطِلُ انَّ الْباطِلَ كانَ زَهُوقاً؛ و بگو: «حق آمد، و باطل نابود شد، يقيناً باطل نابودشدنى است» در سايه ظهور حضرت مهدى «عجل الله تعالى فرجه الشريف» اين مبارزه ادامه خواهد داشت.

لذا محصول تمام تلاش امام حسین(علیه السلام) در حق گویی و باطل ستیزی در زمانى تحقق مى يابد كه مهدى آن سلاله انبياء و فرزند پيامبر اسلام (علیه السلام) ظاهر شود، همان كسى كه همه مسلمانان اين حديث را درباره او از پيامبر (علیه السلام) نقل كرده اند:«لو لم يبق من الدنيا الا يوم لطول اللَّه ذلك اليوم حتى يلى رجل من عترتى، اسمه اسمى، يملأ الارض عدلا و قسطا كما ملئت ظلما و جورا؛ اگر از عمر دنيا جز يك روز باقى نماند خداوند آن يك روز را آن قدر طولانى مى كند تا مردى از دودمان من كه نامش نام من است حاكم بر زمين شود، و صفحه زمين را پر از عدل و داد كند، آن گونه كه از ظلم و جور پر شده باشد».(2)


پی نوشت:

1-پایگاه اطلاع رسانی دفتر حضرت آیت الله العظمی مکارم شیرازی؛

2-همان.

پایان پیام/9

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Menangisi Imam Husain as dan Pelajaran Dari Kebangkitan Asyura


Sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat Ahlul Bait as bahwasanya mengadakan majlis duka untuk Imam Husain as memiliki pahala yan tidak seidkit, dan menangisi Imam Husain as akan menaikan derajat maknawi manusia.

Hal ini disampaikan Hujjatul Islam Sayyid Muhammad Naqib dalam kajian Muharamnya saat menjelaskan bahwa Syi’ah menilai bahwa mengadakan majlis duka untuk Imam Husain as termasuk ibadah. Hal ini bermakna bahwa majlis duka yang diadakan untuk mengenang musibah Imam Husain as akan diberikan pahal khusus oleh Allah swt.

Dijelaskannya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat Ahlul Bait as bahwasanya mengadakan majlis duka untuk Imam Husain as memiliki pahala yan tidak seidkit, dan menangisi Imam Husain as akan menaikan derajat maknawi manusia.

Salah satu di antara akhlaq yang bisa kita saksikan dalam kebangkitan Asyura ialah kesabaran dan ketabahannya. Kesabaran ini diajarkan Imam Husain as kepada kita semua ialah mulai sejak ia berada di Madinah, dan saat berada di Mekkah yang saat itu bertepatan dengan musim haji Imam as menggunakan kesempatan tersebut untuk berbicara dan menyampaikan pesannya kepada orang-orang.

Kesabaran yang dimiliki para anbiya Ilahi sebagaimana hal ini disebutkan di dalam Al-Qur’an juag diberikan kepada Imam Husain as dan Sayyidah Zainab sa.

Salah satu tujuan utama kebangkitan Imam Husain as ialah untuk melakuka amar makruf dan nahi munkar dalam menghidupkan kembali agama datuknya.

مجالس حسینی؛ دانشگاه قرب و ساده زیستی است نه بازار فخرفروشی

پژوهشگر سیره اهل بیت(ع) با تاکید بر لزوم برپایی مجالس حسینی به شیوه سنتی و در عین سادگی، گفت: متاسفانه، ما گاهی امر مقدسی را به سمت هدف غیرمقدس می بریم، برای مثال به مجلس امام حسین(ع) می رویم چون می دانیم فلان چهره معروف در آن مجلس حضور دارد!

حجت الاسلام سید محمد نقیب، معاون آموزشی و تحصیلات تکمیلی دانشگاه علوم و معارف قرآن کریم در گفت وگو با خبرنگار گروه اندیشه خبرگزاری شبستان، با بیان اینکه شیعه روضه برای حضرت سیدالشهداء(ع) را جزو اعمال عبادی می داند، گفت: این سخن بدان معناست که مجلس ذکر مصیبت حضرت اباعبدالله الحسین(ع) را در میان آن دسته از اعمال می دانیم که خداوند برایش ثواب مشخص کرده، البته گریه و روضه خوانی برای امام حسین(ع) طبق آنچه که در لسان اهل بیت(ع) آمده است، ثواب دارد و نیز گریه برای امام حسین(ع) سبب ارتقای معنوی انسان می شود.

وی با بیان اینکه نیت در تمامی اعمال عبادی اهمیت دارد، گفت: ما معتقدیم کسی که نیت کرده باشد، ارتقای اخروی هم پیدا می کند، به این معنا که فردی کار نیک انجام می دهد، این کار خیر نه تنها در دنیا برای او تاثیرات مثبتی به همراه دارد بلکه در آخرت نیز به درجه او اضافه می کند، بنابر این، اصل نیت است و در مجلس عزاداری سیدالشهدا(ع) نیز این نیت است که کیفیت مجلس را مشخص می کند نَه اسراف و تجمل گرایی که اگر این چنین باشد عملا از اهداف حضرت سیدالشهداء(ع) دور شده ایم.

نقیب ادامه داد: برای مثال من نوعی جلسه روضه می گیرم تا دیگران بگویند فلانی خوب است، من روضه می گیرم تا پولم را به رخ بکشم، مجلس عزاداری برگزار می کنم و از فلان مداح معروف هم دعوت می کنم تا دیگران شگفتزده شوند که چه طور توانستم چنین مجلسی را برگزار کنم؛ این قبیل کارها هیچ اجر اخروی ندارد چون برای خدا کار نکرده ایم بلکه قصد داشتیم که دیگران انگشت به دهان بمانند.

وی تاکید کرد: بنابر این، وقتی که افراد در این مجالس حضور یافته و در شگفت از نوع برگزاری مجلس شدند و به قول معروف تعریف هم کردند، بانی مجلس در واقع به هدف خودش که تعریف و تمجید مردم بود رسیده است، که اگر هدف و نیت واقعی داشت مجلسی ساده برگزار می کرد تا تنها جنبه ساده و بی تکلف بودن را که سیره ائمه(ع) است، رواج دهد بلکه بتواند همه مردم را در مجلس خود جای دهد نه افرادی که صرفاً تجمل گرایی برایشان اهمیت دارد.

معاون آموزشی و تحصیلات تکمیلی دانشگاه علوم و معارف قرآن کریم اظهار کرد: به عبارت دیگر، خداوند آن اعمالی را می پذیرد که خالص برای او باشد و اگرنه باقی اعمال که با نیتی جز رضای خداوند باشد هرچند که ثواب دارد اما نتیجه آن در همین دنیا می ماند؛ یعنی اگر منتظر تعریف مردم بوده ایم مردم آمدند و در مجلس شرکت کردند و اتفاقا تعریف کرده و وصف مجلس را برای این و آن هم گفتند، و یا با تجمل طلبی و اسراف در مجالس حسینی بدعت گذاری کردیم، نباید انتظار اجر اخروی و دیگر ثواب های تصریح شده در روایات را داشته باشیم.


مجلس امام حسین(ع) دانشگاه صبر و ساده زیستی است نه بازار تجمل گرایی

وی اضافه کرد: البته آن روی سکه هستند افرادی که تعمدا به مجالس اینچنینی می روند، مثلا مجلس فلان بازیگر یا فوتبالیست می روند چون او شخص معروفی است و از این طریق سعی می کنند خود را مطرح کنند و بگویند در مجلس فلانی حضور داشتم، این مسائل اصلا اهدافی را که از برگزاری مجالس حسینی مد نظر است، محقق نمی کند، ما به مجلس امام حسین(ع) می آییم که آزادگی، صبر، استقامت، ساده زیستی را بیاموزیم نه فخرفروشی و تجمل گرایی.

نقیب در بخش دیگری از مباحث خود با تاکید بر اینکه هدف از برگزاری مجالس حسینی آن است که در عمل پیرو حضرت سیدالشهدا(ع) باشیم، بیان کرد: در مورد اهل بیت(ع) می گوییم آن حضرات(ع) هم مخلِص و هم مخلَص بودند. پس ما نیز اگر بخواهیم جزو مخلصین باشیم باید غیر خدا را در نیت مان شریک نکنیم. مساله نیت قرب و ارتقای معنوی موضوعی است که هرگز با چشم و هم چشمی گری ها، تجمل گرایی ها و اسراف کاری ها محقق نمی شود، گاهی حتی برخی مومنان و متدینان جامعه گرفتار این ماجرا می شوند و این یک آسیب است. لذا باید سیره اهل بیت(ع) در عزاداری ها شیوه ما باشد.

وی با اشاره به اهمیت بیان اهداف امام حسین(ع) از قیام کربلا در مجالس حسینی، گفت: سیدالشهدا(ع) به این دلیل از همه چیز گذشت و قیام کرد که در آن زمان هیچ چیز از دین پیامبر(ص) به درستی اجرا نمی شد. حضرت(ع) بنابر حدیثی معروفی برای زنده کردن دین جدشان و امر به معروف و نهی از منکر قیام کردند و امروز وظیفه ما این است که همین مولفه ها را جامعه زنده کنیم نه اینکه با انواع و اقسام مراسم های تجمل گرایانه اسراف کنیم، یا آن قدر مجلاس را طولانی بگیریم که افراد نمازشان قضا شود در حالی که امام حسین(ع) در بحبوبه جنگ، نماز اول وقت خود را از رها نکرد.


در برخی مجالس سینه زنی را هدف کرده ایم

استاد دانشگاه ادامه داد: در برخی مجالس سینه زنی را هدف کرده ایم در حالی که هدف اصلی امام حسین(ع) نماز و توجه به شعائر دین بود؛ این یعنی جابجایی اهداف، در حالی که در دین ما از اسراف و تبذیر پرهیز داده شده اما اکنون در برحی مجالس گرفتار هر دو هستیم؛ چنان که چند برابر نیاز غذا آماده می کنیم در حالی که بسیاری از مردم گرفتار مشکلات اقتصادی هستند و بعد اضافه غذا را نه تنها بین فقرا تقسیم نمی کنیم که دور می ریزیم. کجای این روش را اهل بیت(ع) تایید می کنند؟

وی تصریح کرد: قطعاً ائمه علیهم السلام با این روش موافق نیستند، بعد تصور کنید که این قبیل رویکرد ها به نام یک امر و عملکرد مقدس با هدف غیر مقدس استفاده می شود. متاسفانه ما گاهی امر مقدسی را به سمت هدف غیرمقدس می بریم، برای مثال به مجلس امام حسین(ع) می رویم چون می دانیم فلان چهره معروف در آن مجلس حضور دارد. یعنی برای حضرت(ع) نمی رویم برای تفاخر می رویم. این در حالی است که در قرآن از توجه به کسی که خدا از نعمت دنیا به او چیزی داده، نهی شده است.

نقیب در پایان خاطرنشان کرد: بنابر این، مجالس امام حسین(ع) باید به همان شکل سنتی خودش برگزار شود یعنی در نهایت سادگی و به دور از اسراف و تبذیر و فخرفروشی و تنها هدف، ارتقای معنوی دین باشد.

پایان پیام/248

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kebangkitan Imam Husain as Yang Dibutuhkan Dalam Kehidupan Manusia


Berdasarkan hal ini maka agama Ilahi dan jalan yang hak berada dalam bahaya, dan butuh pada kelanjutan kebangkitan Husaini untuk menghadapinya.

Hal ini disampaikan Ayatullah Fathimi-niya dalam kajian Muharamnya saat menjelaskan bahwa generasi muda saat ini pada fitrahnya haus akan maarif Ilahi.

Dijelaskannya, sebagaimana yang dikatakan Rasululah saww dalam riwayatnya “barang siapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui maka Allah swt akan menambahkan ilmunya,” dengan demikian para generasi muda di samping menuntut ilmu-ilmu agama mereka juga harus mengamalkan apa yang diketahuinya dari para ulama.

Selain itu mengenai kebangkitan Imam Husain as, Ayatullah Fathimi-niya menjelaskan bahwa kebangkitan Imam Husain as adalah kebangkitan ilmu.

Setiap orang tidak bisa dengan hanya membaca beberapa kitab atau hadits lantas ia mengatakan hadits dengan pendapatnya sendiri, akan tetapi untuk melakukannya ia harus mempelajari dengan baik ilmu tentang hadits dan ilmu yang lainnya secara mendalam.

Imam Husain as mengetahui bahwasanya keluarga-keluarga keturunan Jahiliyah (keluarga Umawi, keluarga Sufyan, keluarga Marwan dan lain sebagainya) mereka akan dengan mudahnya meguasai umat saat ini, dan setelah menguasainya maka tidak akan yang tersisa dari agama dan umat Islam.

Imam as juga mengetahui bahwa aliran batil dan sesat akan selalu bermunculan dan terulang sepanjang sejarah, dan dengan semakin majunya zaman mereka akan menggunakan metode berbeda dan tujuan yang lebih berbahaya lagi.

Berdasarkan hal ini maka agama Ilahi dan jalan yang hak berada dalam bahaya, dan butuh pada kelanjutan kebangkitan Husaini untuk menghadapinya.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kebangkitan Imam Husain as Untuk Hidupkan Kembali Sunah Rasulullah Saww


Pada hakikatnya kebangkitan Imam Husain as adalah untuk menghidupkan sunnah Rasul saww, sebagaimana yang dikatakan Imam as “aku ingin mengembalikan jalan datukku”.

Shabestan News Agency, Berkaitan dengan falsafah politik kebangkitan Imam Husain as dan Asyura, Hujjatul Islam Sayyid Sajjad Izdahi menjelaskan bahwa dengan melihat pada kebangkitan Imam Husain as yang terjadi di tanah Islam dan orang-orang yang turut serta dalam menentang Imam as secara zahir mereka adalah orang-orang muslim, dengan demikian tujuan dasar dari kebangkitan Imam Husain as ini bukanlah ibadah, shalat, puasa dan lain sebagainya.

Pembahasan utama kebangkitan Asyura bukanlah seruan kepada non muslim untuk melaksanakan shalat, akan tetapi masalah utamanya ialah ruh agama Islam itu sendiri.

Pasca wafatnya Rasulullah saww banyak hal yang terjadi di dunia Islam. Dalam 25 tahun kepemimpinan khalifah dan 20 tahun kepemimpinan Muawiyah banyak di antara hakim dan pejabat-pejabatnya yang tidak tahu apa-apa tentang Islam atau sebelumnya mereka berada di barisan orang-orang yang menentang Rasul saww, namun kemudian mereka menjadi orang yang turut mengatur pemerintahan Islam.

Pada saat memulai kebangkitannya Rasul saww berusaha untuk menghapuskan ajaran Jahiliyah. Namun pasca wafatnya Rasulullah saww terutama setelah Yazid berkuasa sedikitpun tidak ada yang tersisa dari Islam.

Pada hakikatnya kebangkitan Imam Husain as adalah untuk menghidupkan sunnah Rasul saww, sebagaimana yang dikatakan Imam as “aku ingin mengembalikan jalan datukku”.
Dan apa yang ada dalam sirah Imam Husain as maka semua kembali pada apa yang ada pada sirah Rasul saww, demikian jelasnya.

مشکلات جهان اسلام هنگام واقعه عاشورا فراتر از مسئله حاکمیت بود

ایزدهی گفت: امام حسین(ع) اگر به دنبال قیام در ابتدای کار بود، طبیعتاً به مکه نمی رفت اما بعد از مشاهده اقبال عمومی در عراق، مردم حجت را بر امام(ع) تمام کردند و حضرت(ع) به سمت کوفه رفت تا با حاکم آنجا مواجهه شود، اما مسئله فقط حاکمیت سیاسی نبود.

به گزارش گروه اندیشه خبرگزاری شبستان به نقل از طلیعه، حجت‌الاسلام سیدسجاد ایزدهی، مدیر گروه سیاست پژوهشگاه فرهنگ و اندیشه اسلامی، درباره فلسفه سیاسی قیام امام حسین(ع) و نهضت عاشورا گفت: با توجه به اینکه قیام امام حسین(ع) در سرزمین اسلامی صورت گرفت و کسانی که در این قیام شرکت کردند از جمله مخالفانی بودند که به ظاهر مسلمان محسوب می شدند، هدف اساسی از این قیام، عبادات و نماز و روزه و ظواهر مسلمانان نبود.

ایزدهی اضافه کرد: مساله اصلی قیام عاشورا دعوت غیرمسلمانان به خواندن نماز نبود بلکه مساله اصلی روح دین اسلام بود. بعد از رحلت پیامبر(ص) اتفاقاتی در جهان اسلام روی داد. ۲۵ سال خلفا و ۲۰ سال معاویه حکومت کرده بودند و در این سال ها حاکمان و کارگزاران جهان اسلام یا اطلاع درستی از اسلام نداشتند و یا در جبهه مخالف در زمان پیامبر(ص) قرار داشتند و بعدها خودشان را به کارگزاری نظام اسلامی تحمیل کردند و عملا ذات اسلام را از محتوای اصیل آن تهی کردند و تنها پوسته ظاهری از اسلام باقی ماند که آن پوسته هم اعمال و عبادات ظاهری بود و روح اسلام که هدایت و عدالت و سعادت بود از جامعه اسلامی رخت بربسته بود.

ایزدهی ابراز کرد: زمانی که پیامبر(ص) قیام خود را آغاز کردند، به دنبال از بین بردن جهالت بودند اما جهالت نوین جای آن را گرفت و فساد نوین ایجاد شد. مساوات و عدالت با ظهور پیامبر(ص) بین مردم شکل گرفت اما بعد از رحلت ایشان تبعیض های فراوان بین مردم رواج یافت؛ پیامبر(ص) موضوع قبایل را در حاشیه امت اسلامی قرار داده بودند اما بعدها بحث قبیله گری و نژاد، محور برتری قرار گرفت.


بازگشت جامعه به عصر جاهلیت

عضو هیأت علمی پژوهشگاه فرهنگ و اندیشه اسلامی گفت: آنچه از اساس محور قیام امام حسین(ع) تلقی می شود، بازگرداندن حیات به جامعه اسلامی بود پس از آنکه پوسته ظاهری از حیات نباتی اسلامی باقی مانده بود. حیات نباتی فاقد روح است اما به شکل ظاهری رشد می کند و موجب جهش و تکامل نمی شود. وقتی پیامبر(ص) مساله قناعت و پارسایی کارگزاران را مطرح می کردند، در سالیان پس از ایشان، فضا مجددا به دوران جاهلیت بازگشت.

وی بیان کرد: با وجود اینکه این وضعیت بعد از پیامبر(ص) در زمان خلفا ادامه پیدا کرد اما تا قبل از حکومت یزید به ظواهری از اساس اسلام باور و اعتقاد وجود داشت اما در زمان یزید ظاهر اسلام هم مدنظر قرار نمی گیرد. هنر امام حسین(ع) در این بود که روح رفته از کالبد جهان اسلام را به آن برگرداند تا تاثیرگذار شود. روح موجب حرکت و حیات می شود و الا کالبد از هم متلاشی خواهد شد.

ایزدهی ابراز کرد: اساس فلسفه امام حسین(ع) احیای سنت پیامبر(ص) است لذا برای بررسی فلسفه سیاسی قیام امام حسین(ع) باید بدانیم فلسفه قیام پیامبر(ص) چه بود و منبع و خاستگاه اصلی ارزش های اسلامی را بازخوانی کنیم؛ طبق این گفته امام حسین(ع) که «می خواهم به سیره جدم بازگشت کنم». هر آنچه که در سیره امام حسین(ع) و قیام او می بینیم، بازگشت به آن چیزی است که در سیره پیامبر(ص) وجود داشت و در زمان خلفا تضعیف شده بود و از زمان امام حسین(ع) عملا بحث نابودی آن مطرح شد، لذا امام(ع) خود را مکلف دید تا با این پدیده مخالفت کند.

وی تاکید کرد: فرآیند قیام امام حسین(ع) علاوه بر بازگشت از خلافت نامشروع، بازگشت به ارزش های بنیادینی که پیامبر(ص) بعد از جاهلیت آنها را ایجاد کرده بود مانند عدم تبعیض و مساوات، رفع اشرافی گری، دوری از لذت های نامشروع، سعادت محوری و حاکمیت فرهیختگان و به معنای کامل بحث اطاعت و عبادت خداوند و ارزش های انسانی. این مولفه ها شامل فلسفه های قیام عاشورا می‌شوند.


رواج جاهلیت مدرن در دنیای امروز

ایزدهی به وجود جاهلیت مدرن اشاره کرد و گفت: امروز فرهنگ جاهلیت مدرن در جهان اسلام به وجود آمده و همچنان در بسیاری از کشورهای جهان اسلام حاکمان ناشایست و کارگزاران نامشروع که بر اساس نظام قبیله اداره می شوند، اسلام و ارزش های انسانی را مدنظر قرار نمی دهند؛ مساوات بین مردم در بهره گیری از منابع را مدنظر قرار نمی دهند و با دشمنان اسلام همچون اسرائیل همکاری می کنند.

وی ادامه داد: امروز هم در جهان اسلام کارگزارانی فاقد ارزش های انسانی وجود دارند. در اینجا قیامی مانند قیام امام حسین(ع) باید مد نظر قرار بگیرد اما استراتژی مبارزه چیست؟ مسائل کنونی جهان اسلام همان مساله گذشته هستند همچون ارائه فرهنگ حسینی که بازگشت به ارزش هاست در سطح حاکمان و امت اسلامی.

ایزدهی درباره شبهاتی که در جهت تخریب قیام امام حسین(ع) و در راستای قدرت‌طلبی سیدالشهداء(ع) بیان می شود، گفت: قیام امام مقوله تک بعدی نیست بلکه معادله ای است که از چند جهت قابل بررسی است. از یک بعد موضوع حاکمیت جور مطرح است، طبق گفته پیامبر(ص) خانواده ابوسفیان شایستگی حکومت نداشتند. پس از مرگ معاویه بر اساس صلح نامه ای که با امام حسن(ع) منعقد شده بود، نمی باید کسی از قبل برای حاکمیت تعیین می شد، اما انتخاب یزید به عنوان خلیفه، خلاف عهدنامه ای بود که امام(ع) با معاویه منعقد کرده بود.

وی اظهار کرد: حاکمیت سیاسی یزید چه از حیث شایستگی و چه از لحاظ دینی و چه از نظر قرارداد اجتماعی نامشروع بود، لذا امام حسین(ع) نمی توانست با وی بیعت کند. یکی از مواردی که می تواند علت قیام تلقی شود، حاکمیت است. امام حسین(ع) اساساً دارای مشروعیت برای حکومت است اما حاکمیت سیاسی باید با حمایت و پشتیبانی مردم صورت بگیرد.


مشکلات جهان اسلام فراتر از حاکمیت بود

استاد حوزه تصریح کرد: امام حسین(ع) اگر به دنبال قیام در ابتدای کار بود، طبیعتاً به مکه نمی رفت اما بعد از مشاهده اقبال عمومی در عراق، مردم حجت را بر امام(ع) تمام کردند و حضرت(ع) به سمت کوفه رفت تا با حاکم آنجا مواجهه شود، اما مساله فقط حاکمیت سیاسی نبود. در جهان اسلام فارغ از حاکمیت سیاسی که البته حق اهل بیت(ع) است و با حمایت مردم فعلیت پیدا می کند، مشکلات جهان اسلام فراگیرتر از این موضوعات بود.

عضو هیأت علمی پژوهشگاه فرهنگ و اندیشه اسلامی اظهار کرد: یکی از مسائلی که خارج از حاکمیت، امام حسین(ع)‌ با آن مواجهه بود، آشنایی مردم نسبت به واقعیات جهان اسلام بود لذا هدف گذاری امام(ع) در حرکت به سوی مکه و مدینه و در زمان حج است که بیشترین تعداد از مردم حاضر هستند تا روشنگری درباره انحراف در خلافت و جهان اسلام کند. یکی از مسائل دیگر روشنگری درباره نخبگان است. امام(ع) برای افراد زیادی در مکه و مدینه روشنگری کردند.


اتفاق بزرگی باید نگاه مردم را عوض کند

ایزدهی ادامه داد: امام قیام نکرد تا شهید شود اما از نظر سنت الهی، اتفاق بزرگی باید نگاه مردم را عوض کند. جهان اسلام حرکت خزنده و پنهانی را آغاز کرده بود که به تدریج فرهنگ عمومی مردم تغییر کرد و نگاه ها عوض شد. باید نگاه مهم و جدی رخ می داد که صدای بلندی در جهان اسلام و زمان بعد از خود ایجاد کند تا مردم را از خواب بیدار کند و نظام حاکم را از بین ببرد.

وی تصریح کرد: بعد از واقعه عاشورا هیچ کس از اقدام یزید حمایت نکرد. تحرک بخشیدن به جهان اسلام جز به واسطه امر مهمی رخ نمی داد. مقوله قیام امام را نمی توان تک بعدی معنا کرد که صرفا برای قیام و یا برای روشنگری بود در حالی که مجموعه ای از این عوامل را شامل می شد که امام با درایت و موضوع شناسی از جامعه خود دست به این اقدام زد.

مدیر گروه سیاست پژوهشگاه فرهنگ و اندیشه اسلامی در پایان گفت: امام حسین(ع) علم داشت که به شهادت می رسد اما وظیفه خود می دانست برای حیات اسلام و بازگرداندن روح حاکم بر اسلام روشنگری کند. اگر مردم اصلاح می شدند و یا قیام می کردند و به شهادت می رسیدند، هر دو اتفاق مطلوبی بود و در نهایت «اِحدی الحُسنَیین» می شود. اگر امام(ع) برای قیام در جهان اسلام موفق شود، خیر است و در غیر این صورت در سایه روشنگری و هدایت و شهادت جهان اسلام به خطوط تعیین شده پیامبر(ص) بازمی گردد که آن هم مطلوب است.

پایان پیام/9

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: