Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Syarat-syarat Untuk Menjadi Syiah

Syarat-syarat Untuk Menjadi Syiah

Written By Unknown on Rabu, 10 Januari 2018 | Januari 10, 2018


Oleh : Muhammad Mahdi Al-Ashifi

Syarat Umum Syi’ah Ahlulbait as.

Nilai yang kita perbincangkan seputar kepengikutan kepada Ahlulbait as. dan penerimaan wilayah mereka tidak lepas dari syarat-syarat umum. Wilayah dan dukungan itu tidak membuahkan hasil kecuali dengan terealisasinya syarat-syarat tersebut. Termasuk di antaranya adalah pengetahuan tentang hukum agama atau fikih, ibadah, takwa, warak, pertalian dan komunikasi bersama orang-orang mukmin pada khususnya dan semua orang muslim pada umumnya, disiplin, adab, budi pekerti dan pergaulan yang baik dengan masyarakat, amanat, dan jujur dalam bertutur.

Tanpa semua itu, kepengikutan seseorang kepada Ahlulbait as. bukanlah syi’ah dan wilayah yang sebenarnya, karena syi’ah yang sejati adalah kepengikutan yang nyata dan tulus bersama mereka as


Berikut ini beberapa poin penting dari ajaran Ahlulbait as. berkaitan dengan Syi’ah atau pengikut mereka:

1. Jadilah Hiasan, bukan Coreng 

Imam-imam suci Ahlulbait as. memerintahkan Syi’ah agar menjadi perhiasan bagi mereka dan bukan sebaliknya menjadi noda dan coreng bagi mereka, karena jika mereka (Syi’ah) berbuat dengan akhlak Islam dan beradab sesuai kesantunan Islam niscaya masyarakat akan menyanjung Ahlul-bait as. seraya berkata: “Betapa indahnya Ahlulbaitas. mendidik dan menyucikan Syi’ah mereka”. Ini tentu berbeda jika masyarakat menjumpai keburukan mereka dalam pergaulan dan perilaku, juga tidak menegakkan hukum Allah swt. serta halal dan haram-Nya, niscaya masyarakat akan mencemooh Ahlulbait as. karena kelakuan buruk mereka tersebut.

Sulaiman bin Mihran menceritakan: “Suatu hari aku menemui Imam Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq as. yang kebetulan pada saat itu ada beberapa orang dari pengikut beliau di situ, beliau memanggil: ‘Wahai sekalian Syi’ah ! Jadilah kalian hiasan bagi kami dan jangan menjadi coreng bagi kami, bertuturlah yang sopan dengan masyarakat, jagalah lidah kalian, hindarilah campur tangan dan tutur kata yang buruk”.

Diriwayatkan dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shadiq as. berkata: “Wahai orang-orang Syi’ah! Sesungguhnya kalian dikaitkan kepada kami, maka jadilah hiasan bagi kami dan jangan jadi noda untuk kami…” [1]

Diriwayatkan pula dari beliau berkata: “Sesungguhnya Allah merahmati hamba-Nya yang menyebabkan kami tercinta di tengah masyarakat, dan tidak menjadikan kami dibenci mereka. Demi Allah, andaikan hamba-hamba Allah itu meriwayatkan keindahan tutur kata kami, niscaya mereka lebih mulia dan terhormat, dan tidak akan ada seorangpun yang dapat menyanggah mereka” [2]

Beliau juga berkata: “Allah swt. merahmati orang yang menyebabkan kami tercinta di tengah masyarakat dan tidak menjadikan kami dibenci mereka. Sungguh demi Allah! Andaikan hamba-hamba Allah itu (Syi’ah) meriwayatkan keindahan bicara kami, niscaya mereka lebih mulia dan terhormat, serta tidak akan ada seorangpun yang mampu menyanggah mereka. Namun sayang ! Sebagian dari mereka mendengar satu kata dan menambahkan puluhan kata (saat menukilnya)” [3]

Dalam riwayat lain beliau berkata: “Wahai Abdul A’la ! Sampaikan salamku kepada mereka (Syi’ah) wa rahmatullah dan katakan kepada mereka: ‘Allah swt. merahmati orang yang memikat cinta masyarakat pada dirinya juga pada kami dengan cara menampilkan sesuatu yang makruf pada mereka, dan menghindarkan sesuatu yang munkar dari mereka" [4]

Diriwayatkan juga bahwa Imam Ja’far Ash-Shadiq as. berkata: “Wahai orang-orang Syi’ah, jadilah hiasan bagi kami dan jangan menjadi noda untuk kami, berbicaralah santun kepada masyarakat, jagalah lidah kalian, dan hindarilah campur tangan dalam urusan orang lain dan perkataan yang buruk" [5]


2. Ahulbait as. Memberi Syafaat di Sisi Allah swt. dan Senantiasa Bergantung kepada-Nya

Sesungguhnya Ahlulbait as. tidak butuh kepada selain Allah swt., tetapi mereka senantiasa bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Mereka memberi syafaat dengan izin Allah dan tidak akan pernah memberi syafaat pada siapapun tanpa seizin-Nya.

Maka barang siapa yang ingin merasa cukup dan tidak butuh ketaatan kepada Allah, ibadah kepada-Nya, takwa dan warak serta hanya bermodalkan cinta dan wilayah Ahlulbait as., maka ketahuilah dia telah menapaki jalan selain Ahlulbait as. dan mengikuti mazhab selain mereka. Dan dengan demikian, dia tidak akan memetik buah yang diharapkan dari kecintaannya pada Ahlulbait as.

Amr bin Sa’id bin Bilal berkata: “Suatu saat aku menemui Abu Ja’far Muhammad Baqir as. Di sekitar beliau tampak ada sekelompok orang. Kepada mereka Imam berkata: ‘Ambillah jalan tengah! Orang yang berlebihan akan kembali pada kalian dan orang yang akan datang akan bergabung bersama kalian. Ketahuliah wahai Syi’ah dan pengikut keluarga Muhammad saw.! Tidak ada kekerabatan antara kami dengan Allah swt., diri kami juga tidak menjadi hujah di hadapan Allah, dan kedekatan pada Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan ketaatan pada-Nya. Maka barang siapa yang taat pada Allah, maka wilayah dan cintanya pada kami akan bermanfaat baginya, dan barangsiapa yang menentang maka cintanya tak lagi berarti sama sekali’.

“Kemudian beliau mengalihkan perhatian kepada kami seraya berkata: ‘Jangan memperdaya dan jangan berdusta atau membuat-buat" [6]

Maka itu, barang siapa yang menghendaki Ahlulbait as. dan ingin mengikuti ajaran mereka serta berwilayah kepadamereka, maka dia harus sadar bahwa Ahlulbait as. tidak memiliki keuntungan maupun bahaya, baik pada diri mereka sendiri maupun untuk orang lain, kecuali dengan izin Allah swt. dan kehendak-Nya. Mereka hanyalah hamba-hamba ciptaan Allah yang dekat pada-Nya.

Sudah barang tentu, orang yang menghendaki Ahlulbait as. dan berharap kedekatan diri pada Allah dan syafaat di sisinya melalui cinta pada mereka, maka seyogyanya dia bertakwa kepada Allah dan menempuh jalan orang-orang saleh.

Diriwayatkan bahwa Imam Ali as. berkata: “Bertakwalah pada Allah, janganlah kalian terperdaya oleh orang lain, janganlah kalian termakan dusta orang lain. Ketahuilah bahwa agamaku adalah agama yang satu, agama (Nabi) Adam yang diridhai Allah swt.; aku hanyalah hamba ciptaan-Nya, dan aku tidak memiliki jaminan atau bahaya pada diriku sendiri kecuali apa yang dikehendaki Allah, dan aku tidak berkehendak kecuali apa yang Allah kehendaki” [7]





Catatan Kaki:

[1] Misykatul Anwar, hal. 67
[2] Ibid, hal. 180.
[3] Raudlatul Kafi, hal. 293.
[4] Biharul Anwar, Jil. 2/77.
[5] Ibid, Jil. 71/310.
[6] Biharul Anwar: Jil. 68/178.
[7] Ibid: Jil. 68/89 dinukil dari al-Mahasin; al-Barqi: 148.

(Karimah-Ahlul-Bait/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: