Oleh: Iyyas Subiakto
Beberapa hari ini Hafis Rais mengembek lagi dan menyerang pemerintah, membodohi orang bodoh dan memanas-manasi orang islam yang demam surga, takut neraka tapi membangun jalan kesana.
Tulisan Kang Hasan sudah menohok ke jantung mereka, andai saja mereka punya malu, harakiri saja tidak cukup, harus ditambah teriakan “Aku membodohi Tuhan”, iya karena telah memutar balikkan fakta dan kebenaran, mengarang cerita bohong yang akut. Amin Rais, pahlawan bekas ini membangun opini dari mulai Ahok korupsi sampai Jokowi PKI, kini sifat jelek itu ditauladani anaknya sendiri, menyalahkan Jokowi membuat gap ekonomi, mengumpat non-pri, seolah zaman Jokowi semua ini terjadi, dia lupa bapaknya ikut demo nurunkan Soeharto yang menghabiskan 3000 Triliun untuk foya-foya rezimnya, dia lupa nanya SBY yang juga membakar 3000 Triliun untuk subsidi bbm agar dia seolah negarawan pemihak rakyat sekaligus memelihara Petral. Kenapa dia diam, apa karena dapat bagian, wallahua’lam.
Kita mau diajak guoblok cuma dengan mendengarkan bacot nyocot melawan fakta didepan mata, seperti orang buta melawan gelap, ini sama saja seperti Gus Dur menjawab tuduhan dia suka jalan-jalan, padahal buatnya Paris dan Jakarta sama saja, dia tidak melihat apa-apa. Perjalanannya adalah menjalankan misi perdamaian, karena setelah reformasi Indonesia rawan konflik dan memicu kawasan Asia menjadi bola api yang bisa terbakar kapan saja.
Dan itu disadari Amin Rais, dia tidak mampu memangku kerjaan besar itu makanya dia tidak ngotot jadi presiden saat itu, tapi dia ikut memegang kartu, sekaligus menggusur Gus Dur karena dianggap kerawanan situasi sudah terlalui.
Jadi, kita tanya Amin Rais, apakah dia musuh negara yang tak mau melihat negaranya bisa maju, dia sakit hati kepada Jokowi anak embong menduduki istana, dia Profesor kondang malah kerjaannya teriak dipinggir jalan memutuskan urat malunya sendiri karena teriakannya cuma didengar orang-orang FPI.
Kita tidak tau DNA apa yang mengalir pada diri mereka, Jokowi diminta test DNA karena dituduh PKI, dia mestinya yang duluan test DNA apakah dia masih orang Indonesia dan sekaligus berhati PKI.
Kita sadar sesadar-sadarnya politik sedang merebus dan mengambil uap panas untuk ditiupkan kekepala orang-orang yang cuti nalar tentang kebaikan dan progress penataan negara yang lama cuma jadi bancaan, kalau Jokowi dianggap musuh mereka padahal Jokowi bekerja demi bangsa, terus mereka siapa, mereka kawan atau lawan kita, ya lawan dan harus dilawan.
Kita, dengan kesadaran, dekatnya pilkada selalu saja melihat tarian para pelacur politik ini jungkir balik seolah menjadi orang baik-baik, tapi langkahnya selalu kebalik-balik, mau terlihat baik dengan jalan mencabik yang baik. Mereka memaksa kita agar jadi buta, bagaimana IHSG menembus rekor dalam 10 tahun terakhir menjadi lantai bursa termoncer sedunia, mereka pikir yang melantai di bursa orang-orang bodoh yang tidak bisa menganalisa, mereka lupa, bursa bukan kelas tanah abang dan kaki lima yang cuma dikasi pemanis lapak setapak. Mereka lupa dan buta harga bbm di Papua sudah sama dengan di Jawa yang nyaris 72 tahun saudara kita merana, sekarang pemerataan itu sudah mulai ada, keadilan sosial itu akan jadi nyata, kenapa mereka tak suka, kenapa, pasti ada apa-apanya, ya mereka cuma mau kekuasaan yang tak berkeadilan tapi mengkerdilkan orang-orang yang tak sepaham, hal ini tidak boleh didiamkan.
Poros politik dan selera sejenisnya kita sudah baca, lihat saja pengusungan calon pada pilkada, gandengannya sama, caranya sama, dua partai berbasis agama makin hari makin menunjukkan prilaku anti agama karena kelakuannya bersebrangan dengan norma-norma agama yang diteriakkannya, terus mereka siapa dan apa maunya, urusan kejujuran saja mereka tak bisa, masaklah urusan negara mau diserahkan kepada mereka, bisa hancur lebur kita.
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar