Donald Trump, Presiden Amerika Serikat di sidang DK-PBB
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat baik di masa kampanye pemilu dan setelah berkuasa di Gedung Putih selalu mengambil posisi kritis pada kesepakatan nuklir antara Iran dan kelompok 5 +1 dan menilainya sebagai kesepakatan terburuk. Akhirnya, pada 8 Mei 2018, ia mengumumkan penarikan diri Washington dari kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) dan menerapkankan kembali sanksi terhadap Iran pada bulan Agustus dan November 2018.
Trump mengulangi pendirian sebelumnya terhadap Iran dan JCPOA dalam pernyataannya baru-baru ini di sidang hari Rabu (26/9) Dewan Keamanan PBB yang dipimpin Amerika Serikat. Trump sekali lagi menuduh Iran menyebarkan kekerasan dan kekacauan, mendukung terorisme dan mempromosikan rencana rahasia untuk senjata nuklir. Ia mengklaim bahwa alasan penarikan diri AS dari JCPOA dikarenakan Iran memanfaatkan JCPOA guna mendapatkan sumber-sumber pendanaan yang dibutuhkan bagi kebijakan regionalnya.
Trump mengatakan bahwa sejak 4 November semua sanksi AS terhadap aktivitas nuklir Iran akan diterapkan dan setelah itu, Amerika Serikat akan menjatuhkan sanksi lanjutan. Sanksi lebih sulit dari sebelumnya untuk menghadapi berbagai perilaku Iran, setiap kelompok yang tidak mengikuti sanksi ini akan menghadapi konsekuensi yang sangat serius.
Trump mendesak semua anggota Dewan Keamanan PBB untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat dan memastikan Iran tidak akan pernah mencapai bom nuklir. Terlepas dari harapan Trump, anggota tetap dan tidak tetap DK-PBB ternyata mengambil sikap menentang posisi AS dan semuanya, kurang lebih, berkomitmen untuk mempertahankan JCPOA sebagai kesepakatan untuk melayani perdamaian dan keamanan internasional.
Ini adalah kegagalan besar bagi Washington di sidang DK-PBB dan dihadiri oleh Trump. Karena negara-negara anggota DK-PBB, beberapa dari mereka, seperti Eropa adalah mitra Amerika Serikat dan beberapa seperti Cina dan Rusia, adalah rival Washington semua sama menentang sikap Trump terhadap Iran. Berbeda dengan yang diinginkan Trump, semua ingin mempertahankan JCPOA sebagai simbol perjanjian internasional. Sebagian besar anggota Dewan Keamanan PBB, termasuk empat anggota tetap, telah menyatakan dukungan tegas mereka untuk JCPOA dan telah mencegah terwujudnya tuntutan Trump.
Emmanuel Macron, Presiden Perancis menyinggung komitmen komitmen Iran terhadap KCPOA dan menyatakan bahwa Perancis menentang pendekatan AS terhadap JCPOA dan setiap negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang diperselisihkan harus dilakukan setelah berakhirnya perjanjian ini.
Bahkan Inggris yang merupakan sekutu strategis Amerika Serikat mengadopsi posisi yang bertentangan dengan ekspektasi Trump. Theresa May, Perdana Menteri Inggris, sementara menegaskan komitmen penuh Iran mengatakan, kami tidak dapat meninggalkan kerangka kerja internasional yang memberikan keamanan kepada kami. Sementara blok timur dari kelompok 4 + 1 seperti Cina dan Rusia sepenuhnya mendukung JCPOA dan mengecam tekanan sanksi Amerika Serikat terhadap Iran.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, menyinggung komitmen Iran terhadap JCPOA seraya mengatakan, Rusia ingin mempertahankan JCPOA dan melanjutkan implementasinya. Karena kerugian kehilangan JCPOA merupakan ancaman besar bagi keamanan dunia. Menteri luar negeri Cina, Wang Yi, juga merujuk pada persetujuan Dewan Keamanan PBB dan menyerukan Amerika Serikat untuk tidak melakukan tekanan untuk memutuskan perdagangan dan hubungan ekonomi dengan Iran.
Sejatinya, sidang Dewan Keamanan PBB petanda lain keterisolasian Amerika Serikat dan dan kegagalan kebijakan unilateralismenya. Apa yang didengar oleh Trump di sidang ini dari kepala negara dan pejabat senior anggota tetap dan tidak tetap Dewan Keamanan PBB tentu bukan apa yang diharapkan untuk didengarnya. Mungkin karena inilah mengapa ia meninggalkan ruang sidang sebelum berakhir dan menyerahkan pimpinan sidang kepada Nikky Haley, Wakil Tetap AS di PBB. Trump benar-benar tidak dapat mendengar pendapat yang berbeda dengannya dan ini adalah tanda sikap arogan dan kesombongannya.
(Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar