Donald Trump, US President and Israel's Prime Minister Benjamin Netanyahu.
Administrasi Presiden AS Donald Trump telah memutuskan untuk menutup misi diplomatik Palestina di Washington, DC, karena tekanan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, seorang penulis Amerika dan wartawan investigasi mengatakan.
Dave Lindorff, kolumnis untuk Counter Punch dan kontributor Business Week dan organisasi berita lainnya, membuat pernyataan pada hari Sabtu (25/11), setelah Amerika Serikat menarik keputusan untuk menutup kantor Palestina di ibukota AS.
Pekan lalu, AS memerintahkan untuk menutup kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dalam menanggapi upaya orang-orang Palestina hendak mengadili orang-orang Israel di Pengadilan Pidana Internasional (ICC) mengenai perluasan pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina yang diduduki dan kejahatan lainnya.
Sebagai tanggapan, negosiator senior Palestina Saeb Erekat mengatakan, "Kami akan menunda semua komunikasi kita dengan pemerintah Amerika ini," jika pemerintah Trump melanjutkan rencana untuk menutup misi diplomatik tersebut.
Dia menambahkan bahwa keputusan tersebut "sangat disayangkan dan tidak dapat diterima," dan menuduh Washington mendapat tekanan dari rezim Israel.
Pada hari Jumat (24/11), bagaimanapun, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan untuk membalikkan keputusan tersebut, mengatakan bahwa kantor PLO di Washington, DC akan diizinkan untuk tetap buka setidaknya selama tiga bulan ke depan.
AS telah "menyarankan agar Kantor PLO membatasi kegiatannya kepada orang-orang yang terkait untuk mencapai perdamaian komprehensif yang abadi antara Israel dan Palestina," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Edgar Vasquez kepada wartawan.
"Saya pikir apa yang terjadi di sini adalah bahwa aktivitas [hubungan luar negeri] Trump telah dihentikan karena pemotongan staf Departemen Luar Negeri yang telah sangat kacau," kata Lindorff.
"Saya pikir entah bagaimana mereka membungkuk pada tekanan Netanyahu dan pemerintah Zionis Israel untuk menutup kantor dan kemudian menyadari bahwa itu adalah sebuah kesalahan karena pemerintah Trump memiliki tujuan untuk mencoba - paling tidak terlihat seperti mencoba untuk - menjadi perantara sebuah kesepakatan damai antara Israel dan Palestina, "katanya.
"Jadi mereka harus mundur dan membiarkan kantor tetap terbuka, karena kalau tidak mereka tidak bisa melakukan negosiasi. Jadi menurut saya itu adalah alasan mereka membalikkan jalannya ini," tambahnya.
(Business-Week/News-Week/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar