Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Peta Konflik Saudi dan Iran di Timur Tengah

Peta Konflik Saudi dan Iran di Timur Tengah

Written By Unknown on Selasa, 14 November 2017 | November 14, 2017


Eskalasi ketegangan antara Pemerintah Arab Saudi dan Republik Islam Iran terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya, perang proxy di Yaman dan Suriah, serangan rudal Yaman ke Riyadh, penyanderaan dan pengunduran Perdana Menteri Lebanon di Saudi, serta pernyataan-pernyataan di media yang memperkeruh suasana.

Sebenarnya, Saudi dan Iran telah lama mengalami pasang surut ketegangan. Walau demikian, keduanya belum pernah terlibat perang secara konfrontasi. Menurut laporan BBC, konflik menjadi rumit ketika kedua negara saling berebut pengaruh di kawasan Timur Tengah. Sedemikian, konflik keduanya melibatkan negara lain di sekitarnya.

Situasi kian rumit, ketika dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Rusia, turut bermain di kawasan ini. Untuk memahami gambaran besar apa yang sedang terjadi dibutuhkan pembedahan tentang negara-negara yang terlibat di dalam ketegangan tersebut.


Saudi

Saudi adalah negara kerajaan yang banyak situs penting bagi dunia Islam. Selain itu, Saudi merupakan salah satu negara kaya minyak.

Saudi khawatir dengan dominasi rivalnya, Iran, di Timur Tengah. Dengan kekhawatiran ini, Saudi pun membuat perlawanan terhadap kekuatan Iran yang kini dinilai kian mempengaruhi Kawasan. Perlawanan Saudi tidak sendiri. Setidaknya Kerajaan ini didukung oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang juga terlihat kesulitan membendung pengaruh Iran di Kawasan.

Putra Mahkota Raja Saudi, Muhammad bin Salman, – pemuda yang berpengaruh di Pemerintahan – telah melakukan serangan militer kepada tetangganya termisikin, Yaman. Ia berdalih ingin menumpas kelompok yang sebut sebagai pemberontak Houthi di Yaman. Pangeran ini juga menuding Iran telah memasok senjata ke Yaman untuk Houthi meski disangkal oleh otoritas Negeri Mulla itu.

Tentara Arab Saudi di perbatasan. (Foto: Getty Images)

Sementara di Suriah, Saudi justru mendukung pemberontak dan ingin menyingkirkan Presiden terpilih Bashar al-Assad. Meski ia menuding Assad pemimpin tidak demokratis, semua orang tahu Presiden Suriah itu merupakan sekutu penting Iran yang tidak disukai Saudi.

Saudi adalah salah satu negara kawasan yang memiliki perlengkapan militer terbaik. Saudi juga merupakan negara importir senjata terbesar di dunia di samping memiliki 220.000 tentara lebih.


Iran

Iran menjadi republik Islam pada tahun 1979. Saat itu monarki digulingkan dan para ulama memegang kendali politik di bawah pemimpin tertinggi Khomeini. Meski sempat dilanda perang delapan tahun oleh Irak dan sekutunya, Negara ini perlahan memiliki pengaruh luas di Kawasan. Setelah Khomeini wafat, kepemimpinan berada di tangan Ali Khamenei, ulama yang juga pemimpin militer Iran tertinggi.

Kekuatan Iran di kawasan dapat dilihat dalam keberhasilannya – bersama Rusia dan sekutunya – membersihkan Suriah dan Irak dari kelompok teroris ISIS. Korps Elit Pengawal Revolusi Islam (IRGC) berperan penting dalam operasi pembebasan ISIS di Kawasan.

Pasukan Elit Iran, IRGC- Islamic Revolutionary Guards Corps. (Foto: Getty Images)

Kini ketegangan Iran dan Saudi kembali tercium di Lebanon menyusul mundurnya Saad Hariri sebagai Perdana Menteri Lebanon. Apalagi, organisasi afiliasi Iran di Lebanon Hizbullah memiliki pengaruh parlemen dan akar rumput meski tidak memegang tampuk kekuasaan tertinggi Pemerintahan.

Selain dikabarkan memiliki sistem pertahanan rudal canggih di kawasan, Iran memiliki lebih daripada 530.000 personil militer yang mencakup tentara reguler dan IRGC.


Amerika Serikat

Hubungan AS-Iran dalam beberapa dasawarsa terakhir selalu mengalami ketegangan. Peristiwa penting yang mempengaruhi hubungan mereka di antaranya penggulingan perdana menteri Iran yang disutradarai oleh agen intelijen Amerika CIA pada tahun 1953; revolusi di Iran pada tahun 1979; penahanan sandera di kedutaan AS di Tehran pada tahun 1980-an; dan pada medio tahun 2000-an yang berlangsung hingga sekarang, yaitu kepemilikan nuklir Iran.

Saudi, di sisi lain, selalu menjadi sekutu AS, meskipun hubungan mereka sempat menegang di bawah pemerintahan Barack Obama yang melunak terhadap Iran.

Amerika Serikat sudah sejak lama selalu menjadi sekutu Arab Saudi. (Foto: Getty Images)

Sementara itu Presiden Trump bersumpah untuk mengambil kebijakan keras terhadap Iran – dan dia telah menggugurkan kesepakatan penting mengenai nuklir Iran yang ditandatangani pada masa pemerintahan Obama.

Secara kontras, Gedung Putih dan Kerajaan Arab Saudi justru menunjukkan kemesraan, mereka saling menebarkan karpet merah.

Trump enggan mengaitkan terorisme dengan Saudi. Sementara di sisi lain, Presiden Paman Sam itu selalu menghubung-hubungkan Iran dengan terorisme. Karena itu, Saudi tidak termasuk ke dalam salah satu negara yang dilarang untuk melakukan perjalanan oleh AS.

Perjalanan pertama Trump ke luar negeri setelah terpilih sebagai Presiden AS adalah ke Timur Tengah. Di sana, Sang Presiden bertemu dengan pemimpin Saudi dan Israel. Baik Saudi, Amerika maupun Israel memiliki keinginan bersama untuk membendung pengaruh Iran di kawasan.


Rusia

Rusia adalah sekutu baik bagi Arab Saudi dan Iran. Sedemikian eratnya hubungan ekonomi Rusia dengan Saudi dan Iran, Negeri Beruang Merah itu dapat menjual persenjataannya kepada kedua negara masing-masing.

Namun, ketika krisis melanda hubungan politik antara Teheran dan Riyadh, Moskow tampaknya mencoba bersikap netral. Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan pihaknya siap bertindak sebagai mediator.

Keterlibatan Moskow di kawasan Timur Tengah dapat dilacak sejak Perang Dingin. Ketika itu, Uni Soviet menyediakan persenjataan dan pelatihan untuk perwira militer Suriah.

Pengaruh Rusia di Suriah dan wilayah sekitarnya pada umumnya berkurang setelah keruntuhan Uni Soviet. Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir ini, Moskow berusaha untuk memperbaikinya.

Bantuan serangan udara Rusia ke kamp-kamp kelompok teroris ‘ISIS’ di Suriah, misalnya, berpengaruh positif bagi Damaskus. Presiden Suriah Bashar al-Assad pun memperoleh angin segar kemenangan dalam perang melawan terorisme. Selain Rusia, Suriah juga dibantu oleh sejumlah sekutunya seperti Iran dalam mengusir ISIS dari negaranya.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa militer Rusia dan Suriah telah membebaskan 90% wilayah Suriah. (Foto: Getty Images)


Turki

Di tengah perkembangan politik dan militer yang bergerak begitu cepat di Timur Tengah, Turki telah membangun celah komunikasi baik dengan Saudi maupun Iran.

Ankara menjadi lebih terlibat dalam masalah kawasan sejak Partai Keadilan dan Pembangunan yang berasaskan Islam berkuasa pada tahun 2002.

Turki yang juga sama-sama Muslim Sunni telah menjalin hubungan yang erat dengan Arab Saudi melalui pendekatan sektarian yang dimiliki oleh mereka. Selain itu, mereka juga sama-sama bersikap oposisi terhadap pemerintah Suriah.

Namun demikian, walaupun Turki memiliki ketidakpercayaan mendalam terhadap Iran, belakangan dia malah membangun aliansi dengan Iran. Turki dan Iran memiliki kepentingan yang sama terkait ancaman berkembangnya suku Kurdi menjadi sebuah kekuatan di Kawasan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung Qatar dalam perseteruannya dengan Arab Saudi. (Foto: Adem Altan)


Israel

Negara Israel dideklarasikan pada tahun 1948 dengan mayoritas penduduknya yang beragama Yahudi. Namun, di Timur Tengah, Israel hanya memiliki hubungan diplomatik dengan Mesir dan Yordania.

Iran dan Israel adalah musuh bebuyutan. Iran menolak keberadaan Israel dan menyerukan agar negara tersebut dibubarkan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mendesak masyarakat internasional untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir. Selain itu Israel juga menyerukan pembatalan perjanjian kepemilikan nuklir Iran di PBB. Israel mengatakan bahwa ambisi Iran untuk memiliki nuklir adalah sebuah langkah yang “agresif” bagi Kawasan.

Netanyahu mengatakan bahwa Israel menjalin kerjasama dengan beberapa negara Arab untuk membendung pengaruh Iran di kawasan yang semakin meningkat. Beberapa waktu lalu, media Israel memberitakan bahwa salah seorang pangeran Saudi yang memiliki kedudukan tinggi diam-diam mengunjungi Israel untuk melakukan pembicaraan tertentu. Namun, Arab Saudi menyangkal pemberitaan tersebut.

Perdana Mentri Israel Benjamin Netanyahu mengucapkan terimakasih kepada Donald Trump untuk “ketegasannya melawan rezim teroris Iran”. (Foto: Getty Images)


Mesir

Mesir seringkali memainkan peran sentral dalam politik Timur Tengah. Secara historis Mesir memiliki hubungan yang lebih baik dengan Arab Saudi dibandingkan dengan Iran, terutama setelah revolusi Islam Iran tahun 1979.

Arab Saudi juga mendukung penggulingan Presiden Muhammad Mursi di tahun 2013 oleh tentara Mesir.

Namun, belakangan terdapat penyesuaian kepentingan antara Mesir dan Iran. Pada bulan Oktober 2016, perusahaan minyak Saudi Aramco menghentikan ekspor minyaknya ke Mesir. Karena hal tersebut akhirnya Mesir menjalin hubungan perdagangan minyak dengan Iran.

“Keamanan nasional teluk adalah keamanan nasional Mesir. Saya memiliki keyakinan terhadap kebijaksanaan dan ketegasan Arab Saudi,” ujar Sisi. (Foto: Don Emmert)

Di tengah ketegangan yang meningkat baru-baru ini antara Arab Saudi dan Iran, Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi mengatakan “menghindari eskalasi ketegangan di wilayah ini, namun dengan tidak mengorbankan keamanan dan stabilitas Negara Teluk.”


Suriah

Dalam interaksinya dengan Arab Saudi, Suriah tidak pernah mencapai titik temu. Bahkan Suriah sering menuduh Saudi mengadopsi kebijakan subversif di Timur Tengah. Sehingga secara alamiah Presiden Suriah Bashar Assad berpihak kepada Iran.

Di sisi lain, Iran secara tradisional mendukung Suriah bahkan telah memberikan dukungan militer dalam perang melawan pemberontak dan kelompok jihadis di Suriah. Iran pun menjadikan Suriah sebagai titik transit utama pengiriman senjata kepada Hizbullah, organisasi afiliasi Negeri Mulla di Lebanon.

Selama pertempuran melawan kelompok teroris ISIS di Suriah, Hizbullah mengirim ribuan pejuangnya untuk mendukung Pemerintah Negeri Syam. Laporan media setempat menyebut, Hizbullah lebih dipandang sebagai kekuatan militer sepenuhnya dibanding milisi semi-amatir. Hal ini karena pelatihan dan peralatannya terbilang lengkap.

Perlahan tapi pasti pasukan Suriah membebaskan hampir seluruh wilayah dari ISIS. (Foto: Getty Images)


Lebanon

Sikap Lebanon terhadap perseteruan Saudi dan Iran beragam. Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri, yang mengumumkan pengunduran dirinya di Saudi, 4 November, berhubungan sangat baik dengan Saudi dan negara-negara yang berseberangan dengan Iran.

Di sisi lain, Hizbullah di Lebanon adalah sekutu Iran. Pemimpin Hizbullah Hasan Nasrullah, dalam pernyataan-pernyataannya, seringkali menyerang pemerintah Saudi. Selain itu, di Suriah, Hizbullah bersama Iran memerangi ISIS.

Perdana Mentri Lebanon mengundurkan diri sewaktu berkunjung ke Saudi. (Foto: Getty Images)


Negara-negara Teluk

Negara-negara Teluk, yaitu Qatar, Bahrain, dan Kuwait di masa lalu memiliki hubungan yang lebih baik dengan Saudi dibandingkan dengan Iran. Namun hubungan Qatar-Saudi telah memburuk sejak Doha menolak permintaan Riyadh untuk membatasi hubungan dengan Iran pada awal 2017.

Setelah Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain memberlakukan blokade atas Qatar pada bulan Juli 2017. Iran tidak tinggal diam. Teheran mengirim lima paket pesawat kebutuhan makanan ke Doha untuk mengatasi kekurangan pangan. Pada Agustus 2017, Qatar dan Iran akhirnya memulihkan hubungan diplomatiknya secara penuh yang sebelumnya telah ditutup karena serangan terhadap dua fasilitas diplomatik Saudi di Iran.

Saudi menginginkan Qatar memerangi terorisme dan ekstremisme. (Foto: Getty Images)

Sementara itu, Bahrain dan Kuwait bersandar sepenuhnya ke Saudi. Bahrain, yang dipimpin oleh Raja dan keluarganya yang Muslim Sunni, memimpin warga Bahrain yang 70%-nya adalah Muslim Syiah. Keluarga Kerajaan memegang jabatan-jabatan vital baik di politik maupun militer.

Bahrain menuduh Iran melatih “sel teroris” untuk beroperasi di dalam negeri untuk menggulingkan pemerintahannya. Keluarga Kerajaan juga menuduh oposisi Syiah mempertahankan hubungan dengan Iran. Pada bulan Oktober 2017 Pemerintah Bahrain mengatakan “ini (Bahrain) adalah salah satu negara yang paling terpengaruh oleh kebijakan ekspansionis Garda Revolusi Iran”.

Amir Kuwait menawarkan diri untuk menjadi mediator dalam krisis Riyadh-Doha. (Foto: Getty Images)

Meskipun Kuwait tidak ikut memblokade Qatar, namun pemerintahannya telah beralih dari yang sebelumnya berpihak pada Iran, menjadi berpihak ke Arab Saudi. Pada bulan Februari 2017, Kuwait menyerukan agar Arab Saudi dan Iran memperbaiki hubungannya, kemudian Presiden Iran Hassan Rouhani melakukan kunjungan diplomatik ke Kuwait untuk pertama kalinya sejak dia terpilih pada 2013 untuk membahas ketegangan Iran-Negara Teluk. Tetapi bagaimanapun, setelah terjadi krisis Saudi-Qatar, Kuwait mengusir 15 diplomat dan menutup kerjasama militer, budaya, dan perdagangan dengan Iran.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: