Doa Nudbah adalah sebuah doa dengan masa lalu yang sangat kuno dan sunah dibaca di empat hari raya Islam. Dari kata “sunah” bisa dipahami bahwa doa ini diriwayatkan dari seorang imam maksum Ahlul Bait as. Menurut Allamah Majlisi dalam kitab Zād Al-Maʻād, doa ini diriwayatkan dari Imam Jaʻfar Shadiq as.
Shabestan News Agency, mengenai Doa dan Ziarah Mahdawi, Hujjatul Islam Ali Rabbani menjelaskan bahwa kitab terkuno yang meriwayatkan doa Nudbah adalah Al-Mazār karya Ibn Masyhadi. Penulis kitab ini hidup pada sekitar delapan ratus tahun yang lalu.
Menurut pengakuan penulis, ia meriwayatkan doa Nudbah dengan satu perantara dari Muhammad bin Husain yang hidup semasa dengan Syaikh Shaduq.
Doa Nudbah adalah sebuah doa dengan masa lalu yang sangat kuno dan sunah dibaca di empat hari raya Islam. Dari kata “sunah” bisa dipahami bahwa doa ini diriwayatkan dari seorang imam maksum Ahlul Bait as. Menurut Allamah Majlisi dalam kitab Zād Al-Maʻād, doa ini diriwayatkan dari Imam Jaʻfar Shadiq as.
Kesimpulannya, dengan berdasarkan dalil-dalil para ulama hadits terdapat dua kemungkinan mengenai Doa Nudbah ini, yang pertama ialah doa ini adalah doa dari Imam Shadiq as dan yang kedua doa ini adalah doa dari Imam Zaman afs, apapun itu pada hakikatnya doa ini keluar dari lisan suci Imam Makshum as.
Dalam penggalan Doa Nudbah disebutkan “dimana para penuntut darah yang terbunuh di Karbala?”
Dalam bagian lainnya di dalam doa Nudbah juga memaparkan tentang gelombang cinta kepada kebenaran, sebagaimana disebutkan “Oh, di manakah gerangan tempat kau berada? Tanah dan bumi manakah tempat kau berpijak? Radhawa-kah ia atau lainnya atau mungkin pula di bukit Thuwa? Sungguh berat rasanya bagiku melihat manusia-manusia, sedang engkau tak terlihat olehku, dan tak kudengar bisikan maupun rintihanmu. Sungguh berat penderitaanku atas segala musibah yang menimpamu, sedang rintihan dan ratapanku tak berguna bagimu.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar