Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Nabi Muhammad Saw Bukan Imam, Tetapi Sebagai Saksi. Simak!

Nabi Muhammad Saw Bukan Imam, Tetapi Sebagai Saksi. Simak!

Written By Unknown on Senin, 01 Januari 2018 | Januari 01, 2018


Oleh: Ust Muhammad Taufiq Ali Yahya

Holy Quran 9:105

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakan kepada manusia, wahai Rasulullah, "Bekerjalah kalian dan jangan segan-segan melakukan perbuatan baik dan melaksanakan kewajiban. Sesungguhnya Allah mengetahui segala pekerjaan kalian, dan Rasulullah serta orang-orang Mukmin akan melihatnya. Mereka akan menimbangnya dengan timbangan keimanan dan bersaksi dengan perbuatan-perbuatan itu. Kemudian setelah mati, kalian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui lahir dan batin kalian, lalu mengganjar dengan perbuatan-perbuatan kalian setelah Dia memberitahu kalian segala hal yang kecil dan besar dari perbuatan kalian itu.

Holy Quran 4:41

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ شَهِيدًا

Bagaimanakah keadaan mereka yang kafir dan menentang apa yang diperintahkan Allah kepadanya, ketika Kami mendatangkan semua nabi sebagai saksi atas kaumnya pada hari kiamat, dan Kami mendatangkan kamu, wahai Muhammad, sebagai saksi atas kaummu yang di antaranya terdapat orang-orang yang menentang itu?

Salah satu garis kesempurnaan Rasulullah saw yang menonjol adalah (maqom syahadah) saksi. Beliau adalah saksi bagi umat dan para Nabi, bukan saja sebagai saksi bagi umat terdahulu akan tetapi beliau juga saksi bagi semua nabi dan juga para wali Allah, artinya beliau adalah saksi bagi setiap manusia, baik umatnya maupun para nabi. Dengan izin Allah, semua berada di hadapan Rasulullah saw.

Beliau memiliki kemampuan untuk mengetahui semua perbuatan orang-orang terdahulu maupun sekarang.

Beliau juga memiliki kemampuan untuk mengetahui semua perbuatan para nabi.

Beliau adalah saksi bagi perbuatan semua umat dan semua para nabi.

Beliau adalah saksi bagi setiap perjalanan sejarah, yang berlalu maupun yang akan datang.

Beliau adalah saksi bagi setiap perbuatan manusia, yang sudah dilakukan atau yang sedang dilakukan dan yang akan dilakukan.

Beliau adalah saksi bagi semua akhlaq (etika) yang dilakukan manusia atau yang sedang dilakukan.

Beliau adalah saksi bagi semua keyakinan (akidah) yang ada pada umat terdahulu atau yang diyakini oleh generasi yang akan datang.

Artinya, semua yang terjadi pada umat terdahulu dan akan datang berada dibawah kesaksian Rasulullah saw dan beliau di hari kiamat berada di tengah-tengah mereka,

Holy Quran 56:49

قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ

Katakanlah, sebagai jawaban atas keingkaran mereka, "Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, termasuk kalian, akan dikumpulkan pada waktu dan hari yang telah ditentukan dan tidak dilampaui oleh seorang pun dari mereka.

Holy Quran 56:50

لَمَجْمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُومٍ

Katakanlah, sebagai jawaban atas keingkaran mereka, "Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, termasuk kalian, akan dikumpulkan pada waktu dan hari yang telah ditentukan dan tidak dilampaui oleh seorang pun dari mereka.

Beliau sebagai saksi bagi setiap manusia dan setiap kejadian. Rasulullah saw adalah salah satu saksi dalam pengadilan Allah dan karena beliau mengetahui semua medan. Yang dimaksud saksi adalah orang yang mengetahui akhlaq dan akidah serta perbuatan orang lain di dunia. Kesaksian orang yang demikian ini, di hari kiamat akan terjadi karena dia melihat. Dan ini merupakan bagian dari kesempurnaan ilmu. Sedangkan kesaksian atas perbuatan, adalah kesaksian dengan bentuk ilmu khusus. Yaitu ilmu hudhuri (adalah ilmu yang didapat bukan dari rangkaian gambaran dan kalimat akan tetapi kesaksian atau kehadiran sebuah makna, berbeda dengan ilmu hushuli) yang jauh berbeda dengan kesaksian-kesaksian di pengadilan dunia yang merupakan bagian dari ilmu hissi (empiris) dan ilmu hushuli (adalah ilmu yang didapat dari pemahaman kalimat atau penyaksian inderawi). Sesuatu yang dilihat manusia dengan inderanya atau bersifat inderawi, kemampuan ini tidak lebih dari batas jendela ilmu hushuli.

Apabila hasil pengetahuan tersebut berdasarkan kesaksian atau musyahadah (dalam tasawuf istilah musyahadah dan hudhuri adalah dua kalimat yang maknanya sama), maka itu adalah hasil proses pemikiran dan analisis rasional, sehingga hasilnya tidak berbentuk inderawi sekalipun asal muasalnya bersifat inderawi. Sesuatu yang difahami orang dengan cara inderawi adalah tidak lebih hanya beberapa perbendaharaan ilmu yang dalam otak. Sedang tasdhiq (keyakinan hati) bukan hasil inderawi akan tetapi hasil dari keputusan akal. Berarti keputusan tersebut sebagai ilmu hushuli, seperti halnya perbendaharaan ilmu dan gambaran-gambaran yang ada pada otak yang dihasilkan dari indera juga disebut hushuli. Batas ilmu hushuli adalah tindakan hasil (tashawur) gambaran yang ada dalam otak dan bersifat lahir. Tidak seorangpun dengan menggunakan ilmu hushuli-nya dapat mengetahui apa yang ada dalam diri seseorang. Mata, telinga, dan pikiran yang bersifat lahiriah tidak dapat melihat rahasia-rahasia dalam.

Sedang mengetahui batin orang lain dengan cara perhitungan akal adalah sesuatu yang sulit atau bahkan mustahil. Kesaksian mereka bukan hanya pada perbuatan, akan tetapi juga akidah dan akhlaq. Rohnya amal adalah akhlaq dan rohnya akhlaq adalah akidah yang merupakan sumber munculnya akhlaq itu sendiri. Akhlaq adalah suatu hamparan yang luas yang membentuk perbuatan-perbuatan. Sedangkan akidah adalah ilmu yang menyatu dengan roh, akidah bukan sesuatu yang bersifat hushuli atau sebuah makna akan tetapi akidah adalah wujudun kharijun khas (eksistensi luar yang bersifat khusus). Begitu juga halnya akhlaq yang telah menyatu dengan roh manusia bukan sesuatu yang bersifat hushuli (gambaran) atau mafhum (makna). Akhlaq seseorang yang merupakan rangkaian hakikat luar tidak dapat difahami dengan ilmu hushuli.

Sungguh seseorang tidak akan dapat mengetahui akidah orang lain yang merupakan eksistensi khusus dan berkaitan dengan roh mereka dengan mengunakan ilmu hushuli. Lalu kapan manusia dapat mengetahui akhlaq dan akidah orang lain serta menyaksikan dan memberi kesaksiannya di hari kiamat nanti?

Kapan seseorang menemukan jalan menerobos batinnya orang lain dan mengetahui akidah-akidah mereka? Kapan mampu mengetahui roh-roh orang lain dan menghadirkan di hadapan dirinya? Kesimpulannya, kapan manusia meraih ilmu gaib. Semua hal tersebut adalah masalah ilmu gaib dan tak seorang pun mampu menerobosnya melalui pemikiran dan ilmu hushuli. Hal itu karena masalah-masalah tersebut merupakan asal (matan) keberadaan luar dan dia gaib dari pandangan lahiriah manusia. Kapan manusia mampu mengintip jiwa orang lain dan mengetahui akhlaq dan kepercayaan batin mereka?

Sesungguhnya hal itu dapat dicapai ketika jiwa seseorang dapat menikmati keluasan keberadaan, dan berada dalam jalur keberadaan orang lain. Roh dan hatinya berada dalam tingkatan lebih tinggi dari roh dan hati mereka hingga mampu menjadikan roh dan hati mereka tersebut dibawah kekuasaan keberadaannya dan hadir di hadapannya. Kala itu dia menjadi saksi atas mereka. Kesaksian tidak sesuai dengan kegaiban, ilmu tidak sesuai dengan kegaiban, karena ilmu bersifat lahir (nyata) dan tidak ada hubungannya dengan kegaiban sama sekali. Yang dimaksud ilmu gaib adalah sesuatu yang tidak diketahui orang lain dan bukan untuk orang yang tahu, sekalipun gaib bagi orang lain namun tidak gaib bagi orang yang tahu. Berdasarkan pemikiran ini, maka manusia akan menjadi saksi ketika keberadaannya berada dalam posisi yang lebih tinggi dari keberadaan yang lain. Rohnya lebih tinggi dari roh yang lain, mampu menghadirkan roh mereka sehingga dapat mengetahui batin dan hati serta hati kecil mereka. Inilah yang dimaksud dengan syahadah (kesaksian).

Dan apa yang difirmankan Allah untuk Rasul-Nya sebagai kesaksian secara umum atau firman-Nya di atas Surah Al-Baqoroh ayat 143. (Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu ... (Q.S. 2:143).

Artinya, dari sisi keberadaan kamu mencapai peringkat keberadaan ilmu sehingga kamu mampu mengetahui roh, akidah, akhlaq dan perbuatan- perbuatan orang lain. Ketika itu Rasul menjadi saksi atas kamu semua ‘dan Rasul sebagai saksi atas kamu semua’. Rasulullah saw mengetahui dan menyaksikan kalian dan kalian saksi atas orang lain. Apabila Rasulullah sebagai saksi atas umat dan umat sebagai saksi atas orang lain, maka berarti Rasulullah adalah saksi atas orang lain.

Dalam ilmu hudhuri, seorang saksi atas orang yang menyaksikan kejadian bisa menjadi saksi atas kejadian tersebut. Artinya, apabila seorang dijadikan sebagai penengah dan hadir dalam kejadian dan mengetahui keberadaan hal tersebut, maka orang yang lebih tinggi keberadaannya bisa menjadi saksi atas orang tersebut, juga saksi akar kejadiannya, sebab dia mengetahui saksi dan yang disaksikan oleh saksi. Artinya, dia saksi atas orang tersebut dan juga saksi atas kejadiannya juga. Oleh karena itu Rasulullah saw sebagai saksi atas umat dan juga saksi atas para nabi. Beliau mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh para nabi dan apa yang mereka ucapkan. Inilah makna ummatan wasathan :"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu ... (Q.S. 2:143)

Apabila roh manusia tidak gelap, berarti terang. Apabila roh manusia terang, maka dia dapat melihat ke dalam batin orang lain, sedang yang menghalangi manusia kepada kesempurnaan adalah kegelapan tersebut. Seseorang bertanya kepada Amirul Mukminin; “Sungguh aku tak dapat melakukan sholat malam.” Amirul Mukminin menjawab, ‘Sesungguhnya kamu adalah orang yang telah terikat dengan dosa-dosamu dan kamu bukanlah orang yang merdeka”.


Dosa di siang hari adalah hijab yang gelap di malam hari. Orang yang tercemar dengan berbagai dosa di siang harinya dia tidak akan berhasil melakukan sholat malam. Seorang bertanya kepada Imam Ali ar-Ridho: “Mengapa Allah terhijab?”. Imam menjawab; “Banyaknya dosa menghalangi penglihatan batin. Orang yang batinnya bersih, rohnya tidak ternoda, maka dia dapat meraih kesaksian dan dia akan menjadi saksi serta kelak di hari kiamat dibangkitkan bersama para nabi "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul- Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang- orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)".

Apabila manusia sempurna melihat dengan cahaya Allah, dan cahaya Allah menerangi setiap tempat, sesuai dengan potensi dan eksistensinya, orang tersebut dapat mengetahui setiap tempat. Sedang masalah kesaksian pada akidah, akhlaq dan amal orang lain, bahwa manusia dilihat dari ketinggian eksistensinya hingga lebih mulia dari keberadaan orang lain dan menguasai jiwa-jiwa mereka artinya secara eksistensial dia memiliki kekuasaan dan mengetahui apa yang lewat dalam jiwa dan hati mereka. Adakah kedudukan lebih tinggi dari yang Allah katakan :" Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat- umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami), ". (QS. 7:6)

Beliau adalah saksi bagi semua. Artinya, Rasulullah melihat apa yang telah terjadi ketika berada di dunia dan apa yang akan terjadi. Al-Quran menyebut Rasulullah saw sebagai suri teladan dan mengenalkannya sebagai saksi semata, maksudnya yaitu ikutilah jalan seorang saksi agar kamu semua bisa menjadi saksi. Al-Quran berkata kepada manusia; Sampai kapankah kamu gaib? Sampai kapankah kamu bersembunyi dan tertutup? Sampai kapankah kamu tenggelam dalam kebodohan mengenai diri kamu sendiri dan diri orang lain? Sampai kapan kamu berada dalam hijab diri kamu (Kamu sendiri adalah hijab bagi dirimu sendiri, maka bangkitlah kamu dari tidur nyenyakmu).

Ya Allah, ampunilah kami atas kelalaian kami selama ini. Maafkan kami yang hina dina ini. Sayangi kami yang lemah ini.

Ya Rasulullah, kami sering lupa bahwa engkau juga selalu mengawasi kami dan menyaksikan apa pun yang kami lakukan.

(Karimah-Ahlul-Bait/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: