Tokoh Nahdlatul Ulama yang juga dosen Monash Law School Nadirsyah Hosen merangkum jawaban untuk kalangan yang selama ini bertanya-tanya tentang Islam Nusantara. Jawaban Nadirsyah Hosen kemudian disampaikan melalui akun Twitter @na_dirs dan mendapat tanggapan serius dari mantan Sekretaris Menteri Badan Usaha Milik Negara Muhammad Said Didu.
“Kalian tahu kenapa mereka anti sekali dengan kata “Nusantara” dalam Islam Nusantara? ini menohok jantung gerakan Islam global seperti Salafi, Ikhwani, khilafah ISIS dan HTI. Mereka tidak pernah merasa Nusantara adalah rumah mereka. Makanya mereka melawan Islam Nusantara. Ayo jaga rumah kita,” kata Nadirsyah Hosen.
Muhammad Said Didu melalui akun @saididu menilai jawaban Nadirsyah Hosen sebagai generalisasi yang hiperbolik.
“Umat islam Indonesia berjuang untuk kemerdekaan setahu saya tetap gunakan Islam tanpa “bumbu” apapun. ISLAM adalah ISLAM,” kata dia.
Alfi Arni yang memakai akun @alfiarnimakhtaf menilai tanggapan Muhammad Said Didu melenceng dari konteks yang dimaksud oleh Nadirsyah Hosen.
“Bapak bahas gerakan rakyat Indonesia untuk melawan penjajah. Sedangkan yang dibahas prof @na_dirs adalah gerakan kelompok-kelompok Islam global yang berkembang Timteng. Islam itu makna dan konteksnya luas, tidak hanya identitas nama agama. Islam Nusantara itu hasil ijtihad bukan syariat,” kata Alfi Arni.
Nadirsyah Hosen memberi jempol buat penjelasan Alfi Arni dan menyindir yang pikirannya ruwet susah memahaminya. “Cukup mbak @alfiarnimakhtaf yang merespon komen Pak @saididu. Yang jernih pasti bisa paham. Yang pikirannya ruwet susah buat pahamnya.”
Muhammad Said Didu mengatakan justru pernyataan Nadirsyah Hosen yang membuat rumit.
“Saya tidak tahu siapa yang berpikir rumit. Justru saya dibikin rumit oleh pemikiran Prof karena mau menambahkan kata pembeda dalam Islam dengan kata Islam Nusantara karena bagi saya ISLAM adalah ISLAM. Saya bukan ahli agama, tapi saya gunakan rasionalitas saya bahwa tambahan tersebut bisa jadi masalah,” kata Muhammad Said Didu.
Diskusi semakin menarik setelah Muhammad Said Didu mengakui bukan ahli agama. Nadirsyah Hosenmenyarankan dia untuk bertanya ke Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra.
“Pak @saididu karena njenengan mengaku sendiri bukan ahli agama, maka diskusi soal Islam Nusantara ini serahkan saja pada ahlinya. Njenengan bisa tanya kepada @Prof_Azyumardi soal Islam Nusantara. Insya Allah beliau nanti jelaskan sejelas dan serasional mungkin. Oke boss?” kata Nadirsyah Hosen.
Muhammad Said Didu mengatakan meskipun bukan ahli agama tetapi tetap merasa berhak untuk membahas masalah agama karena tidak ingin keyakinannya disesatkan.
“Betul bahwa saya bukan ahli agama, tapi ISLAM adalah agama saya juga maka saya tidak mau agama saya disesatkan maka saya ikut bicara. Seperti halnya saya bukan ahli hukum pertanahan, tapi kalau tanah saya diganggu maka saya akan bicara tentang pertanahan. Jadi izinkan saya ikut nimbrung,” kata Muhammad Said Didu.
“Gini lho Pak @saididu kalau njenengan mengaku bukan ahli, tapi mau ikut nimbrung tanpa konsultasi sama pakarnya, maka hasilnya ya kayak gini: njenengan merasa agama njenengan disesatkan, padahal gak ada yang sesat dengan Islam Nusantara. Tanya deh sama @Prof_Azyumardi @gusmusgusmu,” kata Nadirsyah Hosen.
Muhammad Said Didu mengaku sudah konsultasi dengan banyak pakar agama. Dia tidak setuju ada Islam ditambahi dengan kata Nusantara.
“Saya juga telah bertanya ke banyak ahli agama – tapi izinkan saya pada keyakinan saya bahwa ISLAM sudah sempurna dan berlaku sama di seluruh dunia jadi tidak perlu ada lagi tambahan penjelasan kata-kata lain seperti Nusantara. Diskusi kita sudahi dan bagi saya ISLAM adalah ISLAM. Cukup ya,” kata dia.
“Pak @saididu yang nyamber twit saya, bapak pula yang mengakhiri diskusi. Kayak lagu dangdut: kau yang memulai, kau yang mengakhiri. Islam disemua negara sama -> aqidah. Tapi kalau soal fiqh bisa berbeda karena lokasi. Pak Said, bayar zakat fitrah pakai gandum atau beras? Dah gitu aja,” kata Nadirsyah Hosen.
(Akurat/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar