Kepala Parlemen Irak akhirnya terpilih setelah melalui persaingan yang cukup ketat dalam beberapa bulan. Adalah Mohammad Rikan Al-Halbousi (36) yang terpilih untuk mengemban amanat sebagai kepala Parlemen Irak yang baru.
Al-Halbousi yang didukung oleh fraksi Al-Fath yang dikenal dekat dengan kelompok Hashd Sha’bi terpilih setelah memperoleh suara sebanyak 169. Menyusul di bawahnya Khaled Al-Obeidi 89 suara dan Mohammad Al-Khaledi empat suara.
Seorang analis Timur Tengah, Reza Hoseini menilai bahwa pemerintahan di Irak entah itu di legislatif maupun di eksekutif memiliki pandangan yang lebih tegas dari sebelumnya. Dimana mereka akan bersikap lebih anti Amerika Serikat.
Menurutnya, peristiwa yang sangat baik telah terjadi dan seorang pemuda Sunni akhirnya terpilih sebagai ketua parlemen Irak paling muda, dan dengan energinya yang besar diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan negara.
Ia menambahkan, biaya besar yang dianggarkan Amerika Serikat, Inggris dan Arab Saudi untuk menciptakan perpecahan dan sektarianisme di Irak tak mampu berbicara banyak. Menurutnya , Rakyat Irak semakin tegas untuk berbicara “tidak” terhadap Amerika dalam proses yang berlangsung di parlemen dan saat memilih wakil-wakilnya di lembaga legislatif itu.
Kenyataannya, setelah berbulan-bulan berlalu tanpa kepastian, terpilihnya ketua parlemen baru Irak menjadi langkah yang sangat baik bagi bangsa ini dalam mengelola pemerintahan pasca keruntuhan ISIS.
Pemilu pertama pasca keruntuhan ISIS yang dilakukan pada bulan Mei lalu mendapatkan reaksi yang sangat positif dari rakyat Irak. Namun pengumuman hasil pemungutan suara terpaksa ditunda karena adanya berbagai masalah dalam penghitungan suara.
Terpilihnya ketua baru di Parlemen dengan suara yang cukup besar menunjukkan adanya kekompakan dan kesolidan antara kelompok-kelompok politik yang ada. Hal ini akan bagus untuk memuluskan proses pemilihan presiden dan Perdana Menteri Irak nantinya.
Sementara itu, beredarnya kabar mengenai surat Marja Muslim Syiah Irak kepada seluruh partai dan kelompok politik dinilai telah membantu memberikan solusi bagi masyarakat terutama politisi dan mengurai kebuntuan dalam atmosfer politik Irak. Surat yang beredar tersebut menyebutkan bahwa tidak ada seorang pun politisi dan pejabat yang telah menjabat sebelumnya layak untuk mengemban tugas perdana menteri untuk saat ini.
Salah satu dampak surat tersebut adalah terbukanya peluang untuk memunculkan wajah-wajah baru yang sebelumnya kurang dikenal namun memiliki motivasi dan integritas tinggi di bidang politik.
Arahan dari Ayatullah Sistani, Marja Syiah terbesar Irak kembali dapat menjadi solusi untuk membawa Irak keluar dari krisis politik terkini dan menjadi metode baru dalam proses pemerintahan negara ini.
Sebagaimana sebelumnya fatwa beliau mengenai kewajiban untuk berperang melawan ISIS sangat berpengaruh dalam bebasnya negara tersebut dari satu salah satu krisis yang sangat berbahaya.
Iklim politik baru semacam ini memberi kesempatan kepada generasi muda Irak untuk mengembangkan diri dalam dunia perpolitikan. Mohammad Al-Halbousi adalah gubernur yang telah terbukti sukses dalam mengemban tugasnya di Provinsi Al Anbar dan merupakan tokoh politik yang dikenal moderat.
Dalam pidato perdananya setelah terpilih menjadi ketua parlemen Irak, Al-Halbousi menekankan tentang pentingnya melanjutkan perang melawan terorisme dan mengatasi permasalahan ekonomi. Hal itu dinilai sebagai harapan bagi terciptanya kapasitas baru di arena politik Irak dalam rangka memenuhi tuntutan rakyat dan mematahkan intervensi Barat dalam pengambilan keputusan bagi rakyat negara ini.
(Qodsna/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar