Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Perhatian Imam Ali as Terhadap Keadilan

Perhatian Imam Ali as Terhadap Keadilan

Written By Unknown on Kamis, 21 Juni 2018 | Juni 21, 2018


Sementara engkau mendorongku ke arah api yang dipersiapkan Allah Yang Mahakuasa untuk (perwujudan) kemurkaan-Nya? Haruskah Anda menangis karena sakit tetapi saya tak boleh menangis karena api?

Shabestan News Agency, sirah Imam Ali as merupakan teladan sempurna dan tidak ada bandingannya untuk kebahagiaan manusia. Sirah Imam Ali as merupakan teladan sempurna yang meliputi semua perkara pemerintahan dan pengaturan negara, baik perkara ekonomi maupun sosial.

Apa yang Imam Ali as lakukan kepada saudaranya yaitu Aqil adalah contoh yang sangat jelas bagi keagungan Imam as.
Sebagaimana yang diceritakan dalam sejarah bahwasanya Aqil memiliki hak atas baitulmal, kemudian suatu hari Aqil sangat membutuhkan harta dari baitulmal, pada saat itu ia mendatangi Imam Ali as untuk meminta darinya, ia berfikir Imam as akan memberi apa yang ia inginkan mengingat ia adalah saudara Imam as.

Namun saat menanggapi permintaan saudaranya ini, Imam as berkata:
Demi Allah, aku lebih suka melewatkan suatu malam dengan tidur di atas duri-duri as-sa'dân (tumbuhan yang mempunyai duri-duri lancip) atau digiring dalam keadaan terbelenggu sebagai tawanan daripada menemui Allah dan Rasul-Nya di Hari Pengadilan sebagai penindas terhadap seseorang atau sebagai penyerobot sesuatu dari kekayaan dunia. Dan bagaimana aku dapat menindas sesorang demi (suatu kehidupan) yang begerak cepat ke arah kehancuran dan akan tinggal di bawah bumi untuk waktu lama.

Demi Allah, aku sungguh melihat (saudara saya) 'Aqîl jatuh dalam kemiskinan dan ia meminta kepada saya satu sha' (seberat kka-kira 3 kg) (dari bagian) gandum Anda, dan aku pun melihat anak-anaknya dengan rambut kusut dan wajah berdebu karena kelaparan, seakan-akan wajah mereka dihitamkan oleh nila. la datang kepadaku beberapa kali dan mengulangi permohonannya berkali-kali.

Aku mendengarkannya dan ia berpikir seakan-akan aku mau menjual imanku kepadanya dan mengikuti langkahnya dengan meninggalkan jalanku sendiri. Kemudian aku (hanya) memanaskan sepotong besi dan mendekatkannya ke tubuhnya supaya ia dapat mengambil suatu pelajaran dari hal itu, lalu ia menangis sebagai seseorang dalam keadaan sakit yang berkepanjangan menangis karena kesakitan dan ia sudah hampir terbakar dengan besi panas itu.

Kemudian aku berkata kepadanya, "Perempuan-perempuan berkabung akan berkabung atas Anda, wahai ‘Aqîl. Apakah Anda menangis karena besi (panas) ini yang telah dibuat oleh seorang manusia sebagai main-main, sementara Anda mendorongku ke arah api yang dipersiapkan Allah Yang Mahakuasa untuk (perwujudan) kemurkaan-Nya? Haruskah Anda menangis karena sakit tetapi saya tak boleh menangis karena api?


مواجهه امیرالمومنین(ع) با ویژه خواری ها

خبرگزاری شبستان: امیرالمومنین امام على(ع) به هيچ روى امتيازى ويژه و امكانى خاص به كسى با ملاحظه خويشاوندى، وابستگى و پيروى نمى‌داد، و در اساس چنين چيزى در قاموس حكومت او معنا نداشت، و اين را تجاوزى آشكار به حرمت و كرامت و حقوق همگان مى‌دانست.

به گزارش گروه اندیشه خبرگزاری شبستان، در کانال تلگرامی مصطفی دلشاد تهرانی، عضو هیئت‌علمی دانشگاه قرآن و حدیث آمده است:

سيره اميرمؤمنان على(ع) چنان بود كه اجازه هيچ‌گونه امتيازجويى و قانون ‌شكنى به وابستگان و اطرافيان خود را نمى‌داد. رفتار على(ع) با برادرش عقيل نمونه ‌اى روشن و برجسته در اين عرصه است. عقيل مانند ديگران سهم خود را از بيت‌المال گرفته بود، امّا او خود را برادر زمامدار مى‌ دانست و انتظار داشت اميرمؤمنان(ع) چنين موقعيتى را ملاحظه كند و براى وى سهمى ويژه قائل شود و او را بر مردمان برتر نهد. امام(ع) صحنه درخواست او و سيره خودش را چنين توصيف كرده است:

«وَ اللهِ لَقَدْ رَأَيْتُ عَقِيلاً، وَ قَدْ أَمْلَقَ حَتَّى اسْتَمَاحَنِي مِنْ بُرِّكُمْ صَاعًا؛ وَرَأَيْتُ صِبْيَانَهُ شُعْثَ الشُّعُورِ غُبْرَ الاَلْوَانِ مِنْ فَقْرِهِمْ كَأَنَّمَا سُوِّدَتْ وُجُوهُهُمْ بالْعِظْلِمِ؛ وَعَاوَدَنِي مُؤَكِّدًا وَ كَرَّرَ عَلَيَّ الْقَوْلَ مُرَدَّدًا. فَأَصْغَيْتُ إِلَيْهِ سَمْعِي،فَظَنَّ أَنِّي أَبِيعُهُ دِينِي، وَ أَتَّبِعُ قِيَادَهُ مُفَارِقًا طَرِيقِي؛ فَأَحْمَيْتُ لَهُ حَدِيدَةً مُفَارِقًا طَرِيقِي؛ فَأَحْمَيْتُ لَهُ حَدِيدَةً ثُمَّ أَدْنَيْتُهَا مِنْ جِسْمِهِ لِيَعْتَبِرَ بِهَا. فَضَبحَّ ضَجِيجَ ذِي دَنَفٍ مِنْ أَلَمِهَا، وَ كَادَ أَنْ يَحْتَرِقَ مِنْ مِيْسَمِهَا. فَقُلْتُ لَهُ : ثَكِلَتْکَ الثَّوَاكِلُ يَا عَقِيلُ، أَتَئِنُّ مِنْ حَدِيدَةٍ أَحْمَاهَا إِنْسَانُهَا لِلَعْبِهِ، وَ تَجُرُّنِي إِلَى نَارٍ سَجَرَهَا جَبَّارُهَا لِغَضَبِهِ. أَتَئِنُّ مِنَ الاَذَى وَ لاَ أَئِنُّ مِنْ لَظَى؟!»/ نهج البلاغه ، کلام ۲۲۴

به خدا عقيل را ديدم پريش و سخت درويش. از من خواست تا مَنى از گندمِ شما بدو دهم؛ و كودكانش را ديدم، چنان مى‌ نمود كه از درويشى موى ژوليده، رنگشان تيره گرديده، گويى بر چهره‌ هاشان نيل كشيده؛ و پى در پى مرا ديدار كرد و گفته خود را تكرار. گوش به گفته ‌اش نهادم، پنداشت دين خود را بدو دادم، و در پىِ او افتادم، و راه خود را به يكسو نهادم. پس آهنى براى او گداختم، و به تنش نزديك ساختم؛ چنان فرياد برآورد، كه بيمار از درد. نزديك بود از داغ آن بگدازد. او را گفتم نوحه ‌گران بر تو بگريند، گريستنِ مادر به داغ فرزند؛ از آهنى مى ‌نالى كه انسانى به بازيچه آن را گرم ساخته و مرا به آتشى مى‌كشانى كه خداى جبّارش به خشم گداخته؟! تو بنالى از آزار و من ننالم از سوزش ـ خشم كردگار ـ ؟!

على(ع) به هيچ روى امتيازى ويژه و امكانى خاص به كسى با ملاحظه خويشاوندى، وابستگى و پيروى نمى‌داد، و در اساس چنين چيزى در قاموس حكومت او معنا نداشت، و اين را تجاوزى آشكار به حرمت و كرامت و حقوق همگان مى‌دانست.

پایان پیام/376

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: